( Sambungan dari : “ Menilik Jejak Islam Di Eropa (6) “) .
Kita tinggalkan Toledo dengan sejumlah hikmahnya …
Tujuan kami berikutnya adalah Salamanca dan Burgos yang terletak di bagian barat laut dan utara Spanyol. Saya tidak yakin apakah masih ada jejak Islam yang tertinggal didua kota ini. Jujur saja sebenarnya dua kota ini kami jadikan tujuan karena jarak Toledo – Pau terlalu jauh bila harus ditempuh tanpa bermalam. Sebenarnya Burgos saja cukup. Namun berhubung beberapa teman mengatakan bahwa Salamanca adalah kota yang cukup cantik, maka kamipun memutuskan untuk singgah semalam disana.
Salamanca terletak sekitar 190 km barat laut Toledo. Kota ini hanya 80 km dari perbatasan Portugal. Sedangkan Burgos terletak sekitar 200 km sebelah utara Salamanca.
Seperti halnya kota-kota lain di Spanyol Salamanca selama beberapa ratus tahun berada di bawah kekuasaan Islam setelah sebelumnya dikuasai Romawi dan kemudian Wisigoth. Musa bin Nusair, gubernur propinsi bagian Afrika Utara inilah yang bersama Tarik bin Ziyad menaklukkan kota ini pada tahun 712 M. Musa sendiri dikabarkan bahwa ayahnya dulu adalah seorang pemeluk Yahudi mantan budak yang kemudian masuk Islam pada masa Muawiyah, gubernur pertama Syria, pendiri dinasti Umayah.
Selanjutnya Salamanca dan kota-kota yang ditaklukan Musa dan Tarik berada di bawah pemerintahan kekhalifahan Umayah yang berpusat di Damaskus. Ini terjadi pada masa khalifah Al-Walid bin Abdul Malik. Yang menjadi salah satu kunci mengapa semenanjung ini begitu mudah ditaklukkan pasukan Islam adalah karena pemerintahan Wisigoth ketika itu tidak berlaku adil terhadap rakyatnya terutama dalam hal toleransi beragama.
Contohnya adalah pemeluk Yahudi yang merupakan mayoritas penduduk negri tersebut. Mereka dipaksa berpindah ke agama Kristen, agama para penguasa. Mereka yang menolak dibunuh atau disiksa secara brutal. Itu sebabnya ketika pasukan Musa dan Tarik datang rakyat Spanyol menyambut mereka dengan senang hati. Apalagi ketika mengetahui bahwa Islam tidak pernah memaksa warganya untuk berpindah agama. Bahkan orang-orang Yahudi yang tadinya hidup paling menderitapun diberi kebebasan, perlakuan dan kesempatan yang sama dengan warga lain.
“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui “.(QS. Al-Baqarah(2):256).
Pada tahun 750 M kekhalifahan Umayah yang berdiri pada tahun 661 M digulingkan oleh bani Abbasiyah. Salamancapun berpindah menjadi bagian dari kerajaan Kordoba yang didirikan pada tahun 756 M oleh Abdul Rahman I. ia adalah raja terakhir Umayah yang berhasil melarikan diri dari kejaran bani Abbasiyah.
Namun kekuasaan Islam di kota ini sedikit demi sedikit berkurang sejak tahun 939 M hingga akhirnya hilang sama sekali begitu raja Kristen Alphonso VI berhasil menaklukan Toledo pada tahun 1085 M.
Salamanca saat ini adalah kota pelajar. Di kota ini terdapat universitas tertua di Eropa, yaitu Universitas of Salamanca yang berdiri pada tahun 1218 M. Universitas ini juga merupakan universitas ke 5 tertua di barat. Namun dibanding dengan kota-kota Islam lainnya pendirian pusat ilmu ini tergolong ketinggalan jauh. Karena universitas di kota-kota Islam telah berkembang pesat sejak tahun 700-an.
Kami memasuki Salamanca pada hari Jum’at tengah malam. Dari kejauhan puncak menara katedral yang terletak di ketinggian dengan lampu-lampunya yang terang benderang terlihat mendominasi kota. Tujuan kami adalah hotel yang telah kami booking beberapa hari sebelumnya. GPS di mobil mengarahkan kami untuk mendekati lokasi tersebut. Kota terlihat sangat sepi. Tampaknya kota tua ini telah terlelap dalam tidurnya. “ Tentu saja sudah tengah malam”, pikir saya ketika itu.
Namun ternyata saya salah duga. Karena makin mendekati hotel yang tampaknya terletak di pusat kota kehidupan makin terlihat semarak. Sekumpulan pemuda pemudi terlihat lalu-lalang. Ada yang duduk-duduk bergerombol di jalanan. Ada yang berdua-duan duduk di restoran. Sebagian terlihat mabuk. Aneh juga. Ini kan tengah malam.
“ Ada pertandingan sepak bola kali ya.. ”, terka suami saya tak kalah heran.
Begitu sampai di hotel kami menanyakan hal tersebut kepada resepsionis. Ternyata itu hal biasa. Mereka adalah para pelajar dan mahasiswa yang merupakan mayoritas penduduk Salamanca. Itulah yang mereka lakukan setiap malam Sabtu. Kongkow-kongkow, makan, minum dan ngobrol di kafe yang banyak tersebar di kota ini. Dan tentu saja mabuk-mabukan .. Olala ..
“ Wah , serem juga ya kalau punya anak kuliah di kota ini “, begitu suami saya berkomentar. Tampak sekali kehidupan mereka begitu bebas. Ya .. memang mengerikan sekali ..
Esok paginya kami berjalan-jalan keliling kota. Sungguh aneh .. kali ini kota seperti kota mati ! “ Palingan masih pada tidur .. kan kemarin pada begadang sampai pagi “, kali ini putri kami yang berkomentar.
Tetapi ketika kami mendekati lokasi sekitar katedral, keadaan sedikit lebih ramai. Sejumlah restoran terlihat mulai bersiap-siap menata kursi-kursi di jalanan. Para turis lokal bercampur dengan warga setempat berdatangan meramaikan suasana. Sementara di depan katedral terlihat sebuah kereta mini turis. Kamipun memutuskan menggunakan kereta tersebut untuk berkeliling kota.
Namun karena kereta baru akan berangkat 2 jam lagi maka kami memanfaatkan waktu untuk melihat-lihat pemandangan sekitar katedral. Diantara sejumlah bangunan tua yang kami lihat seperti Old Katedral, New Katedral, gereja-gereja tua, universitas, plaza mayor dll tak sedikitpun tercatat adanya tanda-tanda peninggalan Islam di kota tua ini.
Mungkinkah selama 250 tahun lebih Islam tidak memberikan sumbangsihnya ke kota ini? Entahlah .. yang jelas kejadian tersebut memang telah berlalu hampir 1000 tahun yang lalu .. jadi kalaupun ada pasti pemerintahan baru telah merubah fungsinya … masuk akal..
Oya, ada sedikit kejutan. Ketika itu kami sedang berjalan-jalan melihat toko-toko suvenir yang banyak berjejer di sepanjang jalan. Tiba-tiba kami melihat sebuah toko yang memajang patung Garuda raksasa secara mencolok. Karena penasaran kamipun mendekatinya. Ternyata benar, patung tersebut berasal dari Indonesia. Lumayan .. ada sedikit rasa bangga nama negri kita ternyata cukup dikenal … 🙂
Singkat cerita, setelah makan siang dan berkeliling kota dengan kereta mini kamipun kembali meneruskan perjalanan, yaitu ke Burgos. Kami menginap di kota ini satu malam. Seperti biasa Katedral yang terletak di pusat keramaian kota menjadi pusat tempat berkumpulnya warga dan turis,baik turis lokal maupun turis asing.
Menurut saya Burgos lebih cantik dan lebih asri dari Salamanca. Apalagi dengan adanya Rio Arlanzon, sungai yang membelah kota. Rio dalam bahasa Spanyol artinya adalah sungai. Sejumlah jembatan tampak menghubungkan bagian kota lama dan bagian baru kota ini.
Menurut sejarah Burgos awalnya adalah kota militer yang didirikan pihak Kristen Spanyol dalam rangka mencegah perluasan kekuasaan Islam yang makin hari makin luas saja. Kota ini didirikan pada tahun 884 M. Bekas benteng tersebut masih dipertahankan dan menjadi salah satu obyek wisata. Benteng ini terletak strategis di atas bukit.
Saat ini Burgos menjadi kota tempat persinggahan para pezirah Kristen yang akan melaksanakan ziarah ke Saint Jacques de Compostelle. Kota yang terletak di ujung barat Spanyol ini dinobatkan sebagai satu dari tiga kota tersuci umat Kristen ( disamping Yerusalem dan Vatikan). Lucunya ketetapan ini baru dikeluarkan dewan gereja ribuan tahun setelah di-‘salib’nya Isa as yang mereka tuhankan, yaitu sejak kejatuhan Al-Andalusia secara keseluruhan ditahun 1492M.
Spanyol secara umum saat ini memang terlihat ‘paling Kristen’ dibanding kota-kota Eropa lainnya. Namun anehnya, beberapa hari yang lalu saya menerima kabar yang cukup mengejutkan.
Seorang perempuan Inggris berusia 28 tahun dengan suka rela mengeluarkan uang puluhan juta rupiah untuk memodali program ‘Atheismesisasi’. Ia dikabarkan memesan slogan raksasa bertuliskan kurang lebih begini “ Tampaknya Tuhan itu tidak ada. Mari kita nikmati kehidupan duniawi dengan sebebas-bebasnya !! “.
Slogan ini rencananya akan ditempelkan di sepuluh bus turis merah London yang terkenal itu. Namun ternyata rencana ini diprotes warga termasuk para pengemudi bus yang bersangkutan. Surutkah keinginan gadis yang meragukan keberadaan Tuhan ini?
Sama sekali tidak … Karena tak lama kemudian tersiar kabar bahwa sejumlah bus di Barcelona, Spanyol menempelkan slogan pesanan gadis tersebut .. Na’udzubillah min dzalik ..
Tampaknya Spanyol dengan gereja-gereja cantik nan megahnya bakal mengalami nasib sama dengan gereja-gereja lain di seluruh penjuru Eropa, yaitu ditinggalkan umatnya dan hanya menjadi lambang kebanggaan kota …
Wallahu’alam bi shawab.
Pau – France, 31 Mei 2010.
Vien AM.
bagus blognya, apalagi ada artikel wisata kesukaan saya.. Sering update yah.. Biar saya sering mampir, heee
Terima-kasih, Alhamdulillah … Insya Allah … Doakan saja sehat ya … 🙂 ..