Feeds:
Posts
Comments

Posts Tagged ‘Vladimir Lenin’

Sulit  rasanya membayangkan bagaimana perasaan Soekarno, presiden pertama RI, ketika suatu hari di tahun 1956 tanpa sengaja melihat sebuah masjid berdiri di suatu kota besar di negara komunis terbesar dunia, Rusia.

Namun pagi itu, Sabtu, 28 Oktober 2012, bayangan itu dapat terhapus. Bangga, kagum, senang sekaligus terharu bercampur menjadi satu, Subhanallah Allahuakbar wa Alhamdulillah …

Ya, di pagi hari yang cerah itu Allah swt telah memberi kami berdua kesempatan untuk melihat dari dekat masjid Biru yang terletak di St Petersburg, sekitar 900 km dari Moskwa ke arah barat laut, mendekati perbatasan Finlandia. Itulah Masjid Soekarno. Namun nama tersebut sebenarnya hanya sebutan yang diberikan masyarat Indonesia yang ada di kota tersebut. Karena nama aslinya adalah Central Mosque atau St Petersburg Mosque.  Orang juga sering menyebutnya Masjid Jamul Muslimin.

Perjalanan Moskwa-Petersburg berlangsung sekitar 1 jam, dengan pesawat terbang.  Kami mendarat di kota ini pada pukul 7.30 waktu setempat, dengan sambutan salju dimana-mana. Beruntung pesawat bisa mendarat dengan selamat, karena beberapa waktu sebelumnya badai salju menerpa kota di belahan bumi  utara ini.

Kami juga sangat beruntung karena sopir taxi yang memperkenalkan diri dengan nama Blood ini fasih berbasa Inggris. Hal yang sangat jarang ditemui. Dan makin beruntung lagi karena pak sopir bule berambut pirang, bukan merah darah sebagaimana namanya, .. 🙂  .. rupanya punya hobby bercerita.  Terlihat jelas betapa bangganya ia terhadap kota kelahirannya ini. Plus bangga dengan kefasihannya berbahasa Inggris, karena beberapa kali kami memujinya. Eits, berpahala lho membuat hati orang senang, dengan catatan tidak mengada-ada dan ikhlas.

Darinya kami jadi tahu sekilas sejarah kota ini. St Petersburg adalah kota terbesar ke 2 di Rusia setelah Moskwa. Hampir 200 tahun lamanya kota ini pernah menjadi ibu kota Negara sebelum akhirnya dipindahkan ke Moskwa pada tahun 1918. Ia sempat beberapa kali berganti nama, yaitu Petrogad dan Leningrad.  Selama 67 tahun kota ini dikenal  dengan nama Leningrad.  Nama ini diambil dari Vladimir Lenin, bapak komunisme Rusia.  Leningrad kembali menjadi St Petersburg  setelah kejatuhan komunisme di tahun 1991.

P1020175P1020172IMG_3908IMG_3931St Petersburg dibangun pada tahun 1703 oleh tsar ( kaisar)  Rusia, Peter the Great. Kota ini dibangun di dalam benteng kuno Peter and Paul fortress yang terletak di sebuah pulau kecil atau tepatnya delta di sungai Neva. St Petersburg tercatat sebagai kota yang memiliki beberapa julukan karena kecantikannya, diantaranya yaitu Venice from the North. Ini disebabkan banyaknya kanal yang ada di kota ini.  Dalam membangun kota pelabuhan di tepi pantai Baltik ini, sang raja terinspirasi oleh kecantikan bangunan-bangunan di Eropa Barat yang sering dikunjunginya.

Taxi yang kami tumpangi pagi itu langsung meluncur menuju hotel yang terletak di St Petersburg selatan. Kami hanya satu hari satu malam di kota ini. Tujuan utama kami jelas, yaitu melihat masjid biru yang pernah dilihat presiden pertama  RI dulu.  Besok pagi kami sudah harus meninggalkan kota menuju Kazan, ibu kota Dagestan, salah satu Negara bagian Rusia.

Maka setelah cek-in hotel kami segera keluar lagi mencari stasiun metro, yang menurut peta kota tidak berapa jauh dari hotel. Sayangnya, meski udara cerah dan matahari bersinar terang namun udara terasa amat dingin, menggigit hingga ke tulang sumsum, brrr …  Ini masih ditambah dengan jalanan yang lumayan licin, karena  masih ada sisa-sisa salju yang turun subuh tadi.  Kami sempat beberapa kali terpeleset, hiks ..

Yang menarik, orang Rusia yang selama ini dikenal ‘dingin’ dan tidak bersahabat, mungkin karena kesan komunisnya yaa, ternyata tidaklah demikian. Beberapa kali tanpa ditanya mereka menawarkan bantuan melihat kami celingukan mencari arah dengan peta di tangan. Uniknya lagi, tanpa peduli bahwa percakapan kami tidak nyambung, karena mereka bertanya dalam bahasa mereka, Rusia, sementara kami tidak paham apa yang mereka katakan.

Berkat bantuan dua orang ibu setengah umur kami berdua akhirnya sampai di stasiun metro. Yang pertama adalah seorang ibu setengah umur. Ibu ini tidak cukup hanya menunjukkan arahnya saja namun mengajak kami berjalan mengikutinya karena kebetulan ia juga sedang menuju ke arah yang sama,  begitu kilahnya. Ibu ini hendak pergi ke sebuah bank. Kami berjalan berdampingan selama beberapa menit sambil mengobrol. Ia sempat bercerita bahwa ia pernah mengunjungi Malaysia. Kebetulan ibu yang satu ini bisa berbahasa Inggris. Kami berpisah di perempatan jalan setelah ia menunjukkan kemana kami harus menuju.

Selanjutnya kami berjalan mengikuti arahannya, dengan tetap memegang peta. Namun di tengah perjalanan seorang nenek menawarkan bantuannya. Bersamanya akhirnya kami tiba di depan pintu stasiun metro. Kali ini sang nenek hanya bisa berbahasa Rusia. Namun tampak jelas bahwa ia tidak ingin kami tersesat. Karena beberapa kali ia menunjuk ke arah pintu stasiun seolah kami tidak bisa membaca tulisan besar di atas pintu tersebut. Padahal memang tidak bisa, karena tulisannya dalam huruf akrilik .. 🙂

Sekitar 20 menit kami berada di dalam metro. Stasiun metro yang kami tuju adalah Gorkovskaya. Begitu keluar dari stasiun bawah tanah ini, angin sejuk langsung menerpa wajah kami. Segera saya menaikkan pull over tebal yang saya kenakan hingga leher dan menarik retsleting jaket dingin saya. Demikian pula suami saya. Selanjutnya kami segera mencari posisi dan mencocokannya dengan peta yang kami genggam erat sejak tadi.

Subhanallah .. Begitu kami mendongakkan kepala terlihat sebuah menara tinggi menatap kami. Tidak salah lagi, inilah menara masjid yang kami cari itu. Betapa senangnya hati ini melihat kenyataan bahwa bait Allah ini begitu mudah ditemukan.

IMG_3855Letak  masjid ini benar-benar strategis dan istimewa. Masjid terletak tidak jauh dari benteng Peters and Paul, yang merupakan pusat kota, selain sangat dekat dengan stasiun metro. Di dalam benteng inilah berdiri gereja dimana semua kaisar Rusia dimakamkan. Masjid terletak di pinggir jalan raya, di depan sebuah taman. Menaranya yang berjumlah 2 buah itu terlihat menyembul di antara ranting-ranting cantik pepohonan musim gugur yang sungguh mempesona. Sementara kubah birunya hampir tidak terlihat karena begitu menyerupai birunya langit yang pagi itu terlihar sangat cerah.

Kami terus berjalan mendekati masjid dengan hati berdebar senang. Namun rupanya untuk memasuki masjid, harus berputar, karena jalanan terlalu lebar untuk diseberangi. Kami berjalan hingga mencapai ujung jalan sebelum akhirnya menyebranginya.

IMG_3878IMG_3869Sayang ternyata masjid tidak seindah dari kejauhan. Tembok-temboknya sudah tua dan terlihat berlumut.  Meski tidak dapat dipungkiri detilnya tetap menawan. Masjid ini amat mirip dengan masjid-masjid di Bukhara, Uzbekistan, yang rata-rata berkubah biru itu.

Dan nyatanya, masjid yang dibangun pada tahun 1910 dan selesai pada tahun 1921 ini memang dibangun dalam  rangka peringatan 25 tahun berkuasanya Abdul Ahat Khan, penguasa kota Bukhara, Uzbekistan, saat itu. Pada waktu itu, umat Islam di St Petersburg diperkirakan berjumlah 8.000 jiwa, sebagian besar adalah para pekerja yang sedang membangun kapal di galangan Sungai Neva. Umumnya mereka datang dari Dagestan, Kazakhstan, Tajikistan, dan Turkmenistan. Ini terjadi di era Rusia dibawah tsar Nicholas II, yang mengizinkan berdirinya masjid. Ini merupakan masjid terbesar di Eropa kala itu.

Penting untuk diketahui, pada tahun 1868, Bukhara yang merupakan kerajaan Islam jatuh ke tangan Rusia dibawah para tsar.  Sejak itulah umat Islam berbondong-bondong datang ke kota ini. Jadi ikatan keduanya memang sudah terjalin baik. Meski ajaran Islam itu sendiri sebenarnya telah ada di Rusia sebelum abad 8, yaitu berkat orang-orang Tatar yang pernah lama menguasai negri ini.

Selanjutnya, ketika komunisme berhasil menjatuhkan kekaisaran Rusia pada tahun 1917, Bukharapun direbut dan kerajaan ini ambruk pada tahun 1920. Bukhara adalah kota kelahiran ahli hadist kenamaan Bukhari ( 810 M – 870 M).

Sejak berkuasanya komunisme di negri ini, pintu-pintu keagamaanpun ditutup rapat. Tidak ada tempat bagi pemeluk agama di negri ini. Mereka ditekan dan ditindas luar biasa kejam. Kitab-kitab suci dibakar. Seluruh rumah ibadah ditutup, termasuk masjid yang baru saja selesai dibangun ini. Bahkan pada tahun 1940, masjid beralih fungsi menjadi gudang medis tentara komunis.

( Bersambung)

Click : https://vienmuhadi.com/2013/05/20/st-petersburg-dan-masjid-soekarno-2-tamat/

Read Full Post »