Feeds:
Posts
Comments

Posts Tagged ‘Masjid Biru’

Namun yang lebih membanggakan lagi, masjid ini difungsikan kembali berkat protes presiden RI pertama Soekarno. Ketika itu tanpa sengaja Soekarno melihat masjid yang telah berubah fungsi tersebut. Sayang kabarnya, hingga akhir hayatnya sang presiden legendaris ini tidak pernah berhasil memasukinya. Dalam hal ini, ternyata kami berdua lebih beruntung dari beliau, Alhamdulillah ..

IMG_3870IMG_3871Puas rasanya bisa mengamati masjid ini dari jarak sedemikian dekatnya. Menikmati kaligrafi yang menghiasi gerbang utamanya yang berwarna biru seperti juga kubahnya. Puncak pintu gerbang ini disusun sedemikian rupa hingga menyerupai rumah lebah, dimana setiap lengkungnya diisi dengan gambar bunga-bunga yang juga berwarna biru.

Susunan sarang lebah yang rumit ini mengingatkan masjid-masjid cantik di Uzbekistan, Iran, Syria juga bagian dalam museum Topkapi dimana benda-benda berharga milik Rasulullah disimpan. Lebah adalah satu dari sedikit binatang yang diabadikan dalam Al-Quran. Serangga ini dikenal mempunyai manfaat yang amat banyak bagi manusia. Bahkan juga rumahnya, yang mengandung propolis. Penemuan terbaru menyebutkan bahwa propolis ini mampu menyembuhkan berbagai penyakit seperti kanker, TBC, diabetes, sinus, wasir, jantung dll.

« Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: “Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia”. Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan ».(QS.An-Nahl(16) :68-69).

Sayang keindahan masjid ini harus dinodai dengan toilet perempuannya yang kotor dan terlihat tidak terawat. Demikian pula tempat wudhunya, hiks .. Usai wudhu, kami segera masuk ke dalam masjid. Masjid terlihat lengang. Kami langsung shalat tahiyatul masjid. Terharu hati ini di sebuah negara komunis bisa shalat di dalam bait-Nya. Setelah mengucap salam di akhir shalat, saya baru menyadari bahwa ternyata kami tidak sendiri. Seorang ibu muda yang datang bersama suami dan putranya yang masih balita, sedang shalat di belakang saya.

IMG_0884Tak lama setelah ia selesai shalat saya segera mendekati dan menyapanya, berharap bisa berkenalan dan sedikit mengorek kehidupan Muslim di negri ini. Tapi saya kecele. Ternyata ia juga turis. Ia datang dari Istanbul, Turki. Tapi tetap saja senang rasanya hati ini bertemu dengan saudara sesama Muslim di rantau. Apalagi mengetahui bahwa ia dan suaminya juga berencana mengunjungi Bali awal tahun depan. Sekedar untuk kenang-kenang sayapun menyempatkan diri berfoto berdua dengan ibu muda yang cantik tersebut. .. 🙂 …

IMG_0874IMG_0872Tak lama setelah itu kami berpisah, masing-masing memperhatikan detil masjid. Dinding masjid ini dihiasi keramik motif bunga yang sangat khas Rusia. Mimbarnya yang berwarna biru diapit oleh 2 buah papan kayu yang juga berwarna biru. Belakangan kami baru tahu ternyata papan berukuran sekitar satu kali dua meter itu adalah hadiah dari Presiden kita, Megawati Soekarnoputri. Sedang yang satu lagi dari  mantan wapres Jusuf Kalla. Kami bahkan tidak menyadari bahwa ukiran yang menghiasi papan tersebut adalah ukiran Bali ! Subhanallah .. Bangganya hati ini ..  Sebuah persaudaraan Muslim yang indah, bukan ?

Islam kembali berkembang dan umatnya dapat kembali melakukan aktivitas ibadah dan dakwah setelah runtuhnya rezim komunis Uni Soviet pada tahun 1991. Saat ini komunitas muslim Rusia sebagian besar berdiam di beberapa republik (negara bagian) di kawasan Volga-Ural dan Kaukasus Utara. Islam juga tumbuh dengan pesat di kota-kota besar seperti Moskow dan Saint Petersburg.

“Orang-orang kafir itu membuat tipu daya, dan Allah membalas tipu daya mereka itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya”. (QS.Ali Imran(3):54).

Berdasarkan catatan resmi tahun 2011, Islam di Rusia adalah agama terbesar kedua setelah Kristen Ortodoks, yakni sekitar  28 juta penduduk atau 15 – 20 persen dari sekitar 142 juta penduduk. Kehidupan Muslim di Rusia saat ini juga makin membaik dibanding masa Komunis dulu. Bahkan untuk pertama kalinya dalam sejarah Rusia, pemimpin Rusia (Vladimir Putin) memasukkan menteri Muslim dalam kabinetnya dan mengakui eksistensi Muslim di negri tirai bambu ini.

Saat ini, menurut imam masjid St Peterburg, ada sekitar 700 ribu Muslim tinggal di kota ini. Artinya sekitar 7 persen dari penduduk St Petersburg yang jumlahnya sekitar 5 juta itu. Mereka terdiri dari 22 bangsa yang berbeda. Sebagian besar bangsa Tatars, Azeris, Kazakh, Uzbek, Kyrgyz, Tajiks dan Chechens yang notabene adalah bagian dari Republik Federasi Rusia. Ini berbeda dengan Negara-negara minoritas Muslim lain yang rata-rata Muslimnya adalah kaum pendatang. Dan dengan hanya satu2nya masjid yang ada di kota ini, jelas ia tidak sanggup menampung jamaah. Apalagi ketika Ramadhan tiba.

Ironisnya, tepat di hari Raya Iedul Adha yang kebetulan jatuh 1 hari sebelum kedatangan kami itu, terjadi insiden. Sebuah bom dikabarkan telah ditempatkan di salah satu sudut masjid ini. Dapat dibayangkan bagaimana hebohnya tidak saja jamaah yang sedang berkumpul untuk shalat namun juga masyarakat sekitar masjid ini.

Yang lebih menyedihkan lagi, ancaman bom tersebut tidak hanya terjadi di masjid St Petersburg, namun juga masjid-masjid lain yang ada di Moskow. Ntah siapa sebenarnya yang harus bertanggung-jawab terhadap peristiwa nahas ini. Rupanya inilah sebabnya mengapa pelataran depan masjid ditutup semacam bedeng setinggi 1.50 meter ketika kami datang berkunjung siang itu.

Masjid adalah rumah kaum Muslimin, tidak hanya sekedar tempat untuk shalat dan menemukan keteduhan di dalamnya. Masjid wajib dimiliki kaum Muslimin karena disinilah mereka bisa bertemu, bersilaturahmi serta  bertukar ilmu dan pengetahuan. Di masa Rasulullah saw dan generasi sahabat, ilmu dan pengetahuan bukan hanya sekedar mengkaji ilmu keagamaan namun juga ilmu duniawi. Karena dalam Islam sebenarnya tidak ada istilah pemisahan antara ilmu duniawi dan ilmu akhirat.

“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (keni`matan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”.(QS.Al-Qashas(28):77).

Setelah puas menikmat masjid kamipun keluar untuk terus berjalan melihat-lihat kota. Di depan pintu keluar kami berjumpa dengan seorang pemuda yang hendak memasuki masjid. Tanpa aba-aba, suamipun langsung menyalaminya dan sedikit berbincang. Beruntung ia bisa berbahasa Inggris. Ia orang Kazan. Kazan adalah ibu kota Tatarstan, propinsi Rusia yang mayoritas penduduknya Muslim.

Alangkah gembiranya pemuda tersebut ketika mengetahui bahwa kami besok akan mengunjungi kotanya.  Ia segera memeluk suami saya sekali lagi, “Welcome to Kazan, brother”, katanya hangat.

Kami meninggalkan satu-satunya rumah kaum Muslimin ini dengan hati puas dan bangga. Berkali-kali kami menengok ke belakang, memastikan bahwa kubah birunya yang menjulang tinggi itu cukup menarik perhatian banyak orang. Memastikan bahwa suara azannya bisa terdengar hingga kejauhan dan mampu menggugah tidur panjang kaum Muslimin yang lama tertekan dan tertindas itu.Syukur-syukur jika bisa menggelitik hati dan telinga orang-orang yang tertutup hatinya.

masjid sukarno - st petersburgIMG_3893

IMG_3901IMG_3900Dan hingga menyeberangi sungai Neva yang membelah pusat kota melalui jembatan gantung Triniti, kubah itu memang masih jelas terlihat. Kami terus berjalan melintasi Marsovo Pole, taman luas dimana patung Peter the Great, sang pendiri kota, berdiri tegak di atas kudanya. Dari sini hampir semua obyek turis St Petersburg dapat dicapai, hanya dengan berjalan kaki.

IMG_3943IMG_39122 istana cantik milik keluarga kerajaan yaitu Summer Palace dan Winter Palace serta Hermitage Museum yang merupakan salah satu museum terbesar dan tertua di dunia,  adalah contohnya. Obyek-obyek turisme ini terletak diantara kanal-kanal sungai yang menambah indahnya kota. Tak heran jika Soekarno sang mantan RI 1 yang awalnya hanya ingin berkeliling melihat keindahan kota tanpa sengaja ‘menemukan’ sebuah masjid, meski hanya masjid yang berubah fungsi.

Jadi teringat mal-mal di Jakarta yang menempatkan masjid/mushollanya di parkiran atau bagian-bagian lain yang tidak representative. Sungguh pantas ketika suatu hari terdengar komentar bule “Bagaimana orang dapat menghargai Tuhan anda bila rumah-Nya saja hanya anda tempatkan di parkiran ??” … 😦  ..

“Sesungguhnya Allah itu indah. Dia suka keindahan”.(Hadis riwayat Muslim )

Malam itu kami pulang ke hotel dengan hati senang dan puas, meski tubuh ini tak tertahankan  lelahnya. Ntah berapa puluh kilometer jalan telah kami susuri pagi hingga malam hari itu. Apalagi suhu hanya berkisar antara 1 dan 2 derajat saja, atau mungkin malah dibawah nol, membuat jari-jari kaki serasa  frost bite.

Dan ternyata kami benar-benar beruntung karena esok harinya salju turun seharian penuh. Bahkan pesawat yang harusnya membawa kami terbang menuju Kazan dan transit di Moskow pagi itu sempat tertunda beberapa kali karena landasan bandara tertutup salju tebal !

Wallahu’alam bish shawwab.

Jakarta, 20 Mei 2013.

Vien AM.

Read Full Post »

Sulit  rasanya membayangkan bagaimana perasaan Soekarno, presiden pertama RI, ketika suatu hari di tahun 1956 tanpa sengaja melihat sebuah masjid berdiri di suatu kota besar di negara komunis terbesar dunia, Rusia.

Namun pagi itu, Sabtu, 28 Oktober 2012, bayangan itu dapat terhapus. Bangga, kagum, senang sekaligus terharu bercampur menjadi satu, Subhanallah Allahuakbar wa Alhamdulillah …

Ya, di pagi hari yang cerah itu Allah swt telah memberi kami berdua kesempatan untuk melihat dari dekat masjid Biru yang terletak di St Petersburg, sekitar 900 km dari Moskwa ke arah barat laut, mendekati perbatasan Finlandia. Itulah Masjid Soekarno. Namun nama tersebut sebenarnya hanya sebutan yang diberikan masyarat Indonesia yang ada di kota tersebut. Karena nama aslinya adalah Central Mosque atau St Petersburg Mosque.  Orang juga sering menyebutnya Masjid Jamul Muslimin.

Perjalanan Moskwa-Petersburg berlangsung sekitar 1 jam, dengan pesawat terbang.  Kami mendarat di kota ini pada pukul 7.30 waktu setempat, dengan sambutan salju dimana-mana. Beruntung pesawat bisa mendarat dengan selamat, karena beberapa waktu sebelumnya badai salju menerpa kota di belahan bumi  utara ini.

Kami juga sangat beruntung karena sopir taxi yang memperkenalkan diri dengan nama Blood ini fasih berbasa Inggris. Hal yang sangat jarang ditemui. Dan makin beruntung lagi karena pak sopir bule berambut pirang, bukan merah darah sebagaimana namanya, .. 🙂  .. rupanya punya hobby bercerita.  Terlihat jelas betapa bangganya ia terhadap kota kelahirannya ini. Plus bangga dengan kefasihannya berbahasa Inggris, karena beberapa kali kami memujinya. Eits, berpahala lho membuat hati orang senang, dengan catatan tidak mengada-ada dan ikhlas.

Darinya kami jadi tahu sekilas sejarah kota ini. St Petersburg adalah kota terbesar ke 2 di Rusia setelah Moskwa. Hampir 200 tahun lamanya kota ini pernah menjadi ibu kota Negara sebelum akhirnya dipindahkan ke Moskwa pada tahun 1918. Ia sempat beberapa kali berganti nama, yaitu Petrogad dan Leningrad.  Selama 67 tahun kota ini dikenal  dengan nama Leningrad.  Nama ini diambil dari Vladimir Lenin, bapak komunisme Rusia.  Leningrad kembali menjadi St Petersburg  setelah kejatuhan komunisme di tahun 1991.

P1020175P1020172IMG_3908IMG_3931St Petersburg dibangun pada tahun 1703 oleh tsar ( kaisar)  Rusia, Peter the Great. Kota ini dibangun di dalam benteng kuno Peter and Paul fortress yang terletak di sebuah pulau kecil atau tepatnya delta di sungai Neva. St Petersburg tercatat sebagai kota yang memiliki beberapa julukan karena kecantikannya, diantaranya yaitu Venice from the North. Ini disebabkan banyaknya kanal yang ada di kota ini.  Dalam membangun kota pelabuhan di tepi pantai Baltik ini, sang raja terinspirasi oleh kecantikan bangunan-bangunan di Eropa Barat yang sering dikunjunginya.

Taxi yang kami tumpangi pagi itu langsung meluncur menuju hotel yang terletak di St Petersburg selatan. Kami hanya satu hari satu malam di kota ini. Tujuan utama kami jelas, yaitu melihat masjid biru yang pernah dilihat presiden pertama  RI dulu.  Besok pagi kami sudah harus meninggalkan kota menuju Kazan, ibu kota Dagestan, salah satu Negara bagian Rusia.

Maka setelah cek-in hotel kami segera keluar lagi mencari stasiun metro, yang menurut peta kota tidak berapa jauh dari hotel. Sayangnya, meski udara cerah dan matahari bersinar terang namun udara terasa amat dingin, menggigit hingga ke tulang sumsum, brrr …  Ini masih ditambah dengan jalanan yang lumayan licin, karena  masih ada sisa-sisa salju yang turun subuh tadi.  Kami sempat beberapa kali terpeleset, hiks ..

Yang menarik, orang Rusia yang selama ini dikenal ‘dingin’ dan tidak bersahabat, mungkin karena kesan komunisnya yaa, ternyata tidaklah demikian. Beberapa kali tanpa ditanya mereka menawarkan bantuan melihat kami celingukan mencari arah dengan peta di tangan. Uniknya lagi, tanpa peduli bahwa percakapan kami tidak nyambung, karena mereka bertanya dalam bahasa mereka, Rusia, sementara kami tidak paham apa yang mereka katakan.

Berkat bantuan dua orang ibu setengah umur kami berdua akhirnya sampai di stasiun metro. Yang pertama adalah seorang ibu setengah umur. Ibu ini tidak cukup hanya menunjukkan arahnya saja namun mengajak kami berjalan mengikutinya karena kebetulan ia juga sedang menuju ke arah yang sama,  begitu kilahnya. Ibu ini hendak pergi ke sebuah bank. Kami berjalan berdampingan selama beberapa menit sambil mengobrol. Ia sempat bercerita bahwa ia pernah mengunjungi Malaysia. Kebetulan ibu yang satu ini bisa berbahasa Inggris. Kami berpisah di perempatan jalan setelah ia menunjukkan kemana kami harus menuju.

Selanjutnya kami berjalan mengikuti arahannya, dengan tetap memegang peta. Namun di tengah perjalanan seorang nenek menawarkan bantuannya. Bersamanya akhirnya kami tiba di depan pintu stasiun metro. Kali ini sang nenek hanya bisa berbahasa Rusia. Namun tampak jelas bahwa ia tidak ingin kami tersesat. Karena beberapa kali ia menunjuk ke arah pintu stasiun seolah kami tidak bisa membaca tulisan besar di atas pintu tersebut. Padahal memang tidak bisa, karena tulisannya dalam huruf akrilik .. 🙂

Sekitar 20 menit kami berada di dalam metro. Stasiun metro yang kami tuju adalah Gorkovskaya. Begitu keluar dari stasiun bawah tanah ini, angin sejuk langsung menerpa wajah kami. Segera saya menaikkan pull over tebal yang saya kenakan hingga leher dan menarik retsleting jaket dingin saya. Demikian pula suami saya. Selanjutnya kami segera mencari posisi dan mencocokannya dengan peta yang kami genggam erat sejak tadi.

Subhanallah .. Begitu kami mendongakkan kepala terlihat sebuah menara tinggi menatap kami. Tidak salah lagi, inilah menara masjid yang kami cari itu. Betapa senangnya hati ini melihat kenyataan bahwa bait Allah ini begitu mudah ditemukan.

IMG_3855Letak  masjid ini benar-benar strategis dan istimewa. Masjid terletak tidak jauh dari benteng Peters and Paul, yang merupakan pusat kota, selain sangat dekat dengan stasiun metro. Di dalam benteng inilah berdiri gereja dimana semua kaisar Rusia dimakamkan. Masjid terletak di pinggir jalan raya, di depan sebuah taman. Menaranya yang berjumlah 2 buah itu terlihat menyembul di antara ranting-ranting cantik pepohonan musim gugur yang sungguh mempesona. Sementara kubah birunya hampir tidak terlihat karena begitu menyerupai birunya langit yang pagi itu terlihar sangat cerah.

Kami terus berjalan mendekati masjid dengan hati berdebar senang. Namun rupanya untuk memasuki masjid, harus berputar, karena jalanan terlalu lebar untuk diseberangi. Kami berjalan hingga mencapai ujung jalan sebelum akhirnya menyebranginya.

IMG_3878IMG_3869Sayang ternyata masjid tidak seindah dari kejauhan. Tembok-temboknya sudah tua dan terlihat berlumut.  Meski tidak dapat dipungkiri detilnya tetap menawan. Masjid ini amat mirip dengan masjid-masjid di Bukhara, Uzbekistan, yang rata-rata berkubah biru itu.

Dan nyatanya, masjid yang dibangun pada tahun 1910 dan selesai pada tahun 1921 ini memang dibangun dalam  rangka peringatan 25 tahun berkuasanya Abdul Ahat Khan, penguasa kota Bukhara, Uzbekistan, saat itu. Pada waktu itu, umat Islam di St Petersburg diperkirakan berjumlah 8.000 jiwa, sebagian besar adalah para pekerja yang sedang membangun kapal di galangan Sungai Neva. Umumnya mereka datang dari Dagestan, Kazakhstan, Tajikistan, dan Turkmenistan. Ini terjadi di era Rusia dibawah tsar Nicholas II, yang mengizinkan berdirinya masjid. Ini merupakan masjid terbesar di Eropa kala itu.

Penting untuk diketahui, pada tahun 1868, Bukhara yang merupakan kerajaan Islam jatuh ke tangan Rusia dibawah para tsar.  Sejak itulah umat Islam berbondong-bondong datang ke kota ini. Jadi ikatan keduanya memang sudah terjalin baik. Meski ajaran Islam itu sendiri sebenarnya telah ada di Rusia sebelum abad 8, yaitu berkat orang-orang Tatar yang pernah lama menguasai negri ini.

Selanjutnya, ketika komunisme berhasil menjatuhkan kekaisaran Rusia pada tahun 1917, Bukharapun direbut dan kerajaan ini ambruk pada tahun 1920. Bukhara adalah kota kelahiran ahli hadist kenamaan Bukhari ( 810 M – 870 M).

Sejak berkuasanya komunisme di negri ini, pintu-pintu keagamaanpun ditutup rapat. Tidak ada tempat bagi pemeluk agama di negri ini. Mereka ditekan dan ditindas luar biasa kejam. Kitab-kitab suci dibakar. Seluruh rumah ibadah ditutup, termasuk masjid yang baru saja selesai dibangun ini. Bahkan pada tahun 1940, masjid beralih fungsi menjadi gudang medis tentara komunis.

( Bersambung)

Click : https://vienmuhadi.com/2013/05/20/st-petersburg-dan-masjid-soekarno-2-tamat/

Read Full Post »