Feeds:
Posts
Comments

Archive for the ‘Akhlak’ Category

Mata pelajaran di sekolah bahkan sampai di tingkat universitas selalu ada yang berbau science. Kalo di tingkat menengah pertama (SMP) atau menengah akhir (SMA), mata pelajaran sains lebih dikenal dengan mata pelajaran IPA.

Di masa sekolah, ada penjurusan IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) atau IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial). Tidak jarang streotype atas pembagian siswa ini pun terjadi. Siswa dengan nilai tinggi masuk ke dalam jurusan IPA, sedangkan siswa nilai rendah masuk ke dalam jurusan IPS.

Pembagian siswa didasarkan atas nilai, bukan pada peminatan. Walaupun yang seringkali disebutkan adalah pembagian berdasarkan pada peminatan, tapi nyatanya siswa terbagi atas dasar nilai di atas kertas. Maka yang pintar masuk IPA sedangkan “golongan kedua” masuk IPS.

Pola pikir yang seperti ini secara tak sadar telah tertanam dalam kehidupan sosial secara umum. Dimulai dari pelajaran di sekolah, perkuliahan, hingga pengajaran di rumah pun seperti itu. Alhasil sains hanya diminati oleh segelintir yang dinilai pintar. Dari mana pola pikir ini terjadi? Sekuler.

Sekuler secara sederhana dapat diartikan memisahkan antara dunia dan agama. Seolah-olah agama itu hanya berlaku di masjid, sedangkan di luar masjid aturan agama tidak bisa diberlakukan.

Bermula dari pola pikir hingga berlanjut ke dunia pendidikan. Maka hasilnya seperti tadi. Sains diartikan begitu sempit. Yang sebenarnya bisa dibagi berdasarkan peminatan tapi malah dibagi berdasarkan nilai di atas kertas.

Lantas apa sebenarnya yang dimaksud sains dalam Islam?

Jika membuka dictionary.com, maka salah satu arti science adalah knowledge, as of facts or principles; knowledge gained by systematic study. Salah satu kunci yang bisa diambil di sini adalah tentang sistematis dan metode berpikir. Lantas bagaiamana dengan agama? Apakah termasuk sains?

Pertanyaan tadi sebenarnya sudah keliru, apalagi jika mengaitkan dalam Islam. Karena Islam mengajarkan kehidupan secara keseluruhan dan memiliki keterkaitan. Tidak bisa dipisahkan antara sains dan Islam.

Cukup panjang jika ingin menjabarkan konsep sains dalam Islam. Ada banyak referensi yang bisa dibaca untuk melengkapinya. Salah satu namanya adalah Prof al-Attaas. Beliau menjabarkan sains lebih luas dalam pandangan Islam. Bahkan perihal adab, beliau menjelaskan lebih komprehensif. Bukan hanya tentang adab sebagai akhlak, tapi adab sebagai bagian dari peradaban.

Padanan kata sains dalam bahasa Arab adalah ilm. Dasar kata ilmu terdiri dari i-l-m atau ‘alam. Kata ilm dalam bahasa Arab memiliki hubungan yang kuat dengan ilmu (‘ilm), alam (‘alam), dan al-Khaliq. Maka dalam pandangan Islam, ilmu harusnya mampu membantu kita untuk mengetahui tentang alam dan mengenali Sang Khaliq.

Secara teori mungkin terlihat mudah. Bahkan jika diimplementasikan dalam institusi pendidikan mungkin juga terlihat mudah. Bagaimana caranya agar sekolah bisa mengajarkan “ilmu umum” kepada siswa dan siswa tersebut mampu mengetahui tentang alam dan mengenali Sang Khaliq. Tapi nyatanya ini bukanlah perkara mudah. Guru tidak mungkin bisa mengajarkannya dengan sebenar-benarnya jika bukanlah Al-quran sebagai pedoman. Karena Al-quran tidak hanya mengajarkan tentang agama saja, tapi juga kehidupan manusia secara keseluruhan. Termasuk tentang sains modern. Penciptaan langit dan bumi, garis edar tata surya, bertemunya dua lautan, api di dasar laut dan masih banyak fenomena sains modern lain yang ditemukan di Al-quran.

Jadikan alam semesta sebagai guru dan Al-quran sebagai pedoman. Alam semesta adalah ayat kauniyah dan Al-quran adalah ayat kauliyah. Setidaknya, inilah cara yang paling mudah bagi kita untuk menghubungkan kembali sains dalam Islam. Mengikis pola pikir sekuler dan menjadikan Islam sebagai satu-satunya jalan terbaik untuk memahami dunia dan kehidupan setelah dunia.

Wallahu’alam bi shawwab.

Jakarta, 20 November 2021.

Dicopas dari :

Read Full Post »

Adalah hal yang wajar bahwa setiap orang pasti mempunyai masalah, terlepas masalah berat atau ringan, dan pasti pernah berbuat kesalahan. Bahkan para nabi sekalipun mengalaminya. Namun tidak seperti umumnya manusia biasa, para nabi segera menyadari kesalahan mereka yang pada hitungan manusia biasa tidak seberapa, dan segera bertaubat.

Setiap anak Adam pasti berbuat salah dan sebaik-baik orang yang berbuat kesalahan adalah yang bertaubat”. (HR Tirmidzi 2499, Shahih at-Targhib 3139).

Berikut adalah kisah nabi Yunus alayhissalam yang diabadikan dalam Al-Quran dan doa taubat dalam ayat 87 surat Al-Anbiya yang amat masyur karena sering dijadikan pegangan kaum Muslimin yang sedang mengalami masalah dan kesulitan.   

“Doa Dzun Nuun (Nabi Yunus) ketika ia berdoa dalam perut ikan paus adalah: LAA ILAAHA ILLAA ANTA SUBHAANAKA INNII KUNTU MINAZH ZHAALIMIIN (Tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk diantara orang-orang yang berbuat aniaya). Sesungguhnya tidaklah seorang muslim berdoa dengannya dalam suatu masalah melainkan Allah kabulkan baginya.” (HR. Tirmidzi no. 3505. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).

Nabi Yunus bin Mata adalah seorang utusan yang diperintahkan Allah swt untuk menyebarkan agama-Nya kepada penduduk kota Niniwa yang berada di daerah Mosul, Irak. Al-Quran memang tidak secara jelas menyebutkan tempat nabi Yunus diutus. Namun sejumlah ulama menyimpulkan, berdasarkan keterangan ayat 139-140 surah As-Shaafaat, negeri yang berdekatan dengan pantai ( menuju kapal) tersebut adalah kota Niniwa, Mosul di Irak.

“Sesungguhnya Yunus benar-benar salah seorang rasul, ingatlah ketika dia lari ke kapal yang penuh muatan.”

Pada Desember 2017 para arkeolog yang berhasil menemukan sejumlah prasasti di sekitar makam nabi Yunus di Mosul antara tahun 1987 dan 1992 mempublikasikan hasil studi mereka. Mereka menyebutkan bahwa nabi Yunus pernah hidup pada masa raja Esarhaddon di kota Niniwa yang merupakan ibukota Kerajaan Assyria. Raja Esarhaddon disebutkan sebagai seorang yang dihormati meski sangat kejam. Prasasti-prasasti itu diperkirakan telah berusia 2700 tahun.

Sementara itu, Sami bin Abdullah Al-Maghluts, dalam kitabnya Athlas Tarikh al-Anbiya; wa al-Rasul, disebutkan bahwa Niniwa adalah ibu kota dari negara Asyiria yang terletak di sebelah selatan Irak. Kota tersebut merupakan kota terbesar dan terkaya pada masa itu. Ketika itu penduduk Niniwa adalah kaum penyembah patung dan berhala. Mereka belum mengenal Allah Azza wa Jala.

Dalam keadaan seperti itulah Nabi Yunus datang, setelah sebelumnya  menempuh perjalanan jauh dari negri Syam melewati gurun pasir yang panas dan gersang. Namun sebagaimana nabi lain, ajakan nabi Yunus ditolak, kecuali dua orang yang masih bersih hatinya, yaitu Rubil dan Tanuh. Selama bertahun-tahun dakwah beliau tidak mendapat kemajuan. Mereka bahkan menganggap utusan Allah tersebut sebagai orang gila.   

Hingga akhirnya dengan perasaan marah, sedih dan kecewa, nabi Yunus memutuskan pergi meninggalkan kaum Niniwa bersama kedua pengikutnya. Sepanjang perjalanan, nabi Yunus terus berdoa memohon agar Allah swt berkenan memberi peringatan kaumnya.

Dan (ingatlah kisah) Dzan Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, … … … “. ( Terjemah QS. Al-Anbiya(21):87).

“Dza Nun”, bisa diartikan sebagai tuannya paus atau manusia paus, dan merujuk kepada nabi Yunus alayhissalam. Kata “Nun” juga dapat berarti paus atau sebuah kapal atau ikan yang besar.

Tak lama, badai petir dan angin kencang pun datang. Disusul dengan gempa besar yang memporak-porandakan sawah-ladang, peternakan, dan rumah-rumah kaum Niniwa, membuat penduduk tiba-tiba teringat apa yang pernah disampaikan nabi Yunus as. Mereka segera insyaf dan segera mencari nabi Yunus untuk bertaubat dan meminta maaf.

Sayang mereka tidak berhasil menemukannya. Ketika itu nabi Yunus telah berada di dermaga dan bersiap menaiki kapal. Nabi Yunus tidak mengetahui bahwa doanya agar Allah swt memberi peringatan kaumnya telah dikabulkan-Nya, dan bahwa mereka telah bertobat, bahkan sedang mencarinya.

Sebaliknya Sang Khalik justru malah menuntun nabi Yunus menuju kapal yang telah penuh muatan. Padahal di pelabuhan tersebut terdapat kapal lain yang lebih lowong. Ironisnya, sang nakhoda baru menyadari bahwa kapal kelebihan beban ketika kapalnya sudah berlabuh. Hingga diputuskan bahwa harus ada yang rela keluar dari kapal. Maka dibuatlah undian. Nahasnya, setelah diundi hingga 3x nama nabi Yunuslah yang terus muncul. Nabi Yunuspun segera menyadari bahwa Tuhannya telah menghukumnya.   

Sesungguhnya Yunus benar-benar salah seorang rasul. (Ingatlah) ketika ia lari, ke kapal yang penuh muatan, kemudian ia ikut berundi lalu dia termasuk orang-orang yang kalah dalam undian. Maka ia ditelan oleh ikan besar dalam keadaan tercela”. (Terjemah QS. Ash-Shaffat(37):139-142).

Nabi Yunus segera bertobat dan mengakui kesalahannya yaitu kurang bersabar dalam menghadapi kaumnya bahkan pergi meninggalkan mereka, dalam keadaan marah pula. Tampak bahwa syaitan telah menyesatkannya, lupa bahwa hidayah adalah milik Allah, tugas para Rasul hanyalah mnyampaikan risalah-Nya.

“Allah memberikan hidayah kepada siapa yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus.” (Terjemah QS. Al-Baqarah(2): 213) dan Allah berfirman yang artinya “Dan barangsiapa yang disesatkan Allah, niscaya tak ada baginya seorang pemberi petunjuk.” (Terjemah QS. Az-zumar(39):23).

Maka tidak ada pilihan lain bagi nabi Yunus selain menceburkan dirinya ke dalam lautan yang sangat dalam. Dan begitu nabi Yunus masuk ke laut seekor ikan Paus raksasa langsung menyambut dan menelannya bulat-bulat. Dan atas kuasa-Nya jua,  nabiyullah ini tetap hidup. Di dalam kegelapan perut paus nabi Yunus terus berdoa memohon ampunan Allah swt.

Dan (ingatlah kisah) Dzan Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap: “Bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim.” ( Terjemah QS. Al-Anbiya(21):87).

Empat puluh hari lamanya Allah Azza wa Jala menguji nabi Yunus dalam keadaan demikian. Selama itu pula nabi Yunus tidak pernah sedikitpun bosan memohon ampunan dan mengakui dosa dan kesalahannnya, berdzikir dan beristighfar. Hingga akhirnya Allah swt pun menerima tobatnya.

Maka Allah ilhamkan ikan Paus tersebut agar memuntahkan nabi Yunus dari perutnya. Lalu melemparkannya ke sebuah daratan dimana sebatang pohon jenis labu telah Allah siapkan untuknya. Dengan bantuan buah tersebut nabi Yunus berangsur sembuh dari sakit yang di deritanya selama puluhan hari dalam perut Paus.

Maka kalau sekiranya dia tidak termasuk orang-orang yang banyak mengingat Allah, niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari berbangkit. Kemudian Kami lemparkan dia ke daerah yang tandus, sedang ia dalam keadaan sakit.Dan Kami tumbuhkan untuknya sebatang pohon dari jenis labu.”.( Terjemah QS. Ash-Shaffat(37):143-146).

Selanjutnya Allah swt mengabarkan bahwa kaum Niniwa telah bertobat dan siap menanti kembalinya nabi Yunus untuk menyampaikan ajaran-Nya.

Maka Kami telah memperkenankan do`anya dan menyelamatkannya daripada kedukaan. Dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman”. ( Terjemah QS. Al-Anbiya(21):88).

Dan Kami utus dia kepada seratus ribu orang atau lebih. Lalu mereka beriman, karena itu Kami anugerahkan kenikmatan hidup kepada mereka hingga waktu yang tertentu. .”.( Terjemah QS. Ash-Shaffat(37):147-148).

Dan mengapa tidak ada (penduduk) suatu kota yang beriman, lalu imannya itu bermanfaat kepadanya selain kaum Yunus? Tatkala mereka (kaum Yunus itu) beriman, Kami hilangkan dari mereka azab yang menghinakan dalam kehidupan dunia, dan Kami beri kesenangan kepada mereka sampai kepada waktu yang tertentu.” ( Terjemah QS. Yunus (10): 98).

Kisah Nabi Yunus ini memberikan pelajaran kepada kita akan betapa pentingnya makna sabar dalam pandangan Allah swt. Allah swt melalui surat Al-Qalam ayat 48 mengingatkan agar tidak mengulangi apa yang telah dilakukan nabi Yunus di masa lalu.

Maka bersabarlah kamu terhadap ketetapan Tuhanmu dan janganlah kamu seperti orang yang berada di dalam perut ikan besar(nabi Yunus).”

Nabi Yunus memang pernah menyerah bahkan marah dan meninggakan tugas karena kecewa penduduk Ninawa tidak mau menerima ajakannya. Namun cepat menyadari kesalahannya dan segera bertobat. Meski demikian tobat perlu pembuktian. Allah swt memberi waktu 40 hari untuk melihat keseriusan tobat nabi Yunus. Dan nabi Yunus berhasil membuktikannya dengan baik. 

Doa nabi Yunus patut dijadikan contoh dalam berdoa, karena meliputi 4 hal penting, yaitu pengakuan tauhid, pengakuan kesalahan/kekurangan diri, permohonan ampun (istighfar) tidak akan mengulang kesalahan serta bersabar menerima pengampunan-Nya. Itulah Tauban Nasuha, taubat sebenar-benar tobat, bukan tobat yang hanya di mulut saja.

Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya).” (Terjemah QS. At-Tahrim: 8)

Ibnu Katsir menerangkan mengenai taubat yang tulus sebagaimana diutarakan oleh para ulama, “Taubat yang tulus yaitu dengan menghindari dosa untuk saat ini, menyesali dosa yang telah lalu, bertekad tidak mengulangi dosa itu lagi di masa akan datang. Lalu jika dosa tersebut berkaitan dengan hak sesama manusia, maka ia harus menyelesaikannya atau mengembalikannya.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 7: 323).

Wallahu’alam bi shawwab.

Jakarta, 22 April 2021.

Vien AM.

Read Full Post »

Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. … … “. (Terjemah QS. Ali Imran(3) :110).

Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka ta’at kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana“.(Terjemah At-Taubah:71).

2 ayat diatas adalah contoh dari banyak ayat Al-Quran yang memerintahkan kita agar ber-amar nahi mungkar, yaitu menyuruh kepada yang ma’ruf/kebaikan, dan mencegah dari yang mungkar/keburukan. Kebaikan dan keburukan yang dimaksud sudah pasti berdasarkan pandangan Islam karena kebaikan dan keburukan menurut kaca mata manusia tidak selalu sama. Meski pada fitrahnya harusnya sama. Iblislah yang kemudian menggelincirkan manusia hingga berbuat yang sebaliknya sebagaimana diabadikan surat Al-A’raf ayat 16 dan 17 berikut:.

Iblis menjawab: “Karena Engkau telah menghukum aku tersesat, aku benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka (manusia) dari jalan Engkau yang lurus, kemudian aku akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (ta`at)”.  ( Terjemah QS. Al-A’raf(7):16-17).

Itu sebabnya dalam Islam sekedar mempunyai ahlak yang baik saja tidaklah cukup. Ahlak yang baik harus dilandasi iman dan niat karena Allah swt. Namun ibadah mahdhah/ibadah murni seperti shalat, zakat, umrah/haji dll meski diiringi ahlak yang baik juga kurang sempurna bila tidak ada unsur dakwahnya/mengajak orang untuk mencontohnya.

Inilah yang dilakukan Rasulullah Muhammad saw. Rasulullah adalah seorang hamba Allah yang taat dengan ahlak sempurna yang tak diragukan sedikitpun. Tetapi itu tidak cukup. Allah swt memerintahkan beliau untuk berdakwah, mengajak agar orang mengikuti beliau, agar ber-amar nahi mungkar.

Dan begitu Rasulullah melaksanakan perintah tersebut, putra Abdullah yang tadinya tak pernah dibenci dan dimusuhi seorangpun itu, sontak dijauhi dan dimusuhi, terutama oleh para penguasa yang merasa kekuasaannya terancam. Mereka ini bahkan berencana membunuh rasulullah saw.  

Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar; mereka adalah orang-orang yang beruntung“. ( Terjemah QS. Al-Imron:104).

Menyuruh kepada yang ma’ruf, mungkin banyak yang bisa melakukannya. Contohnya menyuruh/mengingatkan orang agar shalat, ber-zakat, menolong orang dll. Namun tidak demikian dengan mencegah perbuatan mungkar/keburukan, seperti melarang mencuri, korupsi, ber-zina dll. Mengapa?? Karena mencegah kejahatan memerlukan keberanian khusus. Tidak semua orang mampu menjalankan tugas maha berat tersebut.

Dan agar dapat memberikan efek jera serta tidak diikuti/dicontoh orang lain pelaku kejahatan harus diberi hukuman setimpal dengan kejahatannya. Oleh sebab itu tugas mencegah kejahatan yang paling efektif seyogyanya di pegang/dikendalikan oleh penguasa negara.

https://almanhaj.or.id/2708-amar-maruf-nahi-mungkar-menurut-hukum-islam.html

Sayangnya, tugas berat tersebut sering kali tidak berjalan dengan baik. Tak heran bila akhirnya tokoh-tokoh super hero seperti Superman, Batman, Spiderman dll menjadi favorit tua muda pecinta dunia perfilman. Rupanya petugas keamanan seperti polisi, pejabat dll di seantero dunia sama saja, mudah disogok … Na’udzubillah min dzalik … Setidaknya itulah yang sering ditampilkan film-film tersebut.

Tak heran pula para tokoh super hero yang dipuja-puja rakyat hampir dapat dipastikan selalu dimusuhi para petugas dan penguasa. Yang bahkan balihonya saja bisa membuat si penguasa uring-uringan, seperti yang terjadi pada pamflet pangeran Diponegoro yang dibakar oleh pemerintah Hindia Belanda pada masa lalu. Maka tak perlu heran  bila di suatu negri antah berantah ada seorang yang begitu dipuja-puja karena  kegarangannya dalam memberantas kemungkaran terus dikejar dengan segala tuduhan dan fitnah yang mengada-ada oleh penguasa.  

Barang siapa yang melihat satu kemungkaran, maka rubahlah dengan tangannya, jika tidak mampu maka dengan lisannya dan jika tidak mampu maka dengan hatinya, dan itu selemah-lemahnya iman“. [HR Muslim].     

Sebaliknya tugas kita sebagai rakyat kecil, berpartisipasi dalam merubah kemungkaran dapat dimulai dari diri sendiri dan anggota keluarga kita. Mari kita kenalkan Al-Quran dan As-Sunnah pada anak sejak mereka kecil. Biasakan  mematuhi segala perintah dan menjauhi larangan-Nya.

Yang juga tak kalah pentingnya anak dari kecil wajib dikenalkan nilai kebaikan menurut kaca mata agama kita. Jangan sampai mereka terbawa arus “modern” menyesatkan, yang membolak-balikkan kebaikan dan kejahatan. Hingga akhirnya salah memilih idola, bukannya Spiderman malah Joker si tokoh antagonis musuh utama Spiderman yang dijadikan panutan. Itulah salah satu tanda akhir zaman yang kini sedang terjadi di hadapan kita. 

“Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu tiba-tiba, tetapi mencabutnya dengan mewafatkan para ulama, sampai tidak tersisa seorang berilmu. Akhirnya manusia menjadikan orang-orang bodoh (sebagai ulama), akhirnya mereka (orang-orang bodoh tadi) memberi fatwa tanpa ilmu dan mereka menyesatkan”.

Tanda-tanda Hari Kiamat adalah disingkirkannya orang-orang baik, dan diangkatnya orang-orang jahat“. (HR. Hakim dalam al-Mutadrak)

Karakter Ulama Su’ dan Fitnah Akhir Zaman

Sebaliknya bila pemimpin tidak menjalankan kekuasaan dengan baik demo bisa menjadi pilihan. Beruntung negara kita tidak melarang demo alias unjuk rasa, dengan berbagai kekecualiannya. Hal ini masih sesuai dengan ajaran Islam meski ada beberapa perbedaan pendapat di kalangan ulama.   

https://www.goodnewsfromindonesia.id/2019/09/25/jangan-asal-demo-pahami-aturannya

Namun bila kita merujuk bagaimana khalifah Abu Bakar ra dan Umar bin Khattab ra berujar pada hari mereka diangkat sebagai pemimpin tertinggi, yaitu bahwa pemimpin adalah amanah terberat dalam hidup. Umar yang dikenal keras hingga sempat membuat resah masyarakat Madinah ketika itu juga mengatakan bahwa sikap kerasnya telah Allah lembutkan kecuali kepada orang-orang yang berlaku zalim dan memusuhi kaum Muslimin.

Sebaliknya Umar juga meminta rakyatnya tidak ragu untuk menegurnya jika di kemudian hari ia membuat kesalahan. Bahkan Umar meminta rakyat tak ragu menuntutnya jika ia menyusahkan mereka.

“Bantulah aku dalam tugas menjalankan amar makruf nahi munkar dan bekalilah diriku dengan nasihat-nasihat kalian sehubungan dengan tugas yang dipercayakan Allah kepadaku demi kepentingan saudara-saudara sekalian“, ujar Umar menutup pidato panjangnya.     

Adalah hak rakyat untuk berdemo mengemukakan pendapat bila dirasa ada hukum yang membuat hidup menjadi sulit apalagi yang berkaitan dengan ibadah kita sebagai kaum Muslimin, seperti  dihapusnya mata pelajaran agama, jam istirahat kerja yang terlalu sempit hingga tidak cukup untuk melakukan shalat dll. Selama demo dilakukan sesuai aturan yang berlaku pemerintah tidak berhak melarang apalagi memukuli dan menangkap peserta demo.

Namun bila demo tidak berhasil menyadarkan penguasa, kejahatan terus saja terjadi, korupsi, pelacuran, perjudian, khamr makin meraja-lela, ulama terus saja di bully, hukum yang tumpul ke atas tajam ke bawah dll, jangan salahkan bila kemudian muncul “super hero” bak Spiderman sang pahlawan pembela rakyat melawan kejahatan. Yang didukung ormasnya berani memberantas segala kejahatan menurut cara yang dibenarkan agamanya, agama mayoritas negri tercinta ini.

Semoga Allah swt meridhoi sepak terjang sang super hero dan senantiasa melindunginya dari segala keburukan. Dan semoga rezim ini dapat segera menyadari kesalahan serta memperbaiki cara kerja dan berpikir meteka, aamiin taa robbal ‘aalamiin. Kejahatan memang tidak akan mungkin berdampingan dengan kebaikan, selamanya.

Wallahu’alam bish shawwab.

Jakarta, 3 Desember 2020.

Vien AM.

Read Full Post »

Hijab adalah Fitrah.

Lauren Booth adalah jurnalis Inggris yang dikenal gencar membela Palestina dan menentang perang Irak. Pada tahun 2008 bersama 46 aktivis, saudari tiri istri mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair ini, dengan menumpang kapal dari Siprus memasuki Gaza. Rombongan aktivis tersebut datang  dengan membawa misi kemanusiaan.  2 tahun kemudian yaitu tahun 2010 ia mengumumkan ke-Islam-annya.

Berikut adalah cerita Booth mengenai reaksi kedua putrinya yang berusia 8 dan 10 tahun ketika ia mengatakan akan memeluk Islam.

Kami punya 3 pertanyaan, tolong ibu jawab”, pinta kedua putri Booth.

“Pertanyaan pertama, ketika ibu sudah masuk Islam, apakah ibu masih menjadi ibu kami?

Tentu aku tetap menjadi ibumu, bahkan aku akan menjadi ibu yang lebih baik dari sebelumnya’, jawab Booth.

Pertanyaan kedua, ketika ibu sudah masuk Islam, apakah ibu  masih minum alkohol?

Ibu tidak akan pernah mendekati alkohol setelah ini. Selama-lamanya”, jawab Booth lagi.

Pertanyaan ketiga, ketika ibu sudah masuk Islam, apakah ibu masih memakai baju yang memperlihatkan sebagian tubuh ibu?

Kenapa kalian bertanya seperti ini?”, tanya Booth keheranan.

Karena ibu suka memakai baju yang kelihatan dadanya. Dan kami tidak suka itu”, jawab Holy, salah satu putri Booth.

Setelah aku masuk Islam, maka aku akan terus memakai baju yang tertutup ketika keluar rumah”, jawab Booth.

Tiba-tiba keduanyapun berteriak: “Aku suka kalau ibu masuk Islam. Aku suka agama Islam”.

Itulah yang terjadi. Dan Alhamdulillah anak-anakku sekarang adalah muslimah dan shalat bersamaku. Subhanallah”, ujar Booth mengakhiri ceritanya.

Masya Allah … Alangkah indahnya Islam. Tampak jelas bahwa menutup aurat adalah fitrah perempuan. Bahkan anak umur 8 dan 10 tahunpun sudah bisa merasa risih melihat ibunya berpakaian memperlihatkan sebagian dadanya. Tampaknya anak-anak tersebut sudah bisa membedakan kehormatan yang ditrima perempuan yang mengumbar aurat dengan yang menjaganya dengan baik.

Maklum ratu mereka yaitu ratu Inggris, selalu tampil anggun dengan gaun panjang lengkap dengan sarung tangan panjang hingga setengah lengan. Dan hanya orang tertentu saja yang bisa mendapat izin mencium tangan ratu mereka, dengan penuh khidmad pula.

Atau bisa jadi anak-anak tersebut sering melihat suster gereja berpakaian rapat menutup aurat, dari ujung rambut hingga ujung kaki, persis yang diajarkan Islam. Namun dalam Islam menutup aurat bukan khusus untuk “orang suci”, tapi untuk semua perempuan yang mengaku beriman.     

Hai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mu’min: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha penyayang”. ( Terjemah QS. Al-Ahzab (33):59).

Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka … … Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung”. ( Terjemah QS. An-Nuur (24):31).

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata: “Semoga Allah merahmati para perempuan generasi pertama yang berhijrah, ketika turun ayat: “dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya”, maka mereka segera merobek kain panjang/baju mantel mereka untuk kemudian menggunakannya sebagai khimar penutup tubuh bagian atas mereka.

Begitulah reaksi umat Islam generasi awal menyikapi ayat-ayat yang turun. Mereka segera melaksanakan perintah-Nya.

Sungguh alangkah beruntungnya Lauren Booth. Berapa banyak Muslimah yang sejak lahir sudah Islam namun tidak menutup aurat mereka sebagaimana perintah-Nya. Tidakkah mereka menyadari betapa Islam begitu memuliakan mereka???

Perumpamaannya ibarat emas permata berlian yang dijual di toko mewah dengan pengawasan cctv, ditata rapi di dalam lemari kaca terkunci, dibandingkan dengan perhiasan imitasi yang dijual di emperan yang bisa dan boleh disentuh siapapun tanpa harus membelinya.

Ironisnya peradaban Barat yang dianggap maju dan modern, telah berhasil menyesatkan kaum Muslimah bahwa kecantikan dan daya tarik kaum hawa boleh dinikmati bukan hanya dirinya sendiri tapi juga untuk orang lain termasuk lelaki yang bukan muhrimnya. Kita bisa menyaksikan bagaimana film-film barat dengan ringannya mengekspos tubuh perempuan sebagai komoditi yang sangat menguntungkan. Tanpa sedikitpun rasa risih mereka menampilkan perbuatan zina yang dalam kaca mata Islam merupakan dosa besar.

Hingga akhirnya sebagian muda-mudi Islampun memandangnya sebagai hal yang biasa. Padahal Islam mengajarkan bahkan mendekatinyapun haram. Namun apa daya pacaran/berduaan/nge-date  yang sejatinya merupakan budaya Barat sekarang ini sudah dianggap lumrah oleh sebagian besar Muslim di negri tercinta ini.

Laki-laki dan perempuan memang ditakdirkan memiliki saling ketertarikan. Lewat hubungan intim antar ke dua mahluk inilah Allah swt melanggengkan keberadaan manusia di muka bumi. Namun Islam mengajarkan harus melalui ikatan pernikahan agar jelas pertanggung-jawabannya.

Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk”. ( Terjemah QS. Al-Isra’(17):32).

Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, jangan sekali-kali ia berdua-duaan dengan wanita (ajnabiyah/ yang bukan mahram) tanpa disertai oleh mahram si wanita karena yang ketiganya adalah setan.” (HR. al-Bukhari dan Muslim).

Hebatnya lagi bila kaum perempuan diwajibkan menutup aurat maka kaum lelaki diperintahkan untuk menjaga pandangan dan nafsu birahi mereka.

Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat“. ( Terjemah QS. An-Nuur (24):30).

Sebaliknya perempuan Barat yang sudah terbiasa mengumbar aurat dan melakukan seks bebas pada titik tertentu justru menemukan kejenuhan. Mereka merasa telah dijadikan objek pemuasan nafsu laki-laki yang tidak bertanggung-jawab, yang dengan mudahnya mencampakkan mereka begitu merasa bosan dan menemukan perempuan lain. Hidup bebas tanpa aturan pada akhirnya hanya menyisakan kekosongan jiwa.   

Itu sebabnya ketika Nazma Khan, seorang Muslimah asal Amerika, menyerukan hak perempuan ber-hijab dihormati mereka bisa memahaminya. Nazma dan kawan-kawan memilih 1 Februari 2020 sebagai hari gerakan perempuan dunia yang mereka namakan “World Hijab Day”. Hijab diartikan tidak sebagai fashion/ pakaian, bahkan juga tidak sebagai simbol agama tertentu, melainkan sebagai simbol gerakan kaum perempuan sedunia agar diakui kehormatan dan pilihannya dalam berhijab.

Bagi yang belum mengenakan jilbab, momen ini bisa membantu mereka menguatkan niatnya untuk menutupi auratnya,” ujar Nazma.

Tema hijab yang mereka usung memang bukan persoalan agama semata. Karena salah satu tujuannya adalah untuk melawan hijab-phobia akut, yaitu ketakutan orang kepada para perempuan ber-hijab. Jadi tak usah heran pada hari tersebut kaum hawa non Muslim dari berbagai negara ikut berpartisipasi mengenakan hijab.   

Semoga kaum Muslimah segera menyadari betapa Allah Azza wa Jala sangat memuliakan kaum perempuan. Berhijab adalah fitrah yang mempunyai banyak keuntungan, dan bila dikerjakan demi menggapai ridho-Nya akan mendapat balasan tinggi dari-Nya.

Wallahu’alam bi shawwab.

Jakarta, 25 November 2020.

Vien AM.

Read Full Post »

Semangat Hijrah(2).

Persaudaraan sesama Muslim adalah hikmah yang sering dilupakan orang ketika berbicara tentang hijrah. Padahal tak lama setelah Rasulullah tiba di kota Madinah ketika hijrah 14 abad silam, beliau segera mempersaudarakan kaum Anshar yang merupakan penduduk asli Madinah dengan kaum Muhajirin yaitu para sahabat yang hijrah dari Mekah ke Madinah. Contohnya yaitu Umar bin Khattab ( Muhajirin) dipersaudarakan dengan Itban bin Malik al-Khazraji (Anshar) dan Abdurrahman bin Auf ( Muhajirin) dengan Sa’ad bin Rabi (Anshar).

Berikut salah satu kisah menarik tentang persaudaaan antar kaum Muhajirin dan kaum Anshar yang diabadikan dalam ayat 9 surat Al-Hasyr :

Suatu hari datang kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam seseorang (dalam keadaan lapar), lalu beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengirim utusan kepada para istri beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Para istri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Kami tidak memiliki apapun kecuali air”. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Siapakah di antara kalian yang ingin menjamu orang ini?”

Salah seorang kaum Anshâr berseru: “Saya,” lalu orang Anshar ini membawa lelaki tadi ke rumah istrinya, (dan) ia berkata: “Muliakanlah tamu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam”. Istrinya menjawab: “Kami tidak memiliki apapun kecuali jatah makanan untuk anak-anak”.

Orang Anshâr itu berkata: “Siapkanlah makananmu itu. Nyalakanlah lampu, dan tidurkanlah anak-anak kalau mereka minta makan malam.” Kemudian, wanita itu pun menyiapkan makanan, menyalakan lampu, dan menidurkan anak-anaknya. Dia lalu bangkit, seakan hendak memperbaiki lampu dan memadamkannya. Kedua suami-istri ini memperlihatkan seakan mereka sedang makan. Setelah itu mereka tidur dalam keadaan lapar.

Keesokan harinya, sang suami datang menghadap Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam , Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Malam ini Allah tertawa atau ta’ajjub dengan perilaku kalian berdua. Lalu Allah Azza wa Jalla menurunkan ayat-Nya, (yang artinya): dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin) atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu). Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung –Qs. al-Hasyr/59 ayat 9. [HR Bukhari] 

Dan orang-orang yang telah menempati Kota Madinah dan telah beriman (Anshar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka. Dan mereka tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (orang Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri. Sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu). Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung”. ( Terjemah QS. Al-Hasyr (59):9).

Kisah persaudaraan antara Abdurrahman bin Auf dengan Sa’ad bin Rabi berikut juga tak kalah menariknya. 

Sa’ad ra berkata kepada Abdurrahman ra, “Aku adalah kaum Anshâr yang paling banyak harta. Aku akan membagi hartaku setengah untukmu. Pilihlah di antara istriku yang kau inginkan, (dan) aku akan menceraikannya untukmu. Jika selesai masa ‘iddahnya, engkau bisa menikahinya”. Mendengar pernyataan saudaranya itu, ‘Abdurrahmân menjawab: “Aku tidak membutuhkan hal itu. Adakah pasar (di sekitar sini) tempat berjual-beli?” Lalu Sa’ad menunjukkan pasar Qainuqa’. Maka mulai saat itu Abdurrahmân sering pergi ke pasar untuk berniaga hingga akhirnya ia berkecukupan dan tidak lagi tergantung  bantuan Sa’ad, saudaranya, atau siapapun. [HR. Bukhari].

Tak dapat dipungkiri rasa persatuan dan rasa persaudaraan diantara sesama Muslim pada periode tersebut adalah kunci kemenangan Islam dalam menghadapi dominasi kekuatan kaum Kuffar. Kaum Muslimin yang waktu itu hanya menguasai kota Madinah namun berhasil mempecundangi  dua super power dunia ketika itu yaitu Romawi Timur dan Byzantium.

Dibawah kekhalifahan yang 4 yaitu para Khulafaur Rasyidin ( Abu Bakar ra, Umar bin Khattab ra, Ustman bin Affan rad an Ali bin Abu Thalib ra) yang merupakan generasi sahabat terbaik, dakwah Islam secara cepat berkembang hingga ke separuh belahan dunia. Simak apa yang dikatakan Napoleon Bonaparte kaisar kenamaan Perancis yang terekam dalam “Bonaparte et L’Islam” karya Christian Cherfils pada hal 105.     

“Musa telah menerangkan adanya Tuhan kepada bangsanya, Yesus kepada dunia Romawi dan Muhammad kepada seluruh dunia … Enam abad sepeninggal Yesus bangsa Arab adalah bangsa penyembah berhala, yaitu ketika Muhammad memperkenalkan penyembahan kepada Tuhan yang disembah oleh Ibrahim, Ismail, Musa dan Isa. Sekte Arius dan sekte-sekte lainnya telah mengganggu kesentausaan Timur dengan jalan membangkit-bangkitkan persoalan tentang Tuhan Bapa, Tuhan Anak dan Roh Kudus. Muhammad mengatakan, tidak ada tuhan selain Allah yang tidak berbapa, tidak beranak dan “Trinitas” itu kemasukkan ide-ide sesat … Muhamad seorang bangsawan, ia mempersatukan semua patriot. Dalam beberapa tahun kaum Muslimin dapat menguasai separuh bola bumi … Muhammad memang seorang manusia besar. Sekiranya revolusi yang dibangkitkannya itu tidak dipersiapkan oleh keadaan, mungkin ia sudah dipandang sebagai “dewa”. Ketika ia muncul bangsa Arab telah bertahun-tahun terlibat dalam berbagai perang saudara”.

Kejayaan Islam selama berabad-abad dimulai pada periode Madinah yaitu sejak hijrahnya rasulullah pada tahun 622 M hingga akhir kekhalifahan Ottoman pada tahun 1923. Kejayaan ini terbagi atas beberapa periode dan fase. Kejatuhan kejayaan Islam terjadi secara bertahap, tidak secara tiba-tiba. Penyebab utamanya adalah lemahnya rasa persatuan umat hingga mudah diadu domba oleh mereka yang tidak menyukai Islam. Cinta dunia dan takut mati yang berlebihan seperti gila harta dan kekuasaan hingga tidak mau berjuang untuk Islam, makin mempercepat kejatuhan Islam. Dan hal tersebut terus berlanjut hingga detik ini. 

Dari Tsauban, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Hampir saja para umat (yang kafir dan sesat, pen) mengerumuni kalian dari berbagai penjuru, sebagaimana mereka berkumpul menghadapi makanan dalam piring”. Kemudian seseorang bertanya,”Katakanlah wahai Rasulullah, apakah kami pada saat itu sedikit?” Rasulullah berkata,”Bahkan kalian pada saat itu banyak. Akan tetapi kalian bagai sampah yang dibawa oleh air hujan. Allah akan menghilangkan rasa takut pada hati musuh kalian dan akan menimpakan dalam hati kalian ’Wahn’. Kemudian seseorang bertanya,”Apa itu ’wahn’?” Rasulullah berkata,”Cinta dunia dan takut mati.” [HR. Abu Daud dan Ahmad].

Oleh sebab itu fenomena banyaknya pemuda yang hijrah belakangan ini merupakan angin segar tanda kebangkitan Islam yang telah lama dinantikan. Namun demikian hal yang harus dicatat, hijrah haruslah 100 % alias hijrah total, tidak setengah-setengah.

“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu”.(Terjemah QS. Al-Baqarah(2):208).

Jangan kita memilah-milah hukum Allah, ditaati hukum yang kita sukai dan ditinggalkan hukum yang tidak kita sukai. Hukum menutup aurat, hukum waris, hukum riba, poligami dan jihad perang adalah beberapa contoh hukum yang sering ditolak sebagian kaum Muslimin.

Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui”. (Terjemah QS. Al-Baqarah(2):216).

Allah swt memerintahkan kita untuk tuntas dalam melakukan segala sesuatu, tidak setengah-setengah. Dalam ilmu kedokteran mungkin kita bisa menyetarakannya dengan pasien yang minum antibiotic. Semua orang pasti tahu bahwa minum antibiotik harus sampai habis. Kalau tidak maka akan percuma, dan harus diulang dari awal.

Contohnya dalam shalat. Waktu dan jumlah rakaat tiap shalat sudah tertentu. Subuh 2 rakaat, haram hukumnya kita menambahnya menjadi 3 atau 4 rakaat dengan alasan 2 rakaat terlalu sedikit misalnya. Atau shalat yang sudah nyaris selesai tinggal salam, tetapi tiba-tiba buang angin. Sah kah shalat kita??? Tidak … kita harus mengulang dari awal, bahkan dari wudhu. Bahkan wudhupun harus sesuai syariat, tidak boleh sesuka hati.

Begitulah syariah Islam. Janji Allah Islam adalah rahmatan lil ‘aalamiin, kebaikan untuk seisi alam semesta, akan terpenuhi bila syariah dijalankan secara keseluruhan/tuntas tidak sebagian-sebagian. Bangsa Indonesia adalah mayoritas Muslim, merupakan jamaah haji terbesar seluruh dunia. Tapi adakah keberkahan di bumi kita tercinta?? Bukankah Allah swt telah menganugerahi bangsa ini tanah yang sangat subur, dengan sumber kekayaan alamnya yang tak terhingga?

Mari kita introspeksi, tingkat berapakah korupsi negara kita di dunia? Bagaimana dengan sistim per-bank-an kita yang sarat riba itu?? Bagaimana pula tingkat kriminalitas, perkosaan, pedophili, prilaku menyimpang seperti homoseksualitas, perzinaan, pengguguran kandungan dll yang semua jelas-jelas terlarang dalam Islam??? Belum lagi perpecahan antar kelompok Islam yang makin lama meruncing seolah tidak ada rasa kasih sayang antar mereka.  

“Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal kasih sayang bagaikan satu tubuh, apabila satu anggota badan merintih kesakitan maka sekujur badan akan merasakan panas dan demam”. (HR. Muslim).

Harus diingat musuh kita bukan “cuma” syaitan yang membisik-bisiki hati, tapi juga musuh nyata yang menyerang berbagai lini kehidupan, yang popular dengan sebutan 7 F( Fashion, Food, Film, Free thingking, Free sex, Fun dan Friction).

Jadi bila kita memang sungguh-sungguh ingin kembali mencapai kejayaan Islam seperti dulu maka tidak ada jalan lain selain harus hijrah sebenar-benar hijrah, hijrah dalam segala hal, dengan niat murni demi menggapai ridho-Nya.

“Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya. Setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya untuk Allah dan Rasul-Nya. Siapa yang hijrahnya karena mencari dunia atau karena wanita yang dinikahinya, maka hijrahnya kepada yang ia tuju.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Wallahu’alam bish shawwab.

Jakarta, 12 September 2020.

Vien AM.

Read Full Post »

Semangat Hijrah(1).

Belakangan ini, kata hijrah makin populer di kalangan anak muda yang sedang bersemangat mengikuti berbagai kajian ke-Islam-an. Hijrah biasanya ditandai dengan berubahnya penampilan. Yang perempuan dengan jilbab syar’i-nya, yang lelaki dengan jenggot dan celana cingkrangnya. Sudah sepantasnya kita sambut gembira perubahan tersebut, dengan catatan bila hijrah dilakukan karena dan hanya untuk Allah Azza wa Jala.

Hijrah berasal dari bahasa Arab yang artinya meninggalkan, menjauhkan dari, dan berpindah tempat. Dalam sejarah Islam, hijrah adalah perpindahan yang dilakukan Rasulullah Muhammad saw bersama para sahabat, dari Mekah ke Madinah, dengan tujuan untuk mempertahankan dan menegakkan risalah Islam. Karena selama 13 tahun berdakwah di Mekkah, Rasulullah dan kaum Muslimin yang ketika itu baru berjumlah sedikit sering mengalami cobaan yang berat dan perlakuan keji dari kaum Quraisy. Puncaknya adalah konspirasi pembunuhan Rasulullah saw.

Pada masa kekhalifahan Umar bin Khatab ra perpindahan tersebut diabadikan dengan ditetapkannya sebagai permulaan kalender Islam yang disebut dengan tahun Hijriyah. Tahun tersebut bertepatan dengan tahun 622 Masehi.

Hijrah terbagi atas dua macam, yaitu hijrah Makaniyah dan hijrah Maknawiyah. Hijrah Makaniyah atau hijrah fisik yaitu pindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Atau bisa dimaknai dengan berubah dari suatu keadaan menuju keadaan yang lebih baik. Diantaranya dengan penampilan yang lebih baik, lebih Islami, lebih mengikuti syariah.

Sedang hijrah Maknawiyah atau hijrah batin adalah berpindah dari kekufuran menuju keimanan, dari kebathilan menuju ketaatan, dari berharap kepada makhluk menuju hanya berharap kepada Allah SWT. Hal ini dapat ditandai dengan perubahan sikap yang nyata, seperti lebih dekat dengan Al-Quranul Karim, mengkuti kajian-kajian, shalat berjamaah di masjid bagi laki-laki dll.

Hijrah terbaik adalah yang melibatkan keduanya, hati dan jasad. Sebagian ulama bahkan berkata hijrah bukan sekedar mengerjakan yang sunnah tapi lebih penting lagi meninggalkan segala yang haram. Karena tidak sedikit anak-anak muda yang mengaku hijrah melakukan hal-hal yang sunnah seperti memelihara jenggot, memakai celana cingkrang, melakukan shalat Dhuha tapi tetap berduaan berpacaran, makan makanan yang tidak halal, masih tetap menyimpan uangnya di bank konvensional, bahkan shalat Subuhpun masih sering lalai.

Namun demikian, tak dapat dipungkiri banyaknya pemuda/i yang berhijrah di saat tanda-tanda Hari Kiamat makin bermunculan membuat hati ini lega. Bagi yang suka mengikuti tausiyah para ulama spesialis akhir zaman pasti tahu bahwa kerusakan moral seperti makin merajalelanya perzinahan dan prilaku menyimpang seksual adalah salah satu tanda-tandanya. Jadi sungguh patut diacungi jempol mereka yang berani mengambil keputusan berhijrah di tengah suasana yang demikian.

Mengambil ibrah hijrah yang dilakukan Rasulullah dan para sahabat, hijrah itu harus dipersiapkan. Hijrah ke Madinah diawali dengan baiat Aqabah yaitu ikrarnya 12 penduduk Yatsrib (Madinah) yang ketika itu sedang berziarah ke Mekah, kemudian disusul tahun depannya dengan 75 penduduk Yatsrib yang juga ber-ikrar membela perjuangan rasulullah saw. Itu sebabnya rasulullah dan para sahabat setibanya di Madinah disambut dengan sangat antusias dan baik sekali oleh penduduk Yatsrib.

Yang juga perlu dicatat, Rasulullah hijrah bukan sekedar menghindar dari kedzaliman penduduk Mekah. Namun juga untuk melancarkan, memantabkan sekaligus menyiapkan kaum Muslimin agar suatu hari nanti bisa kembali ke Mekah dan menaklukannya sebagai kota suci bagi seluruh umat Islam.

Telah dikalahkan bangsa Rum, di negeri yang terdekat dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang, dalam beberapa tahun (lagi). Bagi Allah-lah urusan sebelum dan sesudah (mereka menang). Dan di hari (kemenangan bangsa Rumawi) itu bergembiralah orang-orang yang beriman, karena pertolongan Allah. Dia menolong siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang”. (Terjemah QS. Ar-Rum(30):2-5).

Ayat di atas turun di Mekah, sebelum hijrahnya Rasulullah. Ayat tersebut mengabarkan bahwa Rum akan dikalahkan namun beberapa tahun kemudian akan membalas kekalahannya. Rum yang dimaksud ayat tersebut adalah imperium Rumawi Timur atau Byzantium yang ketika itu merupakan negara adi daya. Sedang yang dihadapi adalah imperium Persia yang sejak bertahun-tahun sering berperang berebut kekuasaan menguasai dunia dengan kemenangan yang silih berganti. Yaman dan Irak ketika itu di bawah kekuasaan Persia, sedang Mesir hingga ke Syam ( Lebanon, Suriah, Palestina dan Yordania) berada di bawah kekuasaan Rumawi Timur.

Tak lama setelah turunnya ayat di atas tersiar kabar bahwa Persia telah mengalahkan Rumawi Timur. Sontak orang-orang Quraisypun bersorak girang dan makin merasa congkak. Pasalnya mereka menyetarakan Persia dengan mereka karena Persia adalah negara majusi penyembah api. Sementara Rumawi Timur yang merupakan ahli kitab mewakili kaum Muslimin sebagai orang beriman.

Sebaliknya ketika beberapa tahun kemudian Rumawi Timur berhasil mengalahkan balik Persia merekapun terdiam. Bahkan banyak diantara orang-orang Quraisy yang akhirnya memeluk Islam. Mereka mulai merasakan kebenaran Al-Quran. Hal tersebut terjadi ketika kaum Muslimin telah hijrah ke Madinah.

Pada saat kerajaan tersebut sedang merayakan kemenangan itulah Rasulullah mengutus seorang kepercayaan untuk menyampaikan surat kepada Heraclius kaisar Rumawi Timur yang isinya sebagai berikut:

Bismillahir rahmanir rahiim …

Dari Muhammad, hamba Allah dan utusan-Nya. Kepada Heraklius, raja Romawi. Keselamatan bagi yang mengikuti petunjuk, selanjutnya:

Saya mengajak Anda dengan seruan Islam. Masuklah Islam, niscaya Anda akan selamat. Allah akan memberikan pahala kepada-Mu dua kali. Jika Anda berpaling (tidak menerima) maka Anda menanggung semua dosa kaum Arisiyin. Katakanlah, “Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah”. Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: “Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)”. (QS. Ali Imran: 64).

Sebuah pertanyaan menggelitik bagaimana Rasulullah yang ketika itu baru menguasai Madinah sebagai kota yang tidak mempunyai pengaruh dunia tapi berani mengirimkan surat kepada seorang kaisar negara adi daya yang baru saja memenangkan pertempuran bergengsi, dengan isinya yang bisa dibilang “lancang’‘ dalam pandangan mereka.

Sejarah juga mencatat beberapa tahun kemudian wilayah kekuasaan Rumawi Timur maupun Persia keduanya jatuh ke dalam kekuasaan Islam. Allahu Akbar …

Katakanlah: “Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu”.  (Terjemah QS. Ali Imran(3):26).

Itulah kekuatan dasyat hijrah, yang menjadikan Al-Quranul Karim sebagai pegangan dan pelindung dari segala kejahatan manusia dan jin. Allah swt adalah Yang Maha Besar, tidak ada yang perlu ditakuti selain-Nya. Kepatuhan dan ketaatan hanya kepada-Nya.

Selain persiapan yang matang hijrah juga memerlukan lingkungan yang kondusif. Pengalaman mengatakan bagaimana seorang yang hijrah tapi tetap berada di lingkungan lama yang tidak baik mudah terperosok kembali ke dalam kegelapan.

Sebaliknya tidak sedikit selebritis muda yang hijrah, berani meninggalkan dunia gemerlap maka Allahpun memberi jalan keluar.  Betapa banyak kaum muda yang tadinya berkiprah di dunia per-bank-an dan keuangan yang sarat riba kemudian berhijrah lalu Allah menolong mereka dengan rezeki yang halal.

Pemuda bagaimanapun adalah ujung tombak berbagai perjuangan termasuk perjuangan melawan kebathilan. Sejarah mencatat bagaimana di hari-hari akhir rasulullah menunjuk Usamah bin Zaid bin Harits yang ketika itu baru berusia 18 tahun untuk menjadi panglima perang melawan Rumawi Timur.

“Sungguh Kostantinopel akan dibebaskan, sebaik–baik amir adalah amirnya dan sebaik–baik pasukan adalah pasukan tersebut.”[HR. Bukhari Muslim].

Begitupun penakluk Konstatinopel ibu kota Byzantium/Rumawi Timur pada tahun 1453. Ia adalah seorang pemuda yang baru berusia 22 tahun. Itulah Muhammad Al Fatih yang juga dikenal dengan nama Sultan Mehmed II, yang memiliki nama besar sejajar dengan Sultan Salahuddin Ayyubi yang berhasil merebut kembali Yerusalem dengan Baitul Aqshonya dari cengkeraman tentara Salib. Salahuddin berhasil mendirikan dinasti Ayyubiyah yang memiliki kekuasaan yang sangat luas pada usia relative muda, yaitu 36 tahun.

Berikut adalah daftar 11 pemuda Islam terbaik sepanjang sejarah.

https://www.islampos.com/inilah-11-pemuda-islam-terbaik-sepanjang-sejarah-91801/

Akhir kata kalaupun seorang pemuda tidak memiliki kemampuan untuk melawan kedzaliman dan kekafiran paling tidak ia harus berusaha menghindarinya sebagaimana kisah para pemuda penghuni gua Kahfi yang diabadikan panjang lebar dalam surat Al-Kahfi. Allah swt tidurkan mereka selama 309 tahun dan terbangun ketika kekuasaan telah Allah pindahkan kepada orang beriman.

Dan apabila kamu meninggalkan mereka dan apa yang mereka sembah selain Allah, maka carilah tempat berlindung ke dalam gua itu niscaya Tuhanmu akan melimpahkan sebagian rahmat-Nya kepadamu dan menyediakan sesuatu yang berguna bagimu dalam urusan kamu”. (Terjemah QS.Al-Kahfi(18):16).

Mari kita sambut tahun baru Hijriyah 1442 ini dengan semangat meneladani Rasulullah, para sahabat dan para pemuda di masa lalu.

Wallahu ‘alam bish shawwab.

Jakarta, 1 Muharam 1442H.

Vien AM.

Read Full Post »

« Newer Posts - Older Posts »