Khilafah Islamiyah adalah kerajaan Islam yang menaungi negara-negara Islam di dunia, yang membentang dari Andalusia di Spanyol, sepanjang Afrika Utara, seluruh semenanjung Arab, Asia Kecil, Asia Tengah, Eropa Timur dan Yunani hingga perbatasan timur negri China juga termasuk didalamnya daerah-daerah yang dahulunya dikuasai pihak kafir, yaitu kekuatan Barat (Nasrani) di Turki dan kekuatan Timur (Majusi) di Persia.( lihat bab ‘Khilafah Islamiyah’). Kejayaaan ini berlangsung secara bertahap mulai abad ke 7 hingga awal abad ke 20. Kejayaan tersebut juga kemudian hancur secara bertahap hingga akhirnya lenyap sama sekali pada tahun 1923 ketika berada dibawah kekuasaan khilafah Utsmaniyah yang berpusat di Konstatinopel atau yang sekarang dinamakan Istanbul, Turki.
Namun tidak berarti selama masa kejayaan yang amat panjang tersebut sama sekali tidak terjadi gangguan yang serius. Adalah Paus Urban, seorang pemimpin yang berkedudukan di Perancis Selatan. Ialah yang menyeru umat Nasrani di seluruh dunia agar merebut Yerusalem dari tangan kaum Muslimin. Hal ini terjadi sekitar 350 tahun setelah pasukan Muslim tanpa kekerasan berhasil menguasai kota suci tersebut. Sejarah mencatat, penyerahan kunci kota berlangsung secara khusus dan damai, dari pemuka ( patriakh) Yerusalem langsung kepada Umar bin Khatab RA, sang khalifah Islam. Didampingi pemuka tersebut, khalifah Umar memasuki gerbang kota dan berkeliling melihat keadaan. Dengan penuh ketakjuban penduduk menyaksikan betapa sederhananya pimpinan tertinggi Islam tersebut.
Akan tetapi apa yang terjadi pada tahun 1099 adalah kebalikannya. Pasukan bentukan Paus Urban yang kemudian dikenal dengan nama Pasukan Salib memang berhasil menguasai Yerusalem. Namun setelah berperang selama 3 hari 3 malam dengan membantai lebih dari 30.000 penduduk kota, termasuk perempuan dan anak-anak Muslim yang berlindung di dalam masjid Al-Aqsa. Mereka juga membunuhi kaum Yahudi yang bermukim disekitar kota tua tersebut dan juga kaum Yahudi yang hidup di perkampungan sepanjang perjalanan mereka dari Perancis ke Yerusalem secara brutal dan kejam.
Delapan puluh delapan tahun kemudian yaitu pada tahun 1187, dibawah kekuasaan Sultan Salahuddin, pasukan Muslim kembali berhasil menguasai Yerusalem. Dan sebagaimana pendudukan Yerusalem oleh pasukan Muslim pada kali pertama, kali inipun tidak terjadi pembantaian. Bahkan para penguasa yang ditaklukkan tersebut selain diampuni juga diberi keleluasaan untuk meninggalkan kota dengan membawa seluruh harta bendanya. Peristiwa bersejarah ini pada tahun 2005 pernah diabadikan dengan sangat baik dalam film “The Kingdom of a Heaven” yang disutradarai oleh Sir Ridley Scott dan dibintangi aktor kenamaan Orlando Bloom. Peperangan yang kemudian dikenal dengan nama “Perang Salib” ini terus terjadi hingga beberapa kali selama hampir 200 tahun namun pihak Salib tidak pernah berhasil menguasai kembali Yerusalem.
Sesungguhnya perseteruan antara Islam dan para ahli kitab telah terjadi sejak masa awal kerasulan di Madinah. Orang-orang Yahudi yang ketika itu memang banyak bermukim di kota tersebut amat kecewa ketika mengetahui bahwa nabi yang dijanjikan dalam kitab mereka, Taurat (dan juga Injil) ternyata bukan datang dari kaum mereka, melainkan datang dari bangsa Arab, bangsa yang selama ini mereka remehkan. Inilah bibit awal kebencian dan kedengkian sebagian ahli kitab.
Namun mereka akhirnya menyadari bahwa pasukan Muslim tidak akan pernah dapat ditaklukan secara perang terbuka. Perang di jalan Allah untuk mempertahankan kebenaran bagi umat Islam adalah jihad, imbalan bagi mereka adalah surga, kemenangan yang hakiki adalah di akhirat. Oleh sebab itu mereka tidak mengenal kata takut mati. Sebaliknya pihak Nasrani (bergabung dengan orang-orang Yahudi) mereka mendambakan kemenangan dunia. Kematian adalah kekalahan dan amat menakutkan. Jadi mereka mengambil kesimpulan bahwa untuk mengalahkan umat Islam harus dicari jalan lain, bukan dengan perang senjata secara terbuka. Tipu daya apakah yang sebenarnya mereka rencanakan itu?
“Sebahagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran. Maka ma`afkanlah dan biarkanlah mereka, sampai Allah mendatangkan perintah-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”(QS.Al-Baqarah(2):109)
Dan mereka memang ternyata berhasil. Sayangnya, umat Islam tidak menyadarinya. Apa yang sebenarnya mereka lakukan?
Yerusalem dibawah kekuasaan khilafah Islamiyah sejak abad 7 memang tidak pernah tertutup bagi umat agama lain. Mereka bebas mengunjungi kota suci bagi 3 agama besar didunia ini. Namun ia tidak hanya menarik karena sejarah ritualnya namun juga karena kota ini pada waktu itu telah berkembang menjadi kota intelektual. Ilmu berkembang pesat disini. Orang-orang Nasrani ( ahli kitab) datang tidak hanya sekedar untuk melakukan ibadah dan kunjungan keagamaan melainkan juga untuk mempelajari ilmu baik ilmu pengetahuan umum dan sains maupun ilmu hukum termasuk juga belajar tentang Islam dan Al-Quran.
Sayangnya, sebenarnya banyak diantara mereka ini, datang dengan tujuan untuk mencari celah dan kemudian menyerang Islam secara diam-diam. Mereka kemudian melemparkan fitnah yang keji baik terhadap nabi Muhammad SAW maupun terhadap ajaran itu sendiri. Mereka menuduh bahwa Islam adalah agama pedang, Islam disebarkan dengan cara paksa dan kekerasan. Hal tersebut disengaja untuk menyakiti dan memancing emosi umat Islam. Dari sini mereka mencoba menaklukkan Islam sebagai ganti kekalahan mereka pada perang-perang yang terjadi sebelumnya. Mereka mencoba mengusik rasa kesatuan, keimanan dan kebanggaan umat Islam terhadap agamanya dengan berbagai cara.
Inggris contohnya. Ratu Inggris berkenan untuk menganugerahkan gelar kehormatan “Sir” kepada pengarang buku “Ayat-ayat Setan “atau yang di Barat dikenal “The Satanic Verses”, Salman Rushdi. Padahal buku karangannya tersebut jelas-jelas melecehkan ajaran Islam dan telah melukai perasaan umat Islam di seluruh dunia. Apa kepentingan dan keinginan pemerintah Inggris dengan adanya pemberian penghargaan tersebut ??
Mereka juga menyerang dengan terobosan-terobosan baru dalam bidang kebudayaan dan peradaban, yang tidak semuanya sesuai dengan akidah Islam, yaitu dengan melontarkan berbagai pemikiran seperti feminisme , demokrasi, sekulerisasi (pemisahan agama dari Negara), sukuisme dan nasionalisme yang berlebihan. Dengan alasan itu pula pemerintah Perancis mengeluarkan larangan resmi pemakaian jilbab bagi perempuan yang bekerja di instansi pemerintah, termasuk pula murid sekolah negri.
Juga di Denmark, salah satu negara Skandinavia ini dikenal sering sekali memancing emosi kaum Muslim dengan berbagai karikatur Rasulullah. Bahkan saat ini salah satu partai di negara tersebut, dengan dalih kebebasan berpendapat, mereka menggunakan gambar Rasulullah sebagai lambang partai mereka! Ntah apa tujuan utamanya. Yang Padahal pasti mereka tahu bahwa hal tersebut sangat menyakitkan hati umat Islam karena Islam memang melarang penggambaran/ilustrasi Rasulullah dalam bentuk apapun. Berbagai hal diatas sengaja dilakukan dengan maksud dan harapan agar rasa persatuan Islam menghilang. Ini yang kelak disebut Perang Pemikiran atau Al-Ghazw Al-Fikri.
Saat ini dapat kita amati dengan jelas hampir semua negara-negara Islam di dunia memiliki wajah baru yang tidak sedikitpun menyisakan ke-Islam-annya. Budaya Barat telah jauh merasuk kedalam kehidupan masyarakat. “Barangsiapa yang menyerupai (kebiasaan jelek) suatu kaum maka ia termasuk golongan mereka”. (HR Ibnu Daud).
Dengan dalih demi kemajuan, kebebasan dan modernisasi penyerbuan peradaban ini masuk secara sistematis, perlahan namun pasti sehingga umat pada umumnya tidak menyadarinya. Hal ini menyusup melalui media cetak dan elektronik, slogan-slogan pendidikan dan hiburan yang jauh dari ajaran Islam. Umat terus dicekoki dengan pemikiran, nilai dan norma Barat yang cenderung bebas dan materialistis sebagaimana halnya dengan ekonomi kapitalis yang samasekali tidak Islami hingga akhirnya umat melupakan seluruh nilai-nilai dan sendi-sendi Islam. Bahkan para tokoh agamapun bobol pertahanannya. Hingga lahirlah apa yang disebut JIL ( Jaringan Islam Liberal) dan berbagai jaringan dan aliran Islam lainnya, yang mengedepankan SIPILIS yaitu Sekulerisasi ( pemisahan kehidupan beragama dengan kehidupan sehari-hari), Pluralisasi ( semua agama adalah benar) dan Liberalisme ( penafsiran Al-Quran sebebas-bebasnya), dan akhirnya berkembang liar tanpa dapat dicegah, hingga hari ini.
“…….. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)”. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.”(QS.Al-Baqarah(2):120).
Hal ini pula yang sebenarnya mempercepat kejatuhan kekhilafahan Ustmaniyah pada masa lalu selain tentunya berbagai penyebab seperti ketidak-adilan, perpecahan antar umat, tidak majunya ilmu pengetahuan dan juga kebobrokan iman sebagian pemimpinnya. Mereka telah menukar keimanan dengan keduniawian.
“Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?”(QS.Al-Maidah(5):50).
Dan seakan belum puas dengan semua ini, saat ini kaum kafir tengah menambah gempurannya dengan serangan psikologi mutakhirnya yaitu dengan melempar isu Terorisme dan Extrimisme seperti tercermin dengan adanya peristiwa biadab 11 September 2001. Umat dipojokkan seakan ajaran Islam identik dengan kekerasan. Jihad mereka artikan identik dengan kekerasan dan harus dienyahkan. Mereka terus mencekoki umat bahwa jihad sama dengan tidak menghargai nyawa manusia yang juga berarti melanggar hak asasi manusia sebagai simbol peradaban modern.
Padahal ini adalah fitnah besar. Sesungguhnya tidak saja sebagian besar muslimin yang meyakini bahwa peristiwa tersebut adalah sebuah rekayasa, namun juga sejumlah pakar sains. Salah satunya adalah Professor Thomas W Eager, seorang guru besar Material Engineering and Engineering System pada sebuah institut terkenal di Amerika Serikat. Berdasarkan pengalamannya sebagai peneliti struktur bangunan baja, ia berpendapat bahwa mustahil sebuah bangunan sekokoh menara WTC dapat ambruk hanya dikarenakan ditabrak 2 pesawat komersial. Bahkan sebenarnya dari cara Pemerintahan Bush membersihkan lokasi reruntuhanpun terkesan begitu terburu-buru sehingga menimbulkan kecurigaan seolah-olah ia ingin segera menghilangkan bukti-bukti penting.
Cara tersebut ternyata terbukti ampuh. Karena risih dan sungkan akhirnya sebagian besar pemimpin Islam pun mengumumkan bahwa karena Islam adalah agama perdamaian maka sedikit demi sedikit istilah jihadpun dihapuskan dan dipinggirkan. Kaum Musliminpun akhirnya menjadi lupa akan sumpah setia mereka kepada Sang Pencipta, Allah SWT untuk menegakkan ajaran Tauhid, untuk menegakkan kebenaran. Pasukan Muslimin telah dengan sukarela melepaskan kekuatan jihad yang sangat ditakuti musuh. Inilah yang ditunggu dan diharapkan! Padahal mereka tetap mempersiapkan diri untuk berperang. Namun kali ini mereka tidak perlu lagi khawatir terhadap perang senjata secara terbuka. Bagi umat yang kurang keimanannya hal ini dapat menyebabkan mereka menjadi benci dan malu terhadap agama mereka sendiri dan mereka menjadi tidak percaya diri yang pada akhirnya dapat mengakibatkan kemurtadan. Ini adalah akibat sampingan namun fatal.
Selain itu tampak bahwa negara-negara Islam juga dihambat kemajuannya agar mereka tetap terus dalam kemiskinan dan terus bergantung kepada Barat hingga akhirnya mereka jatuh. Padahal sebaliknya, mari kita perhatikan. Amerika Serikat adalah sebuah negara besar yang sering membanggakan diri sebagai sebuah negara yang mengedepankan kedamaian dan keamanan. Namun sesungguhnya justru negara inilah yang menjadi penyulut peperangan di berbagai tempat, seperti di Irak, Afganistan dan Timur Tengah. Mereka tengah melempar batu sembunyi tangan.
Negara-negara Muslim tersebut tengah diadu domba disaksikan sang sutradara, Amerika Serikat, sebuah negara produsen senjata terbesar di dunia. Menurut harian The Strait Times, 24 Mei 2007, negara ini pada 2001 meraup US$ 10 milyar hingga US$ 13 milyar dari penjualan senjata. Dan angka ini terus melonjak tiap tahunnya. Negara adi kuasa, mitra kental Yahudi ini memang punya kepentingan pribadi dengan adanya perang yang terus diupayakan terjadi agar keuntungan yang diraihnya terus berkepanjangan setelah sebelumnya mencekoki rakyatnya dengan barang-barang kebutuhan sehari-hari produksi mereka. Sebuah modus yang mirip dengan produsen obat-obatan terlarang yang dilakukannya ke berbagai negara. Jadi siapakah sesungguhnya sang raja teroris?
Namun sesungguhnya serangan yang bertubi-tubi tersebut bila dihadapi umat Islam secara kompak dan bersatu tentu mereka tidak akan mampu melumpuhkan dan mengalahkan umat ini. Bila saja umat memiliki sikap, keteguhan dan keimanan sebagaimana para sahabat di masa lampau tentu kita akan menang.
Rasulullah SAW bersabda : ”Aku memohon kepada Tuhanku atas tiga perkara. Maka Allah mengabulkan dua perkara untukku sedangkan yang satu ditolak. Aku memohon kepada Tuhanku agar jangan membinasakan umatku dengan musim paceklik maka Dia mengabulkannya. Aku memohon kepada Tuhanku agar jangan membinasakan umatku dengan air bah (banjir bandang) maka Dia mengabulkannya. Aku mohon pada-Nya agar tidak menjadikan mereka saling berperang namun Dia menolak permohonanku itu”. (HR Muslim).
Akan tetapi hadis diatas bukanlah alasan bagi kita untuk terus menjadi pasrah dan menerima kenyataan tersebut. Seharusnya kita malah lebih berhati-hati agar perbedaan yang ada, selama masih sesuai dengan nash-nash Al-Quran dan hadits, tidak menjadikan kita berperang sendiri sehingga kita mudah dikalahkan.
Beruntung Allah SWT berkenan menepati janji-Nya untuk terus menegakkan Islam dimuka bumi. Hal ini terbukti dengan malah makin banyaknya orang yang berpindah dan memeluk agama Islam secara sukarela.
“Mereka ingin memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir benci.”(QS.Ash-Shaff(61):8).
Dan kebanyakan dari mereka ini justru lebih baik akidah dan keimanannya daripada orang-orang yang terlahir Islam. Lalu kita sebagai umat yang disebut belakangan ini alias Islam ‘terlahir’ bagaimanakah sikap kita? Akankah kita ini hanya menjadi bagian dari yang menyaksikan kebesaran Islam tanpa ikut serta didalamnya??
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan menjadi pemimpin-pemimpin (mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.”(QS.Al-Maidah(5):51).
Wallahu’alam bishawab.
Jakarta, Agustus 2008
Vien AM.