Feeds:
Posts
Comments

Posts Tagged ‘‘Asiyah binti Muzahim’

Tampaknya sulit untuk dipungkiri bahwa  pengaruh prilaku perempuan terhadap prilaku pasangannya  jauh  lebih besar dibanding pengaruh prilaku lelaki terhadap prilaku perempuan. Pengaruh ini bisa pengaruh positif bisa juga pengaruh negatif. Hal ini terjadi karena pada umumnya lelaki sekuat dan seperkasa apapun cenderung selalu ingin menyenangkan dan menuruti kemauan istri/kaum perempuan walaupun keinginan tersebut tidak sesuai dengan syariah. Ini adalah fitrah.

Tampaknya hanya lelaki yang memiliki keimanan ekstra tinggi saja yang mampu terhindar dari pengaruh negatif perempuan.  Mereka itu adalah orang-orang yang senantiasa berada dalam lindungan Allah swt. Contohnya adalah nabi Nuh as dan nabi Luth as. Prilaku kedua istri nabi ini sangat buruk sehingga Allah swt mengazab keduanya dengan azab yang amat pedih.  Sebaliknya prilaku positif  seorang perempuan acapkali tidak mampu mempengaruhi tindak tanduk lelaki tidak beriman yang keras kepala. Contohnya adalah Asiya, istri Fir’aun.

Allah swt sengaja mengabadikan kisah ketiganya melalui firman-Nya dalam Al-Qur’an agar menjadi peringatan bagi kaum perempuan untuk selalu berhati-hati dan memperhatikan prilaku dan tindak tanduk mereka. Karena perempuan adalah sumber fitnah terbesar bagi lelaki.

Rasulullah bersabda : ”Aku tidak meninggalkan fitnah yang paling berbahaya bagi kaum lelaki kecuali fitnah yang datang dari perempuan”.

Itu sebabnya mengapa mendidik anak perempuan dengan baik dapat menyelamatkan seseorang dari api neraka. ”Barangsiapa yang merawat atau membesarkan kedua anak perempuannya maka aku dan dia masuk surga secara bersama-sama, seraya nabi memberi isyarat seperti dua jari tangannya” (HR Muslim).

Berikut beberapa contoh pengaruh dan keteladanan perempuan yang hidup dalam lingkungan kekuasaan dan kerajaan.

1. Ratu Bilqis dari kerajaan Sa’ba. (sekarang Yaman).

Barat mengenalnya dengan nama Ratu Sheba. Ia memerintah kerajaan Sa’ba yang sekarang ini adalah negri Yaman, di selatan jazirah Arab. Ketika masih berada dibawa kekuasaannya,negri ini juga meliput Etiopia di benua Afrika. Ia diperkirakan memerintah pada tahun 900 SM, bersamaan dengan kerajaan Sulaiman di Palestina.

”Maka tidak lama kemudian (datanglah hud-hud), lalu ia berkata: “Aku telah mengetahui sesuatu yang kamu belum mengetahuinya; dan kubawa kepadamu dari negeri Saba suatu berita penting yang diyakini.Sesungguhnya aku menjumpai seorang wanita yang memerintah mereka, dan dia dianugerahi segala sesuatu serta mempunyai singgasana yang besar. Aku mendapati dia dan kaumnya menyembah matahari, selain Allah; dan syaitan telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka lalu menghalangi mereka dari jalan (Allah), sehingga mereka tidak dapat petunjuk, agar mereka tidak menyembah Allah “. (QS.An-Naml(27):22-24).

”Berkata Sulaiman: “Akan kami lihat, apa kamu benar, ataukah kamu termasuk orang-orang yang berdusta. Pergilah dengan (membawa) suratku ini, lalu jatuhkanlah kepada mereka, kemudian berpalinglah dari mereka, lalu perhatikanlah apa yang mereka bicarakan”. Berkata ia (Balqis): “Hai pembesar-pembesar, sesungguhnya telah dijatuhkan kepadaku sebuah surat yang mulia. Sesungguhnya surat itu, dari Sulaiman dan sesungguhnya (isi) nya: “Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Bahwa janganlah kamu sekalian berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang berserah diri “. (QS.An-Naml(27):28-31).

Untuk menunjukkan kekuatan dan kekuasaan kerajaannya, Sulaiman as kemudian memerintahkan agar istana sang Ratu dipindahkan ke dekat istana raja Sulaiman. Hal ini dapat terjadi karena Allah SWT memang telah memberinya kekuasaan dan kepercayaan dalam banyak hal sebagai cobaan baginya.

” Dikatakan kepadanya: “Masuklah ke dalam istana”. Maka tatkala dia melihat lantai istana itu, dikiranya kolam air yang besar, dan disingkapkannya kedua betisnya. Berkatalah Sulaiman: “Sesungguhnya ia adalah istana licin terbuat dari kaca“. Berkatalah Balqis: “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah berbuat zalim terhadap diriku dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan semesta alam”. (QS.An-Naml(27):44).

Maka sebagaimana kerajaan Sulaiman, Kerajaan Sa’bapun dengan ratunya, yaitu Ratu Balqis akhirnya mengikrarkan diri sebagai kerajaan yang hanya tunduk  kepada kekuasaan tertinggi yang sesungguhnya, yaitu kekuasaan Allah swt, Tuhan semesta alam. Selanjutnya kerajaan ini menjalankan pemerintahan hanya berdasarkan hukum-Nya dan mengalami masa kejayaan hingga berabad-abad kemudian.

2. Ratu Cleopatra dari Mesir.

Pada tahun 51 SM, Cleopatra bersama adik yang sekaligus merangkap sebagai suaminya, Ptolemee XIII, diangkat menggantikan kedudukan ayahnya sebagai firaun Mesir. Ketika itu ia baru berusia 18 tahun. Namun tak lama kemudian, terjadi pertikaian, yang mengakibatkan dibuangnya Cleopatra dari Mesir.

Tak lama setelah itu, berkat bantuan diktator Romawi, Julius Caesar, Cleopatra berhasil membunuh suaminya itu. Dengan  demikian ia berhasil mendapatkan kembali kekuasaannya. Kemudian ia kembali menikahi adiknya yang lain. Disamping itu, untuk menghindari kerajaannya dianektasi oleh Julius, sang jenderal dewa penolong, Cleopatra menjalin hubungan asmara dengannya hingga akhirnya membuahkan anak.

Akan tetapi ketika pada suatu peristiwa sang jenderal terbunuh, Cleopatra segera mendekati jenderal lain, Mark Antoine. Dengan daya tarik keperempuanannya, ratu Mesir ini berhasil membius Antoine hingga ia mabuk kepayang dan menyerahkan bagian barat kerajaannya ke bawah kekuasaan Cleopatra. Hubungan gelapnya dengan jenderal ini membuahkan 3 orang anak. Selanjutnya, terjadi pertempuran antara pihak Romawi dibawah jenderal Octavius yang kecewa dan gusar terhadap kebijakan Antoine melawan Antoine, si pengkhianat negara. Pihak Antoine memang kalah tetapi Antoine sendiri tewas bukan karena pertempuran tersebut. Ia bunuh diri dengan pedangnya karena  mendengar kabar bahwa kekasihnya, Cleopatra, bunuh diri.

Padahal ratu Mesir, penggoda  lelaki yang gila kekuasaan ini sebaliknya sedang berusaha merayu musuhnya, Octavius!  Namun kali ini rayuan mautnya tidak berhasil sehingga akhirnya ia bunuh diri dengan membiarkan dirinya di gigit ular beracun sebagaimana kebiasaan orang Mesir kuno bunuh diri.

3. Asiya, istri Fir’aun dari Mesir.

Asiya adalah seorang perempuan yang terkenal disamping sangat cantik parasnya juga cantik budi pekertinya. Rasulullah pernah bersabda bahwa istri firaun ini adalah salah satu hamba Allah, disamping Khadijah ra dan Maryam ibu Isa Almasih, yang dijanjikan menjadi  penghuni surga.

Asiya seorang yang shalehah walaupun bersuamikan orang yang tidak hanya kejam dan bengis namun juga menganggap dirinya adalah Tuhan. Ia tetap tegar dan kokoh pada pendiriannya untuk  menghambakan diri hanya kepada Allah swt. Firaun tidak pernah berhasil memaksa Asiya untuk menuhankan dirinya.

”Dan Allah membuat isteri Fir`aun perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, ketika ia berkata: “Ya Tuhanku, bangunlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga dan selamatkanlah aku dari Fir`aun dan perbuatannya dan selamatkanlah aku dari kaum yang zalim”(QS.At-Tahrim(66):11).

Asiya  memang tidak bisa menyadarkan suaminya namun dalam salah satu ayat Al-Quran diceritakan bagaimana ia  membujuk suaminya itu agar tidak membunuh bayi yang ditemukannya di sungai yang mengalir hingga ke dalam istana. Ia menginginkan agar bayi tersebut tetap tinggal di istana dan diakui sebagai anak oleh pasangan tersebut. Padahal sebelumnya firaun telah memerintahkan agar seluruh bayi laki-laki yang lahir di negri tersebut dibunuh karena ia bermimpi bahwa kelak akan ada lelaki Yahudi yang akan menjatuhkan kekuasaannya.

Namun nyatanya pemimpin biadab nan kejam ini tidak kuasa menolak permintaan istrinya tercinta. Ironisnya, bayi itulah yang dikemudian hari berontak melawan kekuasaan  dan kekejamannya. Bayi itu adalah  Musa as.

4. Zulaikha, istri seorang mentri kerajaan Mesir.

Yusuf as adalah seorang pemuda tampan. Ketika kecil karena kecemburuan saudara-saudaranya terhadap prilaku ayahnya yang mereka anggap kurang adil,  ia dibuang ke dalam sumur. Tetapi berkat pertolongan-Nya, ia diselamatkan oleh kafilah yang melewati sumur dimana ia dibuang walaupûn akhirnya ia hanya dijual sebagai budak di negri Mesir. Di negri ini ia dibeli oleh sepasang suami istri yang tidak mempunyai keturunan. Si suami adalah seorang pejabat negara yang sangat sibuk dengan pekerjaan sementara Zulaikha, istrinya sering merasa kesepian di rumah.

Suatu hari ketika Zulaikha sedang sendiri di rumah ia  memperhatikan bahwa budaknya, yaitu Yusuf as,  adalah  seorang yang ketampanannya tidak tertandingi oleh siapaun. Syaitan segera bekerja, ia membisikkan agar perempuan cantik ini menggoda budaknya tersebut.

”Dan wanita (Zulaikha) yang Yusuf tinggal di rumahnya menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya (kepadanya) dan dia menutup pintu-pintu, seraya berkata: “Marilah kesini.” Yusuf berkata: “Aku berlindung kepada Allah, sungguh tuanku telah memperlakukan aku dengan baik.” Sesungguhnya orang-orang yang zalim tiada akan beruntung”.(QS.Yusuf(12):23).

Yusuf segera berlari menuju pintu tetapi perempuan yang sedang dirasuki bisikan syaitan tersebut tidak mau membiarkannya. Ia menarik bagian belakang gamis Yusuf. Keika itulah muncul sang suami di depan pintu. Segera Zulaikha berlepas diri. Ia melempar fitnah bahwa budaknya itu hendak memperkosanya.

Yusuf berkata: “Dia menggodaku untuk menundukkan diriku (kepadanya)”, dan seorang saksi dari keluarga wanita itu memberikan kesaksiannya: “Jika baju gamisnya koyak di muka, maka wanita itu benar dan Yusuf termasuk orang-orang yang dusta. Dan jika baju gamisnya koyak di belakang, maka wanita itulah yang dusta, dan Yusuf termasuk orang-orang yang benar.” QS.Yusuf(12):26-27).

Namun tatkala suami Zulaikha mendapatkan bukti bahwa gamis Yusuf koyak di belakang, yang berarti istrinyalah yang  bersalah, ia tetap membela istrinya. Ia bahkan  malah  menghukum Yusuf. Maka Yusuf harus menjalani kurungan penjara selama beberapa tahun. Sebaliknya Zulaikha, ia segera bertaubat  dan memohon ampunan kepada-Nya. Ia menyadari kesalahannya hingga terperosok dalam bisikan syaitan. Beruntung Allah swt menerima taubatnya itu.

Sementara itu dalam suatu kisah diceritakan bahwa setelah Yusuf bebas dari penjara, suami Zulaikha telah meninggal dunia. Yang Maha Kuasa kemudian mengabulkan keinginan terpendam Yusuf yang sebenarnya ketika itu juga menyimpan keinginan terhadap Zulaikha. Namun karena rasa takutnya terhadap Sang Khalik membuatnya ia terbebas dari bisikan nafsu syaitan tersebut. Oleh karenanya dengan ridho’ Allah, merekapun akhirnya menikah dan hidup berbahagia.

5. Syajaratud Dur, seorang sultan  Mesir.

Syajaratud Dur  adalah seorang  pemimpin perempuan pertama yang berhasil menduduki kursi tertinggi pemerintahan  dalam sejarah Islam. Ini terjadi pada abad ke 12 M di Mesir.

Ketika suaminya meninggal dunia, semula ia hanya berusaha meneruskan jalannya pemerintahan. Ia menyembunyikan berita kematian suaminya tersebut dari khalayak umum. Kemudian dengan bantuan seorang anaknya, ratu ini berhasil menghadapi serangan pasukan Salib dan bahkan berhasil mengusir mereka dari tanah Mesir. Namun kemudian dorongan nafsu dan bisikan syaitan untuk meneruskan ambisi kekuasaan menguasainya. Ia  kemudian membunuh anaknya tersebut.

Beberapa lama kemudian ketika akhirnya rahasianya terbongkar, dengan kecerdikannya ia segera menikah kembali dan menjadikan suami barunya itu  sebagai sultan. Tak puas dengan  kedudukan baru yang hanya sebagai pendamping seorang sultan, iapun kembali  membunuhnya. Namun kali ini, rupanya Allah swt tidak mau lagi menyembunyikan kebusukan dirinya yang sudah keterlaluan. Rahasianya terbongkar dan masyarakat tak lagi dapat memaafkannya. Ia kemudian disingkirkan dari kursi kesultanan dan harus mempertanggung-jawabkan apa yang telah diperbuatnya selama itu.

Wallahu’alam bishawab.

Jakarta, April 2009.

Vien AM.

Baca lengkap click  kolom  e-Book  ” Perempuan dan Lelaki dalam pandangan Islam ; Mitra atau Rival ? “

Read Full Post »

Khadijah adalah seorang perempuan Quraisy terhormat yang lahir dari keluarga kaya raya. Putri cantik Khuwailid bin Asad ini juga dikenal sebagai perempuan yang sukses meneruskan bisnis kedua orang-tuanya yang wafat ketika Khadijah masih muda belia. Ia dijuluki ‘Afifah Thahirah atau perempuan suci oleh orang-orang disekitarnya. Bunga Mekah ini pernah menikah dua kali. Keduanya wafat ketika masih berstatus sebagai suaminya. Dari suami pertamanya Khadijah mempunyai 2 orang anak. Setelah itu Khadijah memutuskan untuk tidak lagi menikah meski beberapa lelaki terhormat datang melamarnya.

Namun Allah menghendaki lain. Sejak ia mendengar sendiri laporan dari pembantu setianya, Maisaroh, tentang  bagaimana santunnya seorang pemuda bernama Muhammad bin Abdullah yang ditunjuknya untuk membantu menjalankan bisnisnya, hatinya tiba-tiba hidup kembali. Sebelum itu ia memang pernah mendengar kabar bahwa pemuda Quraisy ponakan Abu Thalib, cucu Abdul Mutthalib itu memiliki akhlak yang sungguh mulia. Ia dikenal sebagai pemuda yang jujur dan sopan  Sangat berbeda dengan kebanyakan pemuda Mekah yang gemar bermabuk-mabukan dan pesta pora.

Hal inilah yang membuat Khadijah berpikir ulang. “Pasti ada sesuatu yang istimewa dalam diri anak muda ini. Dari begitu banyak orang yang pernah aku serahi tugas menjalankan perniagaan tak satupun yang pernah pulang dengan membawa berkah yang demikian berlimpah. Dan ini semua berkat kejujuran dan kesantunannya ”, pikirnya keheranan. “Walaupun beda usia antara aku dan dirinya cukup jauh, rasanya bukan hal mustahil bagi kami untuk bersatu dalam sebuah pernikahan. Semoga firasatku ini firasat yang baik. Semoga darinya akan lahir anak-anak yang berkwalitas ”.

Itu sebabnya maka Khadijahpun memberanikan diri mengutus sahabatnya, Nafisah binti Muniyah, untuk menanyakan apa yang menjadi penghalang pemuda yang diam-diam telah mencuri hatinya itu, sehingga ia belum juga menikah.

Aku tidak pernah berani berpikir ke arah itu karena aku belum memiliki cukup harta untuk meminang seseorang”, begitu jawaban pendek Muhammad. Maka akhirnya ketika Nafisah memberitahukan bahwa Khadijah, yang masih memiliki hubungan kekerabatan walau jauh itu, menginginkan Muhammad melamar dirinya, Muhammad langsung setuju. Ternyata diam-diam sang pemuda juga menyimpan rasa kagum terhadap Khadijah. Itu sebabnya Muhammad segera melamarnya.

Dengan persetujuan kedua keluarga besar maka menikahlah Muhammad bin Abdullah dengan Khadijah binti Khuwailid. Ketika itu Muhammad  berusia 25 tahun sementara Khadijah 40 tahun. Perbedaan usia yang jauh serta kesenjangan ekonomi  yang lebar antara keduanya tidak menghalangi pasangan tersebut membina rumah tangga yang penuh bahagia.

Khadijah mempercayakan urusan perniagaannya kepada sang suami tercinta, dan di tangan Muhammad perniagaan Khadijah semakin lancar dan maju. Sementara Khadijah sendiri lebih fokus kepada urusan rumah tangga.  Namun  demikian ini tidak berarti bahwa Muhammad lepas tangan terhadap urusan yang umumnya dianggap sebagai urusan perempuan itu. Tidak jarang Muhammad terlihat membantu pekerjaan sehari-hari Khadijah. Pendek kata meskipun kini Muhammad telah menjadi seorang saudagar kaya raya, ia tetap sederhana dan bersahaja.

Sementara itu di waktu-waktu luangnya, Khadijah mendapati bahwa sang suami sering merenung dan berusaha berpikir siapakah sebenarnya Sang Pencipta yang patut disembah dan diagungkan. Muhammad muda senantiasa menjauhkan diri dari ritual penyembahan berhala yang lazim dilakukan kaumnya yang dalam kesesatan. Semua ini tak terlepas dari pengamatan Khadijah. Hal ini menimbulkan kekaguman dan kesan mendalam di hati sang istri tercinta. Oleh karenanya ia tidak pernah menghalangi kepergian suaminya bermunajat di gua Hira dalam rangka merenung dan memikirkan penciptaan bumi, langit beserta seluruh isinya.

Itu sebabnya ketika suatu hari suami dengan menggigil ketakutan pulang ke rumah sambil menceritakan bahwa ia telah didatangi ’mahluk yang memenuhi langit’ ( malaikat Jibril as), Khadijah tidak mencemoohkannya bahkan langsung mempercayainya. Beliaulah orang yang pertama beriman dan langsung mempercayai kerasulan Muhammad saw disaat yang lain masih mengingkari dan mencemoohnya.

Khadijah segera menyelimuti dan menghibur sang suami dengan kata-kata yang menyejukkan dan menenangkan hati. Dalam keadaan inilah turun ayat berikut :

Hai orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah (untuk sembahyang) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya), (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al Qur’an itu dengan perlahan-lahan. ” . (QS.Al-Muzzammil(73):1-4).

Untuk menenangkan hati suaminya Khadijah mengajaknya menemui   Waraqah bin Naufal, seorang pendeta Nasrani buta sekaligus sepupunya. Di sana Khadijah menceritakan apa yang dialami Muhammad yang ketika itu belum menjadi seorang Rasul.

Itu adalah malaikat yang pernah Allah utus kepada Musa. Oh, alangkah bahagianya apabila aku masih muda dan perkasa. Alangkah bahagianya seandainya aku masih hidup tatkala kamu diusir oleh kaummu”, berkata Waraqah setelah mendengar cerita keponakannya.

Apakah mereka akan mengusirku?” tanya Muhammad, risau.

Ya, tidak ada seorangpun yang membawa seperti apa yang kamu bawa kecuali dimusuhi dan diperangi oleh kaumnya. Seandainya kelak aku masih hidup dan mengalami hari yang akan kamu hadapi itu, niscaya aku akan membantumu sekuat tenaga.”

Sayang tidak berapa lama setelah kejadian tersebut, Waraqah meninggal dunia. Sedangkan Khadijah, sejak itu selalu bersiap diri rela mengorbankan waktu, jiwa serta seluruh hartanya untuk dakwah Rasullullah Muhammad saw,  sang suami tercinta. Demikian  pula ketika kaum Quraisy memboikot Rasul dan para pengikutnya di lorong sempit rumah beliau selama kurang lebih 2 tahun, Khadijah senantiasa mendampingi dan menghibur Rasul dengan penuh kesetiaan.

Hingga akhirnya setelah 25 tahun mendampingi Rasulullah, pada usia 65 tahun Allah swt memanggil Khadijah untuk kembali kepada-Nya. Tahun tersebut di kemudian hari dikenang  dengan sebutan ‘Amul-Huzn atau Tahun Duka Cita. Karena pada tahun tersebut paman Rasulullah, Abu Thalib yang selama ini senantiasa melindungi dakwah Rasulullah juga berpulang ke rahmatullah.

Yang juga patut dicatat, selama Khadijah menjadi istri Rasulullah tidak pernah sekalipun suaminya itu memadunya, hal yang amat lazim bagi pria Arab ketika itu untuk memiliki istri lebih dari satu. Apalagi ketika itu Rasulullah masih sangat muda, namun tak pernah sekalipun mencoba menambah istri lagi, bahkan terpikirpun tidak.

Pasangan istimewa ini dikaruniai 4 putri dan 2 putra. Empat putri mereka adalah Zainab, Ruqaiah, Ummi Kultsum dan Fatimah binti Muhammad. Sedangkan dua putra mereka  adalah Abdullah dan Qasim bin Muhammad. Keduanya meninggal ketika masih kecil.

Di kemudian hari, Aisyah, istri Rasulullah yang masih belia, menunjukkan kecemburuan yang sangat karena Rasulullah memuji Khadijah, dengan kepolosannya berkata, “Bukankah dia hanya seorang yang sudah tua dan Allah SWT telah mengganti untukmu orang yang lebih baik darinya?”

Mendengar itu, wajah Rasulullah sontak memerah, dan bersabda, “Demi Allah! Allah tidak pernah menggantikan yang lebih baik darinya. Dia beriman ketika orang-orang ingkar, dia membenarkanku ketika orang-orang mendustakanku, dia membelaku dengan hartanya ketika orang-orang menghalangiku, dan aku dikaruniai Allah anak darinya, sementara aku tidak dikaruniai anak dari istri-istriku yang lain”.

Rasulullah juga pernah bersabda, “Wanita terbaik di semesta ini adalah Maryam binti ‘Imran, ‘Asiyah binti Muzahim, Khadijah binti Khuwailid dan Fathimah binti Muhammad” ( HR.At Tirmidzi).

Wallahu’alam bishawab.

Jakarta, April 2009.

Vien AM.

Wallahu’alam bishawab.

Jakarta, April 2009.

Vien AM.

Read Full Post »