Pemilihan presiden Perancis ke 10 di era Republik ke 5 yang saat ini dipimpin oleh presiden Nicolas Sarkozy, tinggal menghitung hari. 10 calon presiden dan masing-masing pendukungnya makin gencar melakukan kampanye. François Hollande sampai saat ini, masih tercatat sebagai saingan terdekat Sarkozy yang beberapa tahun terakhir pemerintahannya mulai kehilangan kepercayaan masyarakat.
Keterpurukan ekonomi adalah salah satu kegagalan yang harus dihadapi Sarkozy yang terpilih menjadi presiden pada tahun 2007. Ia adalah presiden ke 23 Perancis dan presiden ke 6 Republik ke 5. Ia mengalahkan Segolene Royal, yang ketika itu adalah ‘pasangan kumpul kebo’’ François Hollande, pesaing ketat Sarkozy saat ini.
Bagi umat Islam tampaknya Marine Le Pen adalah yang paling patut untuk diperhatikan dan dicermati. Ia adalah calon presiden yang paling jelas memperlihatkan sikap anti Islam. Tampaknya kebencian ini menurun dari ayahnya, Jean-Marie Le Pen, bekas calon presiden dari Marseilles yang pada pemilihan presiden tahun 2002 dikalahkan oleh Jacques Chirac. Selain anti Islam, baik Marine maupun ayahnya dikenal orang sebagai antisemit, yaitu orang yang membenci Yahudi. Nazisme adalah contoh antisemit yang paling mudah dilihat.
Sejak lama Marine yang merupakan satu dari tiga perempuan calon presiden ini telah memperlihatkan kebencian tersebut. Pada tahun 2009, ketika pemerintah Swiss mengeluarkan referendum tentang penting atau tidaknya menara dan kubah bagi rumah ibadah umat Islam, yaitu masjid, sontak ia mengeluarkan pernyataan bahwa pemerintah Perancis juga harusnya mengikuti sikap tetangganya itu.
Lucunya, Daniel Streich, sang politikus Swiss pencetus ide tersebut, tahun 2010 yang lalu malah berbalik memeluk Islam. Ia tidak peduli terhadap cap yang diberikan partainya, yaitu setan! Dalam pernyataannya, untuk menebus kesalahannya yang membuat pemerintah Swiss sekarang ini merealisasikan larangan pembuatan menara dan kubah masjid, ia berniat membangun masjid terindah di negaranya. Kalau niat ini terlaksana, ini akan menjadi masjid ke 5 di Swis. Allahuakbar …
( Note: Berita terakhir yang saya temukan melalui surfing internet dari beberapa sumber di luar negri, Daniel bukan pencetus larangan diatas, justru ia menyatakan ke-Islam-annya yang sejak beberapa tahun lalu ia sembunyikan, karena gerah dengan isu tersebut. Lihat diantaranya : http://en.wikipedia.org/wiki/Daniel_Streich )
Selanjutnya, pada periode pemilu 2012 ini, dengan lantang Marine Le Pen menyatakan bahwa kaum imigranlah ( baca Islam ) yang menyebabkan merosotnya ekonomi rakyat Perancis. Demikian juga meningkatnya kejahatan di beberapa wilayah. Ia bahkan mengajak uni eropa untuk bersatu melawan ‘Islamisasi’ dengan menjaga dan mencegah batas negara masing-masing dari masuknya imigran gelap yang dari tahun ke tahun makin membanjiri Eropa.
Sebagai catatan, sebagian besar imigran memang adalah kaum Muslimin. Mereka adalah korban berbagai perang, seperti ‘perang’ Afganistan dan Palestina. Kalau itu bisa disebut perang bukan penyerbuan ataupun pendudukan. Atau korban kerusuhan di negara-negara Arab seperti Siria, Yaman, Mesir, Tunisia, Libanon dll yang bermula Desember 2010 lalu. Di Perancis gelombang perlawanan terhadap pemerintah resmi ini dikenal dengan nama Le Printemps Arab atau Arab Spring.
Sikap anti Islam politikus Front Nasional ( FN) ini tampaknya berawal dari sikap rasisnya. Tampaknya ialah satu-satunya calon presiden yang mempermasalahkan ‘keaslian’ calon presiden lainnya. Yang dimaksudkannya adalah Eva Joly, seorang pakar ekologi yang mempunyai 2 kewarga-negaraan, yaitu Perancis dan Norwegia. Eva Joly adalah asli berdarah Norwegia. Ia datang ke Perancis pada usia 18 tahun untuk menuntut ilmu. Di negri ini ia kemudian menikah dengan seorang dokter warga asli Perancis.
Demikian pula sang presiden menjabat, Nicolas Sarkozy, yang mempunyai darah campuran Hongaria dari ayah, seorang imigran Hongaria, dan Yahudi dari ibu, seorang perempuan Perancis Yahudi. Padahal bukankah bumi ini milik Allah swt? Siapapun boleh menempati tanah Sang Khalik selama tidak berbuat kerusakan dan dapat menjaganya dengan baik.
Masalah daging halal, inilah isu terbaru yang dilontarkan Marine. Ide ini datang dari negri Belanda yang sejak beberapa bulan lalu melarang keberadaan daging halal, dengan alasan ‘humanity”. Mereka beranggapan bahwa pemotongan hewan secara Islam ( juga Yahudi) membuat hewan kesakitan. Untuk diketahui, standard pemotongan hewan di Eropa, hewan dipotong setelah dibius terlebih dahulu.
Dengan penuh emosi, Marine mengatakan bahwa 80 % daging yang ada di Perancis kalau tidak halal ya kasher ( daging halal ala Yahudi). Namun pernyataan ini ditolak oleh asosiasi daging Perancis. Katanya tidak lebih dari 50 % saja. Tetap menakjubkan, menurut saya .. Subhanallah ..
“Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. … ”. (QS.Al-Maidah(5):3)
Syukurlah sikap keras anti Islam ini tampaknya justru kurang menarik simpati masyarakat. Minggu lalu penduduk negri ini dikejutkan oleh tragedi penembakan militer di Toulouse dan Montauban. Di Toulouse 1 korban meninggal dunia. Sementara di Montauban, sekitar 50 km dari Toulouse, 2 korban meninggal dunia dan 1 orang koma hingga detik ini. Ke 4 orang tersebut adalah anggota pasukan terjun payung eksklusif militer Perancis. 2 diantara yang meninggal kabarnya Muslim Magreban, sebutan untuk Muslim keturunan Afrika Utara ( Maroko, Aljazair dan Tunisia).
Belum lagi misteri ini terpecahkan, 4 hari kemudian terjadi lagi peristiwa penembakan di sekolah Yahudi di Toulouse dengan korban meninggal 1 orang guru dan 3 orang murid. Beberapa hari kemudian muncul lagi berita meledaknya bom di depan kedutaan besar Indonesia di Paris. Yang terakhir ini, ntah ada hubungannya atau tidak. Alhamdulillah tidak memakan korban kecuali kaca-kaca jendela yang pecah dan 2 mobil terbakar.
Tak urung, tragedi berdarah yang terjadi sebulan sebelum pemilu presiden ini membuat orang bertanya-tanya. Apa sebetulnya motif di balik semua ini. Marine Le Pen tampaknya yang paling banyak menerima tuduhan. Karena semua orang tahu betapa seringnya ia melemparkan isu-isu antisemit dan anti Islam. Oleh sebagian orang ia dianggap telah memprovokasi kebencian ras dan agama.
Pagi ini, si pelaku terror telah tertangkap dan tertembak mati. Pemuda Perancis keturunan Aljazair ini mengklaim dirinya sebagai bagian dari Al-Qaeda. Kabarnya pemuda berusia 23 tahun ini pernah ikut berjihad di Afganistan dan Palestina. Namun anehnya lagi, ia dikabarkan sebagai pemuda umumnya pemuda Perancis lain yang suka ‘hang out’ dengan gadis-gadis, pernah masuk penjara karena kejahatan ringan dan sama sekali bukan seorang yang religius.
Jelas ini bukan ciri seorang yang berani melakukan jihad. Karena jihad dengan berperang sebenarnya adalah perbuatan mulia yang dilakukan seorang Muslim dalam rangka membantu saudaranya yang diperangi di negaranya sendiri. Contohnya dengan langsung datang ke medan perang, ke Palestina atau Afganistan misalnya. Dan ini dilakukan karena ketakwaannya. Jadi bukan membunuh orang tak berdosa dan sembarangan menyebar terror. Apapun alasannya, hal ini membuat Muslim terutama di Paris ini merasa tidak nyaman.
Di pihak lain harus diakui bahwa Islam tanpa dapat dicegah telah tersebar luas di negri ini. Di setiap sudut Paris, bucheri ( toko penjual daging) halal mudah ditemukan. Demikian juga restoran kebab halal. Bahkan restoran masakan Perancispun belakangan ini sudah mulai mudah dicari. Toko-toko kelontong penjual buah dan sayur milik orang-orang Magreban juga banyak. Bahkan demo terhadap kekejaman penguasa negara-negara Islam seperti Syria sering dilaukan di ibu kota negara ini.
Beberapa kali saya mencoba surfing mencari masjid dan musholla yang dikabarkan banyak sekali di Paris. Ternyata memang benar. Hampir di semua sudut kota ada. Meskipun ketika saya dan suami mencoba mencarinya tidak sesuai harapan. Yang disebut masjid di web tersebut hanyalah apartemen 2 tingkat yang sempit. Namun Subhanallah .. Ketika kami berusaha untuk masuk, ternyata di dalamnya telah berkumpul sejumlah Muslim yang sedang mengkaji Islam. Ada lagi ‘masjid yang ternyata hanya apartemen yang pintunya sudah rusak dan ditempeli tulisan bahwa daerah tersebut adalah daerah rawan kejahatan. Atau tulisan berisikan larangan shalat di jalanan.
Paris saat ini memang sarat dengan Muslim. Kemanapun kita berjalan akan kita temui perempuan berjilbab, dari jilbab hitam lengkap dengan abayanya maupun pakaian Muslimah ‘modern’ yang warna-warni, dengan aneka modelnya. Pengalaman saya pribadi, bila bersua wajah Muslim ( baca Arab ) hormat terhadap kita, bisa dipastikan bahwa ia seorang Muslim pratiquant. Pratiquant adalah sebutan bagi seorang yang menjalankan agama, apapun agamanya. Sebaliknya bila ia tidak ramah ( baca judes ) hampir bisa dipastikan ia bukan pratiquant, minimal tidak PD pada agamanya. Ini pendapat saya pribadi.
Namun yang paling menyedihkan adalah fakta tentang satu-satunya uztad yang berada di lingkungan kami. Uztad yang sedang menyelesaikan program beasiswa S3 di jurusan ilmu sosial di Paris ini mempunyai pikiran yang sangat liberal. Isu Sepilis ( Sekulerisme, Pluralisme dan Liberalisme) yang tadinya hanya saya ketahui dan pelajari secara teori di tanah air, ternyata benar-benar ada di depan mata. Diantaranya yaitu bahwa semua agama adalah benar dan sama ! Ya, itulah Gazwl Fikri atau Perang Pemikiran.
Sebenarnya sudah sejak lama hal ini menjadi perhatian para ulama seluruh dunia. Namun tidaklah mudah untuk menangkalnya. Apalagi yang dihadapi saat ini justru para uztad yang notabene adalah para cendekiawan Muslim. Pemikiran barat seperti Demokrasi, Feminisme, Sekulerasi dll yang tampaknya sudah merasuki pemikiran uumum ini tampaknya telah mampu menggusur hukum-hukum pokok Islam.
Akibatnya ajaran Islam seperti perbedaan hak dan kewajiban antara laki-laki dan perempuan, poligami, jihad dan hukum-hukum khas Islam seperti hukum qishos, rajam, jiziyah dll menjadi tampak bengis dan tidak manusiawi. Ironis, para cendekiawan Muslim moderat tersebut tetap berani menggunakan ayat-ayat Al-Quran untuk membela pemikiran baru tersebut.
Bagaimana hal ini bisa terjadi? Itulah hebatnya ilmu Hermeneutika, ilmu Barat yang awalnya hanya dipakai untuk mengkritisi kitab suci mereka. Dengan kelihaiannya, para orientalis tersebut berhasil mempengaruhi para cendekiawan Muslim yang belajar ilmu-ilmu sosial di barat agar mengkritisi Al-Quran dengan cara menggunakan ilmu Hermeneutika tadi. Padahal seberapa hebatkah akal manusia hingga berani menganalisa kebenaran wahyu Ilahi, apalagi bila dilandasi dengan dasar kekafiran !
Tapi itulah yang terjadi. Kita memang sedang hidup di masa Islam benar-benar terpuruk. Hampir semua negara Islam berada dibawah kekuasaan Barat. Barat sudah menjadi kiblat sebagian besar umat meski dengan teganya mereka memberikan kita label-label miring seperti Teroris, Fundamentalis,Islamis, Jihadis dll.
Terprovokasi prilaku sesama Muslim yang tidak bertanggung-jawab, pengetahuan ke-Islam-an yang cetek, contohnya pelaku pengeboman diatas, apapun alasannya, maka dengan mudah masuklah pemikiran-pemikiran sesat tersebut. Demi menghindari perdebatan panjang, rasa tidak percaya diri akan kebenaran hukum Islam, perasaan ingin diterima Barat dan ingin dianggap ‘modern’ ini akhirnya mampu menggeser keyakinannya tentang kebenaran hukum Islam. Bahkan ada yang berbuat demikian hanya karena iming-iming imbalan yang sangat besar. Baik dalam bentuk uang, bea siswa, berbagai fasilitas dan penghargaan internasional.
“ .. Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. Dan janganlah kamu menukar ayat-ayat-Ku dengan harga yang sedikit. Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir”.(QS.Al-Maidah(5):44)
Tampaknya perjuangan masih panjang, terutama bagi Muslim yang tinggal di negri ini, agar mereka dapat menjalankan agama dengan baik. Perancis dengan presidennya yang berdarah Yahudi, masyarakatnya yang sebagian besar atheis alias kafir, tampaknya bakal menjadi sandungan yang tidak ringan.
Presiden Sarkozy, sepintas, kelihatannya memang cukup membela umat Islam. Ketika ia menjabat sebagai mentri dalam negeri dibawah kepresidenan Jacques Chirac, ia mendukung berdirinya CFCM ( Conseil Français du Culte Musulman), sebuah badan penasehat bagi kaum Muslimin Perancis, yang telah dicanangkan sejak tahun 1999.
Ketika Marine protes tentang daging halal, ia hanya berkomentar pendek, “ Silahkan mengkonsumi daging halal bagi yang mau, dan tinggalkan bila tidak mau”. “Harus dibedakan antara “Islamiste”dengan ajaran Islam”. Demikian komentarnya beberapa saat setelah tertangkapnya pelaku teror Toulouse. Tanpa memperdulikan bagaimana suara-suara miring di luar mempermasalahkan cara penangkapannya yang sensasional.
Namun jangan lupa, semua orang tahu bahwa Sarkozy yang sejak tahun 2003 telah tercatat sebagai anggota kehormatan Rotary, sebuah klub eksklusif milik Yahudi, adalah seorang yang keras terhadap antisemit. Untuk itu ia pernah menerima piagam penghargaan Toleransi dari sebuah dewan insitusi Israel di Perancis. Tetapi itu jangan diartikan bahwa ia membela Islam.
Pada masa pemerintahannyalah, yang katanya Laic, alias Sekuler, sekolah dan rumah ibadah Yahudi bertambah banyak. Bahkan hari raya Yahudipun diresmikan. Demikian puka daging halal ala Yahudi. ( kasher).
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim”.(QS. Al-Maidah(5):51)
Jadi sikap keberpihakan Sarkozy terhadap Islam sebenarnya bukan karena untuk membela Islam namun lebih untuk melindunginya dirinya dari pandangan publik agar tidak terlalu di cap Yahudi. Ini terbukti dengan dilarangnya jilbab, azan, hari besar Islam, sulitnya pendirian masjid, shalat Jumat di jalanan dll. Ini juga terbukti dengan dicabutnya izin tinggal 46 petugas airport Roissy yang beragama Islam gara-gara tulisan seorang politikus tentang bahaya Islam di Perancis lewat buku berjudul “Les Mosquées de Roissy” pada tahun 2006.
Namun inilah kehendak Allah swt. Suka atau tidak, Islam pasti tersebar ke seluruh penjuru dunia. Adalah tugas kita yang telah di anugerahi Islam lebih dahulu, agar berdakwah dengan cara yang baik. Dengan bekal iman dan pengetahuan yang kuat, insya Allah, Sang Khalik akan memberi jalan.
Wallahu’alam bi shawwab.
Paris, 24 Maret 2012.
Vien AM.
YApSs… TEPAT bngt Analisa nyah…… Kyknya SMUA NYAH musti tau ni..