“ Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”.(QS.Al-HUjurat(49):13).
Ya, salah satu hikmah terbesar mendapat kesempatan tinggal di luar negri memang adalah mengenal dan mengetahui keberadaan bangsa-bangsa lain. Sungguh merupakan nikmat yang kecil kemungkinannya bisa didapat bila kita tetap terus berada di dalam negri. Karena meski di kota-kota besar negri kita, apalagi Jakarta sebagai ibu kota Negara, bule bisa kita jumpai, nuansa dan suasananya sangatlah berbeda.
Di dalam metro ( transportasi umum bawah tanah Perancis), di pertokoan, di restoran, di jalanan apalagi di obyek-obyek wisata, yang jumlahnya banyak di kota pusat mode dunia ini, warna kulit dan bahasa yang bermacam-macam itu bisa menjadi daya tarik tersendiri. Sungguh terasa, betapa hebatnya Sang Pencipta!
“ Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui”.(QS.Ruum(30):22).
Paris adalah kota tujuan utama wisatawan manca Negara. Di kota ini bermacam bangsa, warna kulit dan bahasa berbaur. Tentu saja tidak sama dengan berbaurnya umat Islam di kota suci Mekah yang berbaur karena landasan ketakwaaan. Di Paris, pada umumnya, orang berkunjung selain untuk mengagumi keindahan kota yang terkenal dengan menara Eiffelnya ini, juga untuk berbelanja barang-barang mewah ber-merk.
Buktinya, lihat saja butik mewah kenamaan Louis Vuitton, rumah mode barang-barang kulit asli Perancis yang terletak di Champs-Elysees itu. Orang rela berduyun-duyun mengantri di depan pintu butik ini demi membeli sebuah tas yang harganya bisa mencapai belasan juta rupiah ! Orang-orang Asia seperti Jepang, Cina, Korea dan juga orang Indonesia adalah termasuk mereka yang doyan mengantri. Malu juga sebenarnya hati ini, menyadari bahwa negara kita adalah negara miskin ntah, ke berapa di dunia ini. Bahkan mayoritas penduduknyapun Muslim, yang diajarkan agar hidup tidak berlebihan, tidak bermegah-megahan.
“ Bermegah-megahan telah melalaikan kamu,”(QS.At-Takatsur(102):1).
Paris memang dikenal sebagai pusat mode dunia, kota yang juga dikenal romantis, tujuan bagi pasangan pengantin baru yang memiliki uang berlebih, untuk sekedar berbulan madu.
Namun demikian ternyata Paris juga bukan hanya tujuan orang-orang kaya. Buktinya, peminta-minta, dari hari ke hari, makin banyak saja, dan kebanyakan dari mereka adalah imigran. Yang lebih menyedihkan, mereka adalah kaum imigran, korban perang dan kerusuhan negara-negara berpenduduk mayoritas Muslim ! Afganistan, Palestina, Irak, Iran adalah contohnya. Untungnya, imigran dari Eropa Timur yang notabene bukan mayoritas Muslim ternyata yang tercatat sebagai imigran yang paling sering melakukan pencurian di metro.
Secara pribadi, terus terang saya tidak habis berpikir, mengapa para korban perang dan kerusuhan tersebut memilih Perancis sebagai tempat tujuan. Karena selain sulit menjalankan ibadah, iklim di negri ini sebenarnya juga kurang bersahabat, terutama pada saat musim dingin tiba. Tidak jarang saya melihat, ibu dengan bayi atau putra/putrinya yang masih kecil, mengemis di sudut-sudut jalan, sambil menahan rasa dingin yang betul-betul menggigit hingga ke tulang. Apalagi kalau hari Jum’at, di sepanjang jalan menuju masjid Mosque de Paris, berjejer mengemis para perempuan; tua muda, dengan anak-anaknya ataupun sendiri saja.
Dari Hakim bin Hizam r.a katanya:”Tangan yang di atas (tangan yang memberi) lebih baik dari pada tangan yang di bawah (tangan yang menerima atau meminta). Maka karena itu mulailah memberi kepada keluargamu. Sebaik-baik sedekah ialah ketika kaya. Barangsiapa yang memohon dipelihara (agar ia tidak sampai meminta-minta) Allah akan memeliharanya dan barangsiapa yang memohon dicukupkan (agar ia tidak bergantung selain kepada Allah) Allah akan mencukupkannya.”
Jika mereka Muslim yang baik, pasti mereka tahu persis hadist di atas. Artinya, kalau tidak karena terpaksa pasti mereka tidak akan melakukan hal tersebut. Sungguh menyedihkan, bukan ?
Namun yang juga harus dicatat, kaum imigran tidak selalu orang miskin alias orang tidak mampu. Anak saya pernah memperkenalkan teman sekolahnya, seorang imigran asal Chechnya. Ia dan keluarganya meninggalkan Negara bekas jajahan Rusia ini karena kerusuhan yang terjadi di negrinya. Demi memperjuangkan kemerdekaannya, negara berpenduduk mayoritas Islam ini harus menderita hebat selama 2 x perang melawan Rusia.
Bella, demikan nama gadis teman putri saya ini, bersama keluarganya, hanya dengan bekal sejumlah uang tunai yang dapat mereka bawa, terpaksa meninggalkan harta kekayaan dan tanah air mereka tercinta. Menurut cerita putri saya, ayah dan abang Bella sesekali masih suka pulang ke negaranya untuk membantu perjuangan saudara-saudaranya di negri yang hingga detik ini masih juga bergejolak.
Tapi jangan dikira bahwa selama mereka di Perancis inipun mereka dapat hidup tenang. Karena sebagai imigran gelap yang tidak memiliki surat-surat resmi, sulit bagi mereka untuk mendapatkan pekerjaan. Pada saat-saat seperti ini sungguh terasa betapa tidak berartinya uang berapapun besarnya.
Saya juga mempunyai kenalan seorang warga Azerbaijan, yang juga bekas jajahan Rusia. Ia memang bukan imigran. Ia tinggal di Perancis dalam rangka mendampingi suaminya bekerja di negri ini. Darinya saya menjadi tahu bahwa jumlah imigran asal negaranya di Perancis ini relative cukup banyak. Melalui perkenalan ini pula saya jadi tahu sedikit tentang Azerbaijan.
Sama dengan Chechnya, negri ini juga sering dilanda kerusuhan. Tidak hanya perang terhadap Rusia dalam rangka meraih kemerdekaannya tetapi juga dengan Armenia, negri tetangganya.
Selama ini Holocaust yaitu peristiwa pembersihan ras Yahudi oleh Nazi paska PD II selalu dibesar-besarkan Barat. Menyusul baru-baru ini, Israel menuduh Turki harus mempertanggung-jawabkan peristiwa terbunuhnya sejumlah besar orang-orang Armenia. Padahal peristiwa tersebut telah terjadi pada awal tahun 1900-an. Tidak tanggung-tanggung, ia bahkan menyebutkan Genosida. Meski tentu saja hal ini tidak terbukti dan masih menjadi bahan perdebatan. Namun pernahkah kita mendengar apa yang pernah dilakukan bangsa Rusia dan bangsa Armenia terhadap bangsa Arzeri di Armenia, yang dilakukan belum terlalu lama ini, yaitu pada 1987-1988 ?
Arzeri yang rata-rata pemeluk Islam adalah nama penduduk Azerbaijan. Sebelum tahun 1828, mereka merupakan 80 % penduduk wilayah yang saat ini menjadi wiayah Armenia yang mayoritas Kristen. Namun secara bertahap, mulai Rusia menguasai wilayah ini hingga Armenia melepaskan diri dari Rusia pada tahun 1918, bangsa Azeri terus tersingkir. Malah berdasarkan beberapa sumber, pernah pada suatu saat dilaporkan, tak satupun orang Arzeri hidup di Armenia. Oleh pemerintah setempat dibantu Rusia, mereka dideportasi ke Azerbaijan.
Saat ini bangsa Arzeri di Armenia adalah bangsa minoritas. Permusuhan sengit antara keduanya terus terjadi hingga detik ini. Masing-masing saling mengklaim bahwa bangsa mereka telah berusaha untuk dipunahkan. Namun Barat tampaknya tidak mau peduli terhadap keluhan dan penderitaan Arzeri. Persis seperti yang terjadi atas bangsa Palestina oleh Yahudi di Yerusalem, khususnya dan hampir seluruh wilayah Palestina yang direbut Israel.
Sementara pengalaman dan cerita saudara-saudari kita asal Magreban (Aljazair, Maroko dan Tunisia) lain lagi. Pada awal abad 19, penduduk ketiga Negara bekas jajahan Perancis ini awalnya didatangkan ke Perancis karena Perancis kekurangan tenaga kerja dan kecilnya angka kelahiran. Karena di negrinya sendiri lapangan pekerjaan juga sulit akhirnya secara bergelombang mereka datang memenuhi kebutuhan tersebut. Mereka beranak pinak di negri ini, mencintai dan menganggap Perancis sebagai negrinya sendiri. Bahkan pada beberapa kali perang, banyak diantara bapak dan kakek mereka gugur dalam perang demi mempertahankan bangsa ( Perancis).
Ironisnya, detik ini, sejumlah tokoh politik Perancis mempermasalahkan masalah imigran ini. Para imigran dianggap tidak bisa berintegrasi dengan baik ( baca tidak mau meninggalkan ajaran Islam sebagai ajaran nenek moyang ! ). Seperti biasa, laicite, adalah alasannya.
« Saya berbahasa Perancis, saya bersekolah di sekolah umum Perancis, teman-teman sayapun banyak orang Perancis. Tinggal Islam, agama saya, yang tidak saya tinggalkan”, begitu keluh sebagian mereka.
Di klub dimana saya menjadi salah satu anggotanya, saya mempunyai 2 orang kenalan asli Jerman yang bersuamikan orang Islam Maroko, warga Perancis. Saya tidak yakin kalau ke 2 orang kenalan saya itu berpindah memeluk Islam. Anak-anaknyapun saya tidak tahu, dididik dalam agama apa mereka itu.
“ Dan janganlah kamu nikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mu’min lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mu’min) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mu’min lebih baik dari orang musyrik walaupun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. Dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran”.(QS.Al-Baqarah(2):221).
“ Kami beri nama anak kami Maryam Yasmin dengan panggilan Yasmin. Eh, sekarang setelah dewasa ia tidak mau dipanggil Yasmin, maunya Maryam”, demikian keluh salah satu kenalan saya itu. Sayang, saya tidak begitu paham maksud keluhannya. Apakah itu berarti anaknya telah memilih Islam sebagai agamanya dan merasa lebih nyaman dengan nama Maryam yang lebih islami daripada Yasmin ? Wallahu’alam.
Kenalan saya yang lain, suami-istri asli Perancis, bermenantukan gadis India Muslim. Itu sebabnya mereka berdua terutama sang ibu, sangat memahami saya. « Kamu tidak usah khawatir, saya sengaja masak makanan laut, agar kamu bisa makan. … Kue inipun tidak mengandung alkohol … Kalau kamu mau shalat, di kamar ini saja. Ini bersih”, kata kenalan saya tersebut, sambil menunjukkan kamar dimana saya bisa shalat..
Namun jangan heran juga, kalau dalam sebuah perdebatan, ia kukuh membela prilaku Homoseksual! Alasannya sederhana saja, setiap orang kan bebas memilih mengikuti kehendaknya. Itulah toleransi. Yaah, beginilah cara berpikir orang yang tidak beragama, yang tidak percaya akan adanya Tuhan, tidak percaya adanya kehidupan setelah kematian, bahwa suatu saat nanti akan dibangkitkan dari kematiannya. Cara berpikirnya hanya kebaikan dimensi duniawi.
“ Dan mereka berkata: “Apakah bila kami telah menjadi tulang belulang dan benda-benda yang hancur, apa benar-benarkah kami akan dibangkitkan kembali sebagai makhluk yang baru?” (QS.Al-Isra(17):49).
“ Dan adapun orang-orang yang di dalam hati mereka ada penyakit, maka dengan surat itu bertambah kekafiran mereka, di samping kekafirannya (yang telah ada) dan mereka mati dalam keadaan kafir. Dan tidakkah mereka memperhatikan bahwa mereka diuji sekali atau dua kali setiap tahun, kemudian mereka tidak (juga) bertaubat dan tidak (pula) mengambil pengajaran?”(QS.At-Taubah(9):125-126).
Bergidik hati ini, membayangkan kemurkaan Sang Khalik. Perancis di akhir April, malah di awal Maret mustinya sudah memasuki musim semi, waktu dimana daun-daun mulai tumbuh dan bunga2 mulai bersemi setelah 3 bulan lamanya bersembunyi dari dinginnya salju. Dengan mulai naiknya suhu udara, matahari yang menghangati permukaan bumi, mustinya, inilah masa-masa indah yang paling dinanti-nanti.
Namun bagaimana nyatanya? Hingga detik ini, di pagi hari suhu masih berkisar antara 3-6 drajat, siang antara 7-12 drajat. Bagi orang asing atau pendatang mungkin hal ini tidak begitu terasa. Tetapi bagi penduduk atau ilmuwan, terutama yang bergerak di bidang meteorologi, ini bukan hal yang biasa. Lebih jauh lagi, ini bisa berakibat fatal, karena akan sangat mengganggu ekosistim. Perubahan cuaca akan mengganggu berbagai hal, diantaranya panen, yang pasti sangat dibutuhkan manusia. Tidakkah mereka menyadari bahwa ini adalah peringatan dari-Nya??
“Katakanlah: “Terangkanlah kepadaku, jika Allah menjadikan untukmu malam itu terus menerus sampai hari kiamat, siapakah Tuhan selain Allah yang akan mendatangkan sinar terang kepadamu? Maka apakah kamu tidak mendengar? Katakanlah: “Terangkanlah kepadaku, jika Allah menjadikan untukmu siang itu terus menerus sampai hari kiamat, siapakah Tuhan selain Allah yang akan mendatangkan malam kepadamu yang kamu beristirahat padanya? Maka apakah kamu tidak memperhatikan?” (QS.Al-Qashash(28):71-72).
Dulu, pada zaman nabi Musa as yang diberi mukjizat tongkat menjadi ular kepada penduduk Fir’aun di Mesir yang ahli shir, para ahli sihirlah yang paling dahulu beriman. Sekarang, di zaman dimana sains dan ilmu pengetahuan berkembang pesat, siapakah yang kira-kira akan beriman terlebih dahulu ?
Wallahu’alam bish shawwab.
Paris, 24 April 2012.
Vien AM.
Read Full Post »