2001, Musim Dingin. Ini adalah musim Dingin kami kedua selama tinggal di rantau. Kali ini kami sepakat akan memanfaatkan libur panjang Noel, begitu orang Perancis menyebut Natal, dengan melancong ke Istanbul, Turki. Ayahnya anak-anak semula berniat mengendarai mobil sendiri seperti yang kami lakukan 2 tahun terakhir dikala musim libur tiba. Namun saya tidak setuju. Karena walaupun sebagian Turki termasuk Eropa, jarak Istanbul – Paris terlalu jauh dan melelahkan untuk ditempuh melalui darat. Walau bagi orang Eropa yang gemar bepergian hal tersebut bukan hal yang mustahil. Akhirnya diputuskan perjalanan melewati udara.
Senin, 24 Desember pagi buta nan dingin itu kami berlima ( saya, suami dan ketiga anak kami) dengan menaiki taxi berangkat meninggalkan apartemen menuju Charles De Gaulle Airport. Pesawat Ryan Air yang kami tumpangi tinggal landas tepat pukul 7 pagi waktu Paris. Perjalanan makan waktu kurang lebih 3 jam. Sekitar pukul 11 waktu setempat pesawat dengan mulus mendarat di Ataturk Airport, Istanbul. Waktu di Istanbul 1 jam lebih cepat dari di Paris.
Segera setelah urusan admintrasi, visa dan pengambilan koper beres, kamipun berbaur dengan rombongan yang sebagian besar terdiri dari bule2 Perancis. Dengan dipandu seorang guide Turki-Perancis kami menaiki bus besar dan menuju hotel. Tampaknya hotel ini adalah hotel langganan bagi pelancong asal negri empunya menara Eiffel. Ini terlihat karena disamping semua umbul2 selamat datangnya berbahasa Perancis, beberapa pegawainyapun piawai berbahasa tersebut.
Jarak dari airport menuju hotel lumayan jauh. Tampaknya bandara terletak di luar kota. Dengan demikian kami mempunyai kesempatan melihat tembok besar peninggalan Constantine, kaisar Romawi Timur, yang membentengi pusat kota. ( Nama lama Istanbul, Konstantinopel diambil dari nama kaisar tersebut). Tembok berwarna merah bata ini dulunya sekaligus berfungsi sebagai saluran irigasi kota. Saluran air atau aqueduct ini dibangun dibagian atas tembok. Bus langsung menuju hotel.
Setelah kunci kamar hotel dibagikan dan istirahat sejenak, turpun dimulai. Rombongan kembali menaiki bus. Temperatur ketika itu dingin sekali, ternyata hanya sekitar 1-2 derajat C! Brrr…. Di beberapa tempat masih terlihat adanya tumpukan salju. Pohon2 terlihat indah dengan ranting keringnya yang berwarna putih karena masih ditempeli sisa2 salju yang tampak seperti kapas. Sayang udara di luar kurang cerah bahkan hujan tampak mulai turun.
Kota Istanbul adalah sebuah kota yang memiliki beberapa keistimewaan. Yang pertama kota ini adalah satu-satunya kota di dunia yang menjadi bagian dari dua benua. Sisi barat merupakan bagian dari benua Eropa sedangkan sisi timur milik benua Asia. Yang kedua, kota ini sejak ribuan tahun telah menjadi kota yang diperebutkan banyak pihak dan bangsa. Athenian, Roman, Spartan, Persian, dan Macedonian adalah contohnya. Islam bahkan harus beberapa kali mencoba menaklukan kota sarat sejarah ini sebelum akhirnya berhasil menguasainya.
“Kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan seorang laki-laki. Maka sebaik-baik pemimpin adalah pemimpin yang membebaskannya dan sebaik-baik tentara adalah tentaranya”. [H.R. Ahmad bin Hanbal]
Tampaknya hadis inilah yang menjadi penyemangat para pemimpin Muslim untuk menaklukkan Istanbul atau Konstantinopel.
Bus melintasi selat Borporus yang memisahkan Istanbul Eropa dari Istanbul Asia melalui Fatih Sultan Mehmed Bridge. Nama jembatan ini diambil dari nama sang penakluk Istanbul di tahun 1453 M. Ia adalah seorang sultan dari dinasti Otoman yang gagah perkasa. Ialah yang mengganti nama Konstantinopel menjadi Istanbul.
Dari kota ini pula kekhalifahan Islam memerintah selama lebih dari 400 tahun. Sejak itu Istanbul terus membangun dan mempercantik dirinya hingga abad ke 18. Istanbul yang dipenuhi bukit, dengan menara masjid dan kubahnya yang khas serta pilar-pilarnya yang membumbung tinggi ke udara menambah keindahan dan kekhasan kota ini. Menurut data jumlah masjid di kota ini mencapai ribuan.
Sebagian besar Istanbul Asia diperuntukkan bagi pemukiman. Sementara roda perekonomian dan pariwisata digerakkan dari Istanbul Eropa. Bus kembali menyeberangi selat menuju Istanbul Eropa. Kali ini melalui The Bridge of Borporus yang terletak di selatan jembatan sebelumnya. Jembatan gantung yang panjangnya 1510 m ini ketika dibangun pada tahun 1973 adalah merupakan jembatan terpanjang ke 4 di dunia. Di ujung selat sebelah selatan terlihat Menara Galatayang dahulu berfungsi sebagai menara pengintai dari serangan musuh yang datang dari Laut Marmara.
Bus kembali melintasi sebuah jembatan. Jembatan ini menyeberangi selat Golden Horn, pelabuhan kapal terbesar di Istanbul. Golden Horn sendiri adalah sebuah teluk. Dinamakan Horn karena menyerupai sebuah terompet. Sementara ketika matahari menjelang terbenam teluk terlihat berwarna keemasan. Golden Horn ini memisahkan Istanbul modern dari Istanbul tua.
Dari atas jembatan kubah-kubah masjid besar lebih jelas lagi terlihat. Diantaranya yaitu, Masjid Sultan Ahmed atau yang lebih dikenal dengan nama Blue Mosque, Yeni Mosque yang dikabarkan pembangunannnya memakan waktu lebih dari 60 tahun serta Sulemaniye Mosque dimana Sultan Sulemaniye Yang Agung, sultan terlama yang memegang pemerintahan Otoman dimakamkan di dalamnya.
Bus berbelok ke arah kiri, menyusuri tepi laut. Di ujung semenanjung yang terletak diantara selat Borporus dan laut Marmara inilah sebagian besar peninggalan bersejarah berada. Museum Topkapi, Blue Mosque dan Aya Sophia terlihat berjajar dalam satu garis dengan latar belakang selat Borporus yang biru mempesona bertemu dengan laut Marmara. Area ini dikenal denga nama The Old Town.
Laut Marmara dihimpit oleh selat Borpurus di bagian utaranya serta Laut Tengah / Laut Mediterania di selatannya. Sementara selat Borporus ke arah utara bertemu dengan Laut Hitam/ Black Sea. Jadi secara geografis Istanbul dikelilingi oleh laut. Agaknya inilah yang membuat Istanbul menjadi incaran banyak pihak.
Begitu sopir bus memarkir kendaraannya di parkiran dengan tidak sabar kami segera turun dari bus. Beserta rombongan kami menyusuri Sultan Mehmed Square, sebuah taman luas nan indah. Inilah jantung kota tua Istanbul. Selain dihiasi air mancur di taman ini berdiri pula Obelisk yang dibawa dari Mesir 3500 tahun yang lalu. Di tempat ini dahulu berdiri Hipodrome yaitu arena pertunjukan khas Romawi antaa manusia dan binatang buas !
Dari sini kami memasuki Aya Sophia. Aya Sophia adalah bangunan legendaris tertua di Istanbul. Bangunan ini didirikan pada tahun 325 M dibawah pemerintahan Constantine.. Semula bangunan ini adalah bangunan gereja namun ketika Islam masuk 11 abad kemudian bangunan ini kemudian diubah fungsinya menjadi masjid.
Empat menara tinggi yang ada sekarang adalah tambahan setelah gereja dijadikan masjid. Sejak saat itu Aya Sophiapun menjadi pusat penelitian dan perkembangan ilmu yang berkembang sangat pesat. Karena fungsi masjid pada masa kejayaan Islam memang bukan sekedar tempat ibadah saja. Namun sejak kejatuhan kekhilafahan pada tahun 1924, Mustafa Kemal Ataturk, pendiri Republik Turki yang sekuler bahkan syahdan dikabarkan Yahudi, memerintahkan masjid besar ini diubah fungsinya menjadi museum hingga yang kita saksikan hari ini.
Selanjutnya kami menyebrangi taman dan menuju The Blue Mosque yang merupakan satu diantara tujuan utama wisatawan mancanegara. Seluruh bagian dalam masjid yang didirikan pada sekitar 1609-1616 M dibawah perintah sultan Ahmad I ini didominasi oleh warna biru langit yang sangat indah. Bagian dalam masjid ini sangatlah cantik. Jauh dibanding bagian luarnya yang terlihat kusam dimakan usia. Dan seperti juga umumnya masjid pada zaman tersebut, masjid terdiri dari sekolah/madrasah, tempat pertemuan juga makam pendirinya.
Esoknya kami mengunjungi Museum Topkapi yang artinya adalah Gerbang Meriam. Disebut demikian karena dulunya didepan pintu utamanya berdiri sebuah meriam raksasa. Museum ini berada di atas bukit dengan latar belakang laut yang sungguh mempesona. Bangunan ini semula adalah istana para sultan. Istana yang luasnya mencapai 70 hektar dan dikelilingi tembok sepanjang 5 kilometer ini dihuni tidak kurang dari 4000 jiwa!
Istana ini telah mengalami beberapa kali renovasi karena sering tertimpa gempa. Di tempat inilah berbagai upacara dan peristiwa penting kenegaraan dilakukan, termasuk upacara penerimaan para duta negara sahabat. Istana ini menjadi lambang kekuasaan dan pusat pendidikan keluarga istana.
Namun sejak abad 19 istana dipindahkan ke bangunan baru, yaitu istana Dolmahbahce yang didirikan di tepi selat Borporus. Istana dengan gaya gabungan Baroque, Rococo dan Ottoman klasik ini dikabarkan menghabiskan 35 ton emas. 14 ton diantaranya dibentuk menjadi bunga dan dedaunan untuk menghiasi langit-langitnya. Luas istana ini sekitar 15 hektar lengkap dengan masjidnya yang juga sangat indah.
Sementara istana lama menjadi terbengkalai. Hingga akhirnya pada tahun 1924 istana ini dijadikan museum nasional dengan nama The Topkapi Palace Museum. Di museum inilah disimpan berbagai benda-benda peninggalan bersejarah kerajaan seperti keramik, perhiasan, senjata dll. Yang paling menarik perhatian adalah salah satu ruangan dimana disimpan benda–benda peninggalan Rasullullah Muhammad saw dan para sahabat. Benda-benda ini ditempatkan di 2 buah ruangan khusus yang saling berhubungan. Kubah dengan keramik biru muda menaungi ruangan istimewa ini.
Di dalam ruang pertama yang dindingnya juga dihiasi dengan keramik biru ini ditempatkan antara lain pedang ke 4 khalifah. Pedang-pedang ini terlihat besar dan berat sekali. Terbayang bagaimana Ali Bin Abi Thalib ra yang dikenal sebagai jago pedang memainkan pedangnya melawan musuh –musuh Allah. Sementara diruang berikutnya, didalam beberapa lemari dan meja kaca khusus dipajang secarik surat yang ditujukan kepada Heraclius, raja Bizantium kala itu, mantel, pedang, tapak kaki dan kotak kecill dimana diletakkan gigi dan sehelai jenggot Rasulullah saw.
Memang tidak ada yang berani memastikan apakah benda-benda tersebut benar-benar milik Rasulullah saw. Namun tak urung, air mata ini tak mampu dibendung untuk tidak menetes keluar. Kenangan dan bayangan bagaimana Rasul dan para sahabat berjuang mati-matian demi menegakan ajaran Islam tak dapat dihapus begitu saja. Bahkan si bungsu yang ketika itu baru berumur 7 tahun sampai terheran-heran melihat ibunya menitikkan air mata. Ya Allah, Ya Robb semoga Engkau ridho membalas usaha dan perjuangan mereka dengan pahala yang tak habis-habisnya. Semoga juga umat ini mampu mempertahankan apa yang telah mereka perjuangkan, amin.
( Youtube Museum Topkapi : http://www.youtube.com/watch?v=O5II5n1N3qQ&feature=related )
Setelah puas melihat keadaan sekitar Museum kamipun berfoto-foto. Di kejauhan terlihat jembatan Borporus. Sementara di bawah terlihat jelas tembok benteng tua yang melindungi istana museum ini dari serangan musuh. Setelah itu rombongan meneruskan perjalanan dengan mengunjungi beberapa bangunan bersejarah.
Diantaranya yang paling menarik adalah Suleimaniyah Mosque. Masjid ini dibangun antara tahun 1550-1557 M dibawah perintah Sultan Suleiman Yang Agung. Masjid ini merupakan karya terindah Istanbul pada masa itu. Kubah utama memang hanya satu namun dari area utama ini terlihat puluhan kubah kecil yang mengitarinya. Sayangnya, seperti juga sebagian besar masjid yang lain saat ini masjid tak terawat dengan baik. Disamping itu, kegiatan ibadah di masjid tampaknya tidak lagi menjadi bagian dan ruh dari bekas ibu kota kekhalifahan yang membentang luas ini.
Keesokan paginya, rombongan mengunjungi tempat pembuatan karpet. Kami diajak berkeliling. Di tempat tersebut diperagakan cara pembuatan karpet. Mulai dari desain gambar, pemilihan benang dan warnanya hingga proses pembuatan benang sutra. Setelah itu kami menyaksikan peragaan pakaian sambil minum teh atau kopi Turki. Dan terakhir, ini yang terpenting bagi mereka, yaitu penawaran karpet dengan harga yang bervariasi.
Usai makan siang di sebuah restoran, rombongan pergi mengunjungi Grand Bazaar. Ini adalah pasar tertutup terbesar yang pernah kami lihat. Tempat yang menyerupai gua raksasa dengan langit-langitnya yang berbentuk kubah berjajar ini telah berdiri sejak tahun 1461 M dibawah Sultan Mehmet II. Dikabarkan pasar ini memuat 4400 toko, 3000 perusahaan, 67 jalan, 25 ribu karyawan, empat air mancur, dua masjid, dan 22 gerbang masuk!
Waah… benar-benar serasa terperangkap dalam labirin raksasa. Kemungkinan tersesat dan berputar-putar didalamnya tanpa bisa keluar dari tempat ini besar sekali. Ditempat ini segala macam barang bisa didapat. Mulai dari jajan pasar, cendera mata seperti pajangan dari keramik, porselen, karpet, sajadah, pakaian hingga sepatu dan tas kulit. Di tempat ini si sulung merengek dibelikan jaket kulit dengan harga relatif miring dibanding di tempat lain.
Pada hari terakhir dengan menaiki kapal pesiar, rombongan menyusuri selat Borporus yang biru sendu karena hujan tetap mengguyur kota ini. Bangunan-bangunan cantik dengan disain campuran Timur dan Barat seperti istana Dolmabahce, kastil, villa serta museum di sepanjang selat menghiasi wajah kota.
Malamnya, pada acara bebas dimana sebagian anggota rombongan memilih pergi menyaksikan pertunjukan malam, kami mengakhiri perjalanan dengan berjalan-jalan di Taksim yang terletak di Istanbul modern.
Ini adalah pedestrian berbukit yang sangat panjang dengan toko2 dan butik kenamaan seperti Channel, Louis Vitton, Dior dll di kiri kanan jalannya. Orang bilang ini adalah Champs Elyse-nya Paris atau Malioboro-nya Yogya. Rasanya semua orang tumpah ruah di tempat ini. Belum lagi tram listrik kunonya yang membuat area ini makin crowded saja.
Esoknya kamipun bersiap-siap pulang ke Paris dengan membawa kenangan yang bercampur aduk. Bagi saya pribadi, Istanbul sebagai bekas ibukota kekhalifahan Islam yang selama berabad-abad pernah mengalami masa kejayaan sangatlah memprihatinkan.
Selama 5 hari berada kota ini, terlihat bahwa masjid sepi dari jamaah shalat. Perempuan-perempuan muda berpenampilan ke-barat-an berseliweran tanpa jilbab, lupa bahwa mereka adalah muslimah yang mustinya menutup aurat ketika bepergian meninggalkan rumah. Para muda-mudi ini terlihat jelas bergaul bebas seperti layaknya kehidupan di Barat. Minuman keras dipajang di berbagai tempat umum.
“Hai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mu’min: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha penyayang“. ( Terjemah QS. Al-Ahzab(33):59).
Pengalaman di atas memang terjadi 7 tahun yang lalu. Namun seiring dengan berlalunya waktu, pada tahun 2007 lalu PM Turki, Rajab Thayib Erdogan dengan partai Islamnya berhasil menggolkan kebijaksanaan baru. Pemakaian jilbab di sekolah, kampus, dan kantor-kantor pemerintah sudah mulai diperbolehkan. Padahal jilbab telah dilarang sejak diproklamirkannya Republik Turki puluhan tahun yang lalu.
Tidak itu saja. Perdana menteri yang istrinya berjilbab ini ( hal yang samasekali baru bagi negri sekuler ini ) bahkan berani berkata terang-terangan langsung dihadapan Presiden Israel Shimon Peres bahwa Israel telah berlaku sewenang-wenang terhadap rakyat Palestina. Ini diungkapkannya ketika mereka bertemu di pertemuan tingkat tinggi di Davos, Swiss beberapa waktu lalu.
Tampaknya ucapan Rasulullah bahwa Konstantin atau Istanbul akan ditaklukkan untuk kedua kalinya sedang menuju kenyataan. Hadis ini menunjuk pada fenomena akhir zaman sesaat sebelum turunnya Dajjal, si Raja Pendusta.
Wallahu’alam bi shawab.
Jakarta, Maret 2009.
Vien AM.