Feeds:
Posts
Comments

Archive for April, 2012

Syukur

Manusia pada umumnya mencintai harta benda. Oleh karenanya menjadi kaya adalah idaman dan cita-cita kebanyakan orang.  Demi mencapai tujuan inilah orang rela mengerjakan pekerjaan apapun, tidak peduli apakah pekerjaan itu halal atau tidak, menzalimi orang lain atau tidak. Ironisnya, bukan cerita yang jarang bila sang istri/pasangan tercinta tidak hanya tidak tahu namun malah mendukung perbuatan buruk tersebut.

Ya, harta kekayaan memang sangat berpotensi menutup mata hati seseorang. Padahal tidak berbukti bahwa kekayaan dan kebahagiaan itu berbanding lurus. Buktinya, berapa banyak kita mendengar cerita anak-anak ‘broken home’yang biasanya berasal dari keluarga kaya raya. Berapa sering kita mendengar skandal perselingkuhan dan perceraian yang biasanya menimpa keluarga berkecukupan.

Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)”.(QS.Ali Imran(3):114).

Dari ayat diatas dapat kita ambil kesimpulan bahwa kecintaan terhadap harta benda memang telah menjadi fitrah manusia. Sejauh kecintaan tersebut tidak sampai membuat kita lalai terhadap kehidupan akhirat, hal ini sebenarnya tidak menjadi masalah. Karena kehidupan dunia hanyalah sementara. Kehidupan yang jauh lebih kekal adalah kehidupan akhirat, yaitu surga atau neraka.

Oleh sebab itu, nikmat terbesar dalam hidup ini sesungguhnya adalah nikmat Iman dan Islam. Karena dengan bekal inilah seseorang akan mengetahui  hakekat kehidupan yang sesungguhnya. Dan kedua nikmat ini hanya dapat diperoleh dengan adanya mata hati yang bersih.

Melalui nikmat Iman, seseorang akan mempercayai adanya Sang Pencipta Yang Satu. Dengan nikmat Iman seseorang akan meyakini adanya yang ghaib, seperti para malaikat, surga dan neraka, hari pembalasan  dll. Dan dengan nikmat Islam seseorang akan mampu menikmati manisnya shalat, zakat, puasa serta indahnya berbagi dengan sesama. Sebagai dampaknya, maka orang-orang seperti ini tidaklah  akan terjebak dalam kenikmatan palsu, kenikmatan duniawi.

Tidak dapat dipungkiri kenikmatan dunia seperti harta benda dan kekayaan memang dibutuhkan dalam hidup ini. Karena kita memang hidup di alam dunia. Namun dengan adanya kesadaran bahwa ada kehidupan lain setelah kehidupan dunia, maka ia tidak akan terperangkap dalam kenikmatan tersebut. Ia akan berpikir kritis apa dan bagaimana resiko dan tanggung-jawab yang harus diembannya ketika ia menikmati kenikmatan  tersebut.

Tingkat kenikmatan seseorang berbeda-beda. Orang yang mampu menikmati indahnya Iman dan Islam pasti juga mampu menikmati indahnya pemberian kelima indra dari-Nya, yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, peraba dan perasa. Dengan bekal inilah kita dapat menikmati betapa indahnya ciptaan-Nya.

Sebaliknya, sekiranya mereka ini dicoba dengan kurangnya salah satu dari ke 5 indra tersebut, mereka tetap mensyukurinya. Begitu pula bila mereka dicoba dengan kurangnya rezeki dll.

‎”Maka adapun manusia, apabila Tuhan mengujinya maka dia berkata,”Tuhanku telah memuliakanku”. Namun apabila Tuhan mengujinya lalu membatasi rezekinya, maka dia berkata,”Tuhanku telah menghinaku”. Sekali-kali tidak! .. (QS.Al-Fajr(89):15-17)

Adalah salah besar orang yang beranggapan bahwa kekayaan dan kesempurnaan tubuh adalah suatu kemuliaan. Sementara kemiskinan dan kekurang sempurnaan tubuh adalah suatu kehinaan. Karena sesungguhnya baik kekayaan, kemiskinan maupun kekurangan, semua adalah ujian dan cobaan Allah Azza wa Jalla bagi hamba-hamba-Nya. Ini untuk mengetahui siapa sebenarnya yang tetap dalam ketakwaan, siapa yang tetap sabar dan bersyukur dalam menghadapi dan menyikapi kelebihan dan kekurangan tersebut .

“ Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu`, (yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya”.(QS.Al-Baqarah(2):45-46).

Yang juga perlu dicatat, syukur tidak hanya cukup dikatakan secara lisan. Syukur yang dikehendaki-Nya adalah syukur yang diucapkan lewat lisan, dengan niat yang tulus di hati serta di wujudkan dalam sikap. Shalat 5 waktu, zakat, sodakoh dan infak,  membaca Al-Quran dan berusaha memahaminya adalah salah satu contohnya. Mari kita saling mengingatkan untuk memotivasi diri agar selalu ada peningkatan kwalitas dalam ibadah/syukur.

Wallahu’alam bish shawwab.

Paris, 29 April 2012.

Vien AM.

Read Full Post »

Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”.(QS.Al-HUjurat(49):13).

Ya, salah satu hikmah terbesar mendapat kesempatan tinggal di luar negri memang adalah mengenal dan mengetahui keberadaan bangsa-bangsa lain. Sungguh merupakan nikmat yang kecil kemungkinannya bisa didapat bila kita tetap terus berada di dalam negri. Karena meski di kota-kota besar negri kita, apalagi Jakarta sebagai ibu kota Negara, bule bisa kita jumpai, nuansa dan suasananya sangatlah berbeda.

Di dalam metro ( transportasi umum bawah tanah Perancis), di pertokoan, di restoran, di jalanan apalagi di obyek-obyek wisata, yang jumlahnya banyak di kota pusat mode dunia ini, warna kulit dan bahasa yang bermacam-macam itu bisa menjadi daya tarik tersendiri.  Sungguh terasa, betapa hebatnya Sang Pencipta!

“ Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui”.(QS.Ruum(30):22).

Paris adalah kota tujuan utama wisatawan manca Negara. Di kota ini bermacam bangsa, warna kulit dan  bahasa berbaur. Tentu saja tidak sama dengan berbaurnya umat Islam di kota suci Mekah yang berbaur karena landasan ketakwaaan. Di Paris, pada umumnya, orang berkunjung selain untuk mengagumi keindahan kota yang terkenal dengan menara Eiffelnya ini, juga  untuk berbelanja barang-barang mewah ber-merk.

Buktinya, lihat saja butik mewah kenamaan Louis Vuitton, rumah mode barang-barang kulit asli Perancis yang terletak di Champs-Elysees  itu. Orang rela berduyun-duyun mengantri di depan pintu butik ini demi membeli sebuah tas yang harganya bisa mencapai belasan juta rupiah ! Orang-orang Asia seperti Jepang, Cina, Korea dan juga orang Indonesia adalah termasuk mereka yang doyan mengantri. Malu juga sebenarnya hati ini, menyadari bahwa negara kita adalah negara miskin ntah, ke berapa di dunia ini. Bahkan mayoritas penduduknyapun Muslim, yang diajarkan agar hidup tidak berlebihan, tidak bermegah-megahan.

“ Bermegah-megahan telah melalaikan kamu,”(QS.At-Takatsur(102):1).

Paris memang dikenal sebagai pusat mode dunia, kota yang juga dikenal romantis, tujuan bagi pasangan pengantin baru yang memiliki uang berlebih, untuk sekedar berbulan madu.

Namun demikian ternyata Paris juga bukan hanya tujuan orang-orang kaya. Buktinya, peminta-minta, dari hari ke hari, makin banyak saja, dan kebanyakan dari mereka adalah imigran. Yang lebih menyedihkan,  mereka adalah kaum imigran, korban perang dan kerusuhan negara-negara berpenduduk mayoritas Muslim ! Afganistan,  Palestina, Irak, Iran adalah contohnya. Untungnya, imigran dari Eropa Timur yang notabene bukan mayoritas Muslim ternyata yang tercatat sebagai imigran yang paling sering melakukan pencurian di metro.

Secara pribadi, terus terang saya tidak habis berpikir, mengapa para korban perang dan kerusuhan tersebut memilih Perancis sebagai tempat tujuan. Karena selain sulit menjalankan ibadah, iklim di negri ini sebenarnya juga kurang bersahabat, terutama pada saat musim dingin tiba. Tidak jarang saya melihat, ibu dengan bayi atau putra/putrinya yang masih kecil, mengemis di sudut-sudut jalan, sambil menahan rasa dingin yang betul-betul menggigit hingga ke tulang. Apalagi kalau hari Jum’at, di sepanjang jalan menuju masjid Mosque de Paris, berjejer mengemis para perempuan;  tua muda, dengan anak-anaknya ataupun sendiri saja.

Dari Hakim bin Hizam r.a katanya:”Tangan yang di atas (tangan yang memberi) lebih baik dari pada  tangan yang di bawah (tangan yang menerima atau meminta). Maka karena itu mulailah memberi kepada keluargamu. Sebaik-baik sedekah ialah ketika kaya. Barangsiapa  yang memohon dipelihara (agar ia tidak sampai meminta-minta) Allah akan memeliharanya dan barangsiapa yang memohon dicukupkan (agar ia tidak bergantung selain kepada Allah) Allah akan mencukupkannya.”

Jika mereka Muslim yang baik, pasti mereka tahu persis hadist di atas. Artinya, kalau tidak karena terpaksa pasti mereka tidak akan melakukan hal tersebut. Sungguh menyedihkan, bukan ?

Namun yang juga harus dicatat, kaum imigran tidak selalu orang miskin alias orang tidak mampu. Anak saya pernah memperkenalkan teman sekolahnya, seorang imigran asal Chechnya.  Ia dan keluarganya meninggalkan Negara bekas jajahan Rusia ini karena kerusuhan yang terjadi di negrinya. Demi memperjuangkan kemerdekaannya, negara berpenduduk  mayoritas Islam ini harus menderita hebat selama 2 x perang melawan Rusia.

Bella, demikan nama gadis teman putri saya ini, bersama keluarganya, hanya dengan bekal sejumlah uang tunai yang dapat mereka bawa, terpaksa meninggalkan harta kekayaan dan tanah air mereka tercinta. Menurut cerita putri saya, ayah dan abang Bella sesekali masih suka pulang ke negaranya untuk membantu perjuangan saudara-saudaranya di negri yang hingga detik ini masih juga bergejolak.

Tapi jangan dikira bahwa selama mereka di Perancis inipun mereka dapat hidup tenang. Karena sebagai imigran gelap yang tidak memiliki surat-surat resmi, sulit bagi mereka untuk mendapatkan pekerjaan.  Pada saat-saat seperti ini sungguh terasa betapa tidak berartinya uang berapapun besarnya.

Saya juga mempunyai kenalan seorang warga Azerbaijan, yang juga bekas jajahan Rusia. Ia memang bukan imigran. Ia tinggal di Perancis  dalam rangka mendampingi suaminya bekerja di negri ini. Darinya saya menjadi tahu bahwa jumlah imigran asal negaranya di Perancis ini relative cukup banyak. Melalui  perkenalan ini pula saya jadi tahu sedikit tentang Azerbaijan.

Sama dengan Chechnya, negri ini juga sering dilanda kerusuhan.  Tidak hanya perang terhadap Rusia dalam rangka meraih kemerdekaannya  tetapi juga dengan Armenia, negri tetangganya.

Selama ini Holocaust yaitu peristiwa pembersihan ras Yahudi oleh Nazi paska PD II selalu dibesar-besarkan Barat. Menyusul baru-baru ini, Israel menuduh Turki harus mempertanggung-jawabkan peristiwa terbunuhnya sejumlah besar orang-orang Armenia. Padahal peristiwa tersebut telah terjadi pada awal tahun 1900-an. Tidak tanggung-tanggung, ia bahkan menyebutkan Genosida. Meski tentu saja hal ini tidak terbukti dan masih menjadi bahan perdebatan.  Namun pernahkah kita mendengar apa yang pernah dilakukan bangsa Rusia dan bangsa Armenia terhadap bangsa Arzeri  di Armenia, yang dilakukan belum terlalu lama ini, yaitu pada  1987-1988 ?

Arzeri yang rata-rata pemeluk Islam adalah nama penduduk Azerbaijan. Sebelum  tahun 1828, mereka merupakan 80 %  penduduk wilayah yang  saat ini menjadi wiayah Armenia yang mayoritas Kristen. Namun secara bertahap, mulai Rusia menguasai wilayah ini hingga Armenia melepaskan diri dari Rusia pada tahun 1918, bangsa Azeri  terus tersingkir.  Malah berdasarkan beberapa sumber, pernah pada suatu saat dilaporkan, tak satupun orang Arzeri hidup di Armenia.  Oleh pemerintah setempat dibantu Rusia, mereka dideportasi ke Azerbaijan.

Saat ini bangsa Arzeri di Armenia adalah bangsa minoritas. Permusuhan sengit antara keduanya terus terjadi hingga detik ini. Masing-masing saling mengklaim bahwa bangsa mereka telah berusaha untuk dipunahkan. Namun Barat tampaknya tidak mau peduli terhadap keluhan dan penderitaan Arzeri. Persis seperti yang terjadi atas bangsa Palestina oleh Yahudi di Yerusalem, khususnya  dan hampir seluruh wilayah Palestina yang direbut Israel.

Sementara pengalaman dan cerita saudara-saudari kita asal Magreban (Aljazair, Maroko dan Tunisia) lain lagi. Pada awal abad 19, penduduk ketiga Negara bekas jajahan Perancis ini awalnya didatangkan ke Perancis karena Perancis kekurangan tenaga kerja dan kecilnya angka kelahiran. Karena di negrinya sendiri lapangan pekerjaan juga sulit akhirnya secara bergelombang mereka datang memenuhi kebutuhan tersebut. Mereka beranak pinak di negri ini, mencintai dan menganggap Perancis sebagai negrinya sendiri. Bahkan pada beberapa kali perang,  banyak diantara bapak dan kakek mereka gugur dalam perang demi mempertahankan bangsa ( Perancis).

Ironisnya, detik ini, sejumlah tokoh politik Perancis mempermasalahkan masalah imigran ini. Para imigran dianggap tidak bisa berintegrasi dengan baik ( baca tidak mau meninggalkan ajaran Islam sebagai ajaran nenek moyang ! ). Seperti biasa, laicite, adalah alasannya.

« Saya berbahasa Perancis, saya bersekolah di sekolah umum Perancis, teman-teman sayapun banyak orang Perancis. Tinggal Islam, agama saya, yang tidak saya tinggalkan”, begitu keluh sebagian mereka.

Di klub dimana saya menjadi salah satu anggotanya, saya mempunyai 2 orang kenalan asli Jerman yang bersuamikan orang Islam Maroko, warga Perancis. Saya tidak yakin kalau ke 2 orang kenalan saya itu berpindah memeluk Islam.  Anak-anaknyapun saya tidak tahu, dididik dalam agama apa mereka itu.

“ Dan janganlah kamu nikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mu’min lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mu’min) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mu’min lebih baik dari orang musyrik walaupun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. Dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran”.(QS.Al-Baqarah(2):221).

“ Kami beri nama anak kami Maryam Yasmin dengan panggilan Yasmin. Eh, sekarang setelah dewasa ia tidak mau dipanggil Yasmin, maunya Maryam”, demikian keluh salah satu kenalan saya itu. Sayang, saya tidak begitu paham maksud keluhannya. Apakah itu berarti anaknya telah memilih Islam sebagai agamanya dan merasa lebih nyaman dengan nama Maryam yang lebih islami daripada Yasmin ? Wallahu’alam.

Kenalan saya yang lain, suami-istri asli Perancis, bermenantukan gadis India Muslim. Itu sebabnya mereka berdua terutama sang ibu, sangat memahami saya. « Kamu tidak usah khawatir, saya sengaja masak makanan laut, agar kamu bisa makan. … Kue inipun tidak mengandung alkohol … Kalau kamu mau shalat, di kamar ini saja. Ini bersih”, kata kenalan saya tersebut, sambil menunjukkan kamar dimana saya bisa shalat..

Namun jangan heran juga, kalau dalam sebuah perdebatan, ia kukuh membela prilaku Homoseksual! Alasannya sederhana saja, setiap orang kan bebas memilih mengikuti kehendaknya. Itulah toleransi. Yaah, beginilah cara berpikir orang yang tidak beragama, yang tidak percaya akan adanya Tuhan, tidak percaya adanya kehidupan setelah kematian, bahwa suatu saat nanti akan dibangkitkan dari kematiannya. Cara berpikirnya hanya kebaikan dimensi duniawi.

“ Dan mereka berkata: “Apakah bila kami telah menjadi tulang belulang dan benda-benda yang hancur, apa benar-benarkah kami akan dibangkitkan kembali sebagai makhluk yang baru?” (QS.Al-Isra(17):49).

“ Dan adapun orang-orang yang di dalam hati mereka ada penyakit, maka dengan surat itu bertambah kekafiran mereka, di samping kekafirannya (yang telah ada) dan mereka mati dalam keadaan kafir. Dan tidakkah mereka memperhatikan bahwa mereka diuji sekali atau dua kali setiap tahun, kemudian mereka tidak (juga) bertaubat dan tidak (pula) mengambil pengajaran?”(QS.At-Taubah(9):125-126).

Bergidik hati ini, membayangkan kemurkaan Sang Khalik. Perancis di akhir April, malah di awal Maret mustinya sudah memasuki musim semi, waktu dimana daun-daun mulai tumbuh dan bunga2 mulai bersemi setelah 3 bulan lamanya bersembunyi dari dinginnya salju. Dengan mulai naiknya suhu udara, matahari yang menghangati permukaan bumi, mustinya, inilah masa-masa indah yang paling dinanti-nanti.

Namun bagaimana nyatanya? Hingga detik ini, di pagi hari suhu masih berkisar antara 3-6 drajat, siang antara 7-12 drajat. Bagi orang asing atau pendatang mungkin hal ini tidak begitu terasa. Tetapi bagi penduduk atau ilmuwan, terutama  yang bergerak di bidang meteorologi, ini bukan hal yang biasa. Lebih jauh lagi, ini bisa berakibat fatal, karena akan sangat mengganggu ekosistim. Perubahan cuaca akan mengganggu berbagai hal, diantaranya panen, yang pasti sangat dibutuhkan manusia. Tidakkah mereka menyadari bahwa ini adalah peringatan dari-Nya??

“Katakanlah: “Terangkanlah kepadaku, jika Allah menjadikan untukmu malam itu terus menerus sampai hari kiamat, siapakah Tuhan selain Allah yang akan mendatangkan sinar terang kepadamu? Maka apakah kamu tidak mendengar? Katakanlah: “Terangkanlah kepadaku, jika Allah menjadikan untukmu siang itu terus menerus sampai hari kiamat, siapakah Tuhan selain Allah yang akan mendatangkan malam kepadamu yang kamu beristirahat padanya? Maka apakah kamu tidak memperhatikan?” (QS.Al-Qashash(28):71-72).

Dulu, pada zaman nabi Musa as yang diberi mukjizat tongkat menjadi ular kepada penduduk Fir’aun di Mesir yang ahli shir, para ahli sihirlah yang paling dahulu beriman. Sekarang, di zaman dimana sains dan ilmu pengetahuan berkembang pesat,  siapakah yang kira-kira akan beriman terlebih dahulu ?

Wallahu’alam bish shawwab.

Paris, 24 April 2012.

Vien AM.

Read Full Post »

Sebut saja namanya Khadija, nama yang digunakannya setelah masuk Islam. Ia seorang profesor keturunan Yahudi yang menemukan cahaya Islam setelah menyaksikan kematian seorang sutradara bernama Tony Richardson akibat penyakit AIDS. Khadija mengagumi Richardson sebagai sutradara panggung drama yang profesional, brilian dan diakui kalangan seniman internasional.

Kehidupan Richardson sebagai homoseks menularkannya penyakit AIDS yang mematikan. Dari situlah Khadija mulai memikirkan gaya hidup masyarakat Barat dan masyarakat Amerika terutama dalam masalah moralitas. Khadija pun mulai melirik ajaran Islam.

Khadija memulainya dengan mempelajari sejarah Islam. Sebagai seorang Yahudi, ia masih mengingat sejarah nenek moyangnya, Yahudi Spanyol yang hidup di tengah masyarakat Muslim dan terusir pada masa inkuisisi pada tahun 1942. Khadija mempelajari bagaimana kekhalifahan Turki Ustmani memperlakukan para pengungsi Yahudi dengan cara yang manusiawi pada masa pengusiran orang-orang Yahudi dari daratan Eropa.

“Allah membimbing saya dalam belajar dan saya belajar Islam dari banyak tokoh seperti Imam Siddiqi dari South Bay Islamic Association, Hussein Rahima dan kakak angkat saya, Maria Abidin, seorang muslim orang Amerika asli dan bekerja sebagai penulis di majalah SBIA, IQRA,” kisah Khadija mengawali ceritanya sebelum menjadi seorang muslim.

Saat melakukan riset tentang Islam, Khadija mewawancarai seorang pemilik toko daging halal di sebuah distrik di San Francisco. Di toko itu ia bertemu dengan seorang pembeli, perempuan berjilbab yang kemudian sangat mempengaruhinya dalam memahami ajaran Islam. Khadija terkesan dengan perilaku perempuan itu yang lembut dan ramah, apalagi perempuan berjilbab itu ternyata menguasai empat bahasa asing.

“Kecerdasannya, membuat saya merasa terbebas dari sikap arogan dan memberikan kesan mendalam di masa-masa awal saya mempelajari bagaimana Islam bisa mempengaruhi perilaku manusia,” ujar Khadija.

“Riset yang saya lakukan membuat saya tahu lebih banyak tentang Islam dari sekedar sekumpulan fakta, bahwa Islam adalah agama yang hidup. Saya belajar bagaimana kaum Muslimin memperlakukan diri mereka sendiri dengan penuh martabat dan kebaikan sehingga bisa mengangkat mereka dari kekerasan dan perbudakan di Amerika …”

“Saya belajar bahwa lelaki dan perempuan Muslim bisa saling mendukung keberadaan masing-masing, tanpa harus merusak keduanya secara verbal maupun fisik. Saya juga belajar bahwa busana yang pantas menunjukkan semangat spiritualitas dan mengangkat derajat mereka sebagai manusia,” papar Khadija.

Kondisi itu sangat berbeda dengan apa yang dialami Khadija selama ini, sebagai perempuan yang hidup di tengah budaya masyarakat Amerika. Seperti perempuan Amerika pada umumnya, ia ibarat hidup di tengah perbudakan seksual. Sejak usia dini, Khadija belajar bahwa masyarakat AS pada umumnya menilai manusia semata-mata dari penampilan luarnya saja sehingga banyak remaja, baik perempuan maupun laki-laki yang putus asa karena merasa tidak diterima oleh teman sebayanya.

Setelah mengetahui lebih banyak tentang Islam dan bergaul dengan beberapa muslim Amerika, Khadija makin mencintai dan menghormati Islam. “Saya mendukung dan mengagumi Islam karena Islam memberikan hak yang sama dalam masalah pendidikan untuk laki-laki dan perempuan, menghormati hak laki-laki dan perempuan dalam masyarakat dan ajaran tentang cara berbusana yang pantas serta aturan Islam tentang perkawinan,” tukas Khadija.

“Islam mengajarkan untuk menghargadi diri kita sendiri sebagai makhluk ciptaanNya yang dianugerahi kemampuan untuk bertanggung jawab dalam hubungan kita dengan orang lain. Lewat salat dan zakat, serta komitmen keimanan dan pendidikan, jika kita mengikuti jalan Islam, kita memiliki kesempatan untuk mendidik anak-anak yang akan terbebas dari ancaman kekerasan dan eksploitasi,” sambungnya.

Dalam perjalanannya memeluk Islam, Khadija aktif di organisasi AMILA (American Muslims Intent on Learning and Activism) dan ikut mengelola situs organisasi itu. Khadija dengan jujur mengakui bahwa komunitas Muslim adalah komunitas yang mengagumkan. “Islam memberi petunjuk pada kita agar terhindar dari api neraka,” kata Khadija.

Khadija pun bertekad bulat untuk mengucapkan dua kalimat syahadat dan menjadi seorang muslim. “Sang Pencipta dikenal dengan banyak nama. Rahmat-Nya kita rasakan dan kehadiran-Nya dimanifestasikan dengan cinta, toleransi dan kasih sayang yang hadir di tengah kehidupan masyarakat,” tandas Khadija. (ln/oi)

Diambil dari :

http://www.eramuslim.com/berita/dakwah-mancanegara/kagum-pada-ajaran-islam-soal-moral-profesor-yahudi-bersyahadat.htm

Read Full Post »

Nicolas Zarkozy, presiden Perancis itu akhirnya tak tahan juga untuk menyembunyikan keberpihakannya kepada Yahudi, agama nenek moyangnya. Selama 5 tahun menduduki jabatan tertinggi Negara, sepintas ia memang tidak begitu memusuhi Islam. Paling tidak ketika ia masih menduduki posisi mentri dalam negri, ia pernah mendukung berdirinya CFCM (Conseil Français du Culte Musulman), sebuah organisasi Islam Perancis. Meski pada akhirnya sebagian Muslim negri tersebut mengklaim bahwa wadah Islam tersebut kurang berfungsi dan tidak mewakili aspirasi Islam pada umumnya.

Sebaliknya, UOIF (Union des Organisations Islamiques de France),  organisasi Islam lain, yang dikabarkan lebih dapat mewakili Muslim Perancis, baru-baru ini harus menelan pil pahit. Kongres yang sedianya diseleggarakan beberapa hari lalu terpaksa pasrah terhadap pernyataan sang presiden yang memerintahkan jajarannya untuk mencekal 6 undangan kehormatan mancanegara. Syeikh Yusuf Al-Qardhawi, ulama besar Mesir yang dikenal sangat keras terhadap Yahudi, DR Aidh Al-Qarni, yang di Imdonesia terkenal dengan kitab La-Tahzannya serta seorang syeikh masjid Al-Aqsho adalah termasuk 3 diantaranya.  Keenam ulama besar tersebut, melalui berbagai penyataannya  dianggap memusuhi Yahudi.

Islam beberapa minggu belakangan ini memang semakin terlihat disudutkan oleh berbagai pihak. Skandal Muhammad Merah, warga Toulouse, Muslim imigran Aljazair, telah resmi ditetapkan pemerintah sebagai penanggung jawab skandal terbunuhnya 3 militer di kota tersebut dan meledaknya bom di sekolah Yahudi yang memakan korban 3 orang anak dan 1 orang dewasa. Semuanya Yahudi. Sementara 2 diantara militer yang ditembak adalah Muslim imigran Magreban. ( Baca : https://vienmuhadi.com/2012/03/26/merncermati-perkembangan-islam-di-perancis-6/  )

Tariq Ramadhan, cucu almarhum ulama besar Mesir, Hasan Al- Banna,  yang kini menjadi warga Swis dan dikenal sebagai cendekiawan Muslim terkenal, berpendapat bahwa Muhammad Merah hanya korban konspirasi politik elit Perancis.  Masih menurut Tariq, pemuda yang mati ditembak oleh 15 anggota pasukan khusus setelah bertahan lebih dari 30 jam di apartemennya ini sama sekali tidak mewakili figur Islam. Kalaupun ia memang terbukti bersalah, tidak berarti bahwa seluruh umat Islam terutama kaum Muslimin imigran yang ada di Perancis ini harus mempertanggung-jawabkan kesalahan tersebut.

Namun dengan penuh emosi, Sarkozy malah mengeluarkan pernyataan bahwa Perancis adalah Negara Laic ( sekuler), tidak ada perbedaan pelayanan antara laki-laki dan perempuan, tidak ada daging  khusus untuk golongan tertentu. Pernyataan ini jelas ditujukan bagi umat Islam yang memang membutuhkan waktu dan tempat khusus untuk ibadah, dokter perempuan untuk Muslimah, daging halal dll.

Karenanya dalam kongres UOIF yang diselenggarakan beberapa hari lalu, Tariq mengingatkan agar Muslim Perancis tidak perlu menanggapi pernyataan tersebut secara serius.  Ia justru meminta agar Muslim Perancis bersatu, tidak terpecah-pecah seperti sekarang ini.  Perlu dicatat, Muslim Perancis saat ini kebanyakan adalah imigran Maroko, Aljazair dan Tunisia. Ketiga Negara bekas jajahan Perancis ini di Perancis dikenal dengan nama Magreban. Namun demikian kultur ketiga Negara di Afrika Utara tersebut  berbeda. Itu sebabnya mereka kurang bisa berbaur. Masing-masing memiliki komunitas sendiri-sendiri. Bahkan masjid dan organisasi yang ada sekarang ini sebetulnya hanya mewakili masing-masing komunitas tersebut.

“Sesungguhnya orang-orang mu’min adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat“.(QS.Al-Hujrat(49):10).

Dari Abu Hamzah, Anas bin Mâlik Radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda: “Tidak sempurna iman seseorang di antara kalian hingga ia mencintai untuk saudaranya segala apa yang ia cintai untuk dirinya sendiri berupa kebaikan”. [HR al-Bukhâri dan Muslim].

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Perumpamaan kaum mukminin dalam cinta-mencintai, sayang-menyayangi dan bahu-membahu, seperti satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuhnya sakit, maka seluruh anggota tubuhnya yang lain ikut merasakan sakit juga, dengan tidak bisa tidur dan demam”.

“Katakanlah: “Jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.” Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik”.(QS.At-Taubah(9):24).

Dengan kata lain, semangat kebangsaan yang sering kali menjadi ikatan terkuat dalam suatu masyarakat sebenarnya bukanlah ajaran Islam. Islam tidak mengenal batas negara, bahasa, warna kulit dan kultur. Perseteruan tersembunyi antara Negara kita tercinta, Indonesia dengan Negara tetangga, Malaysia, contohnya, harusnya tidak perlu terjadi. Benih-benih permusuhan dan kebencian dua Negara saudara seiman ini sebenarnya sangat berbahaya. Ini adalah bagian dari Ghazwl Fikri alias Perang Pemikiran yang dirancang Barat (Kristen–Yahudi) untuk mengadu domba dan mengikis persaudaraan serta dan persatuan Islam.

Pemersatu utama dalam Islam adalah ketakwaan. Hal yang wajar saja karena bumi ini seluruhnya adalah  memang milik-Nya. Tidak ada istilah Barat dan Timur. Yang ada hanya ketakwaan atau kekafiran. Yang diridhoi hanyalah Negara dan bangsa yang tunduk kepada Sang Khalik, Allah Azza wa Jalla.

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa mencintai karena Allah, membenci karena Allah, memberi karena Allah, dan menahan (tidak memberi) karena Allah, maka sungguh, telah sempurna imannya”.

Dalam Islam tidak ada kata, kebencian karena iri dan dengki. Dakwah dilakukan berdasarkan rasa kasih sayang antara sesama manusia, untuk mengingatkan betapa banyak nikmat yang diberikan Allah swt kepada manusia yang menjadikan kita ini mahluk terbaik, termulia dan terpandai hingga pantas diberi kesempatan menduduki jabatan khalifah di muka bumi ini. Namun sebagai konsekwensinya kita harus mempertanggung-jawabkan kenikmatan tersebut.  Wajar saja bukan?

Jadi tidak ada pemisahan antara kehidupan duniawi dengan kehidupan akhirat. Keduanya saling mengikat dan saling berhubungan. Kehidupan duniawi adalah ladang sementara akhirat adalah buahnya. Dengan kata lain, semua kegiatan kita di dunia ini adalah ibadah, demi mencari ridho-Nya. Tidak ada kata sekuler dalam kamus Islam.

Namun dalam kenyataannya, sebagian besar Negara di dunia ini adalah sekuler. Dalam keadaan seperti ini bagaimana mungkin kita bisa memohon keberkahan, kemakmuran dan kemajuan bagi bangsa ini? JIka saat ini kita melihat Negara-negara Barat yang notabene kafir itu maju,  ini hanya bagian dari sifat Rahman Sang Khalik yang memang diberikan-Nya kepada orang yang berilmu, yang mau mencari,  mempelajari dan menggali fenomena alam ciptaan-Nya. Namun bila rahasia besar yang menakjubkan itu telah terungkap mereka tetap kafir, maka balasan-Nya pasti ada. Bisa di dunia sedangkan di akhirat pasti.

Global warming atau pemanasan global adalah contoh yang paling nyata. Begitu banyak rahasia alam semesta terungkap, dengan izin-Nya. Orang-orang pandai bermuncullan dan ilmu berkembang pesat. Namun sanggupkah ilmu tersebut mencegah datangnya bahaya dan bencana alam?

Gempa bumi, tsunami, banjir badang, kekeringan, angin topan dan puting beliung bahkan perubahan iklim yang tidak menentu, yang kelihatannya sederhana padahal dampaknya bisa fatal.  Seperti yang saat ini terjadi di Perancis, bulan April yang ‘seharusnya’sudah mulai hangat namun nyatanya, udara dingin tetap menggigit. Ini bisa berakibat kepada kacaunya musim panen yang pasti akan mengganggu kehidupan kita.

Lembaga Islam di Perancis yang biasa mengurusi jadwal shalatpun ikut menjadi pusing 7 keliling. Karena tidak mampu lagi memperkirakan waktu shalat yang tepat kecuali hanya untuk 2 hari ke depan. Padahal biasanya mereka bisa memprediksi sebulan sebelumnya. Begitupun lembaga meteo yang biasa memberikan perkiraan cuaca kepada masyarakat.

Kerusakan tidak hanya kerusakan alam, kerusakan iman alias kekafiran adalah yang paling parah. Ironisnya, dampak tersebut tidak hanya menimpa orang-orang yang kafir saja namun juga orang-orang beriman.

“Dan peliharalah dirimu daripada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya”.(QS. Al-Anfal(8):25).

Tampaknya kita harus segera bersiap-siap menghadap hari-hari akhir alam semesta ini. Hari dimana kita harus mempertanggung-jawabkan perbuatan dan sepak terjang kita. Bukankah 14 abad silampun Rasulullah saw telah mengisyaratkan bahwa jarak hari Kiamat hanya tinggal 2 jari saja ? Jangan lupa, Al-Quran telah  memperingatkan bahwa perhitungan manusia di dunia ini tidaklah sama dengan perhitungan-Nya.

“Dan mereka meminta kepadamu agar azab itu disegerakan, padahal Allah sekali-kali tidak akan menyalahi janji-Nya. Sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun menurut perhitunganmu”.(QS.Al-Hajj(22):47).

“Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya (lamanya) adalah seribu tahun menurut perhitunganmu”.(QS.As-Sajdah(32):5).

“Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya limapuluh ribu tahun”. (QS.Al-Ma’rij(70):4).

Kembali kepada sikap keras Nicolas Zarkozy terhadap umat Islam di negeri yang dipimpinnya. Jejak pendapat untuk sementara memang menempatkan Zarkozy di tempat teratas, mengungguli Francois Holland, saingan terdekatnya. Ini tampaknya yang membuat sang presiden bertahan menjadi congkak dan besar kepala hingga tiba2 berani memperlihatkan keberpihakannya yang sangat kepada Yahudi, agama nenek moyangnya, tanpa rasa khawatir kehilangan suara umat Islam yang cukup signifikan.

Untuk itu Tariq Ramadhan dalam kongresnya beberapa hari lalu mengingatkan agar seluruh Muslim Perancis yang memiliki hak suara bersatu, menggunakan haknya dengan benar, memilih pemimpin yang mempunyai harapan dapat melindungi keimanan umat. Jangan golput karena hal ini dapat menguntungkan pihak yang tidak diharapkan dan merugikan diri sendiri.

Allah swt tidak pernah melanggar janji-Nya. Makar dan tipu daya hamba tidak mungkin menyaingi tipu daya Sang Pemilik.

“Orang-orang kafir itu membuat tipu daya, dan Allah membalas tipu daya mereka itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya”.(QS.Ali Imran(3):54).

Menjadi Muslim adalah pilihan, sementara warna kulit dan bangsa adalah ketetapan-Nya.  Bumi Allah itu luas. Maroko, Tunisia, Aljazair, Turki, Iran, Afganistan atau bangsa apapun, dimanapun ia berada, tetap bisa hidup aman dan tentram, berbaur dengan masyarakat dimana ia berada, selama ia tetap bisa menjaga ke-Islam-annya. Menjadi Muslim tidak berarti merubah warna kulit,  bangsa dan kewarga-negaraan.  Ketakwaanlah yang menjadi perekat ukhuwah Islamiyah.

Wallahu’alam bish shawwab.

Paris, 12 April 2012.

Vien AM.

Read Full Post »

Telekomunikasi, dari hari ke hari, makin canggih saja. Dewasa ini, di pelosok kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya dll  hampir semua orang bisa dibilang mempunyai apa yang disebut telpon genggam, telpon seluler atau HP ( Hand Phone). Alat telekomunikasi canggih yang beberapa tahun lalu masih dianggap barang mewah ini sekarang sudah menjadi hal yang biasa-biasa saja. Dari presiden hingga sopir, kenek bus, pembantu rumah tangga dan tukang sampah. Dari orang dewasa, kakek-nenek hingga anak SD, laki-laki maupun perempuan, semua punya HP, dengan berbagai merk, model dan tingkat kecanggihannya masing-masing.

Bukan lagi pemandangan yang aneh, ketika dalam kemacetan, kita tengok kiri kanan kita, semua memegang HP, termasuk yang sedang mengemudikan kendaraan ! Ada yang untuk keperluan dasar yaitu menelpon, ada yang sms-an atau bbm-an, namun ada juga yang main game. Bahkan pada acara kumpul-kumpul, katakanlah reunian teman lama, yang belakangan ini memang sedang marak,  HP seolah sudah menjadi bagian dari tubuh. Sambil mengobrol kesana kemari, tangan tetap lincah ‘ berzikir”, alias ber-sms ria atau ber-BB ria.

HP di zaman super canggih ini, memang tidak hanya berfungsi sebagai alat komunikasi. Tetapi juga sebagai alat pemotret, perekam suara, surfing di dunia maya, game, musik dan  film,  GPS alias penunjuk jalan, juga untuk membaca Al-Quran, bila kita mau.

Namun fenomena HP yang paling membuat saya  tertegun adalah ketika HP disambungkan dengan head phone, sementara HP itu sendiri diselipkan di saku pakaian hingga tidak terlihat dari luar ( HP wireless; bluetooth). Yang dengan demikian, seseorang yang sedang menelpon tidak tampak sedang menelpon. Sepintas mungkin seperti orang ‘miring’ karena ia tampak sedang bercakap-cakap  bahkan tersenyum-senyum atau tertawa-tawa, sendiri !

Syukurlah ketertegunan tersebut segera hilang. Yang muncul kemudian adalah perasaan takjub. Ingatan saya langsung berbalik kepada saat-saat ketika seseorang sedang shalat atau berdoa. Tentu saja bukan dalam hal tertawa-tawa atau tersenyum-senyumnya, melainkan ‘seolah’ berbicara sendirinya itu. Untuk kita, orang Indonesia, yang sebagian besar memang orang beriman mungkin hal ini tidak terpikirkan.  Apalagi yang hampir tidak pernah bersinggungan dengan orang  Barat.

Sebagian besar orang Barat dewasa ini adalah atheis alias tidak percaya akan adanya Tuhan. Bagi mereka Tuhan adalah absurb, mistik. Orang beragama dan mempercayai adanya Tuhan bagi mereka adalah kuno, ketinggalan zaman, terbelakang dan jauh dari kata modern. Bagi mereka orang modern adalah orang berakal, yang berpikiran kritis dan tidak mempercayai hal-hal ghaib, hal-hal yang tidak dapat dibuktikan keberadaanya dengan data-data empiris.

Kembali kepada orang yang sedang menelpon, dengan kedua tangan berada di dalam saku celana, head phone mini nyaris tak terlihat. Namun ia terlihat serius berbicara sendiri, sekali-kali berteriak, mengeluarkan salah satu tangannya dari saku lalu memukul kepalanya sendiri. Atau tiba-tiba tertawa keras. Orang gilakah ini?

Tidak ! Ia sedang berbicara dengan seseorang di ujung dunia sana. Tahunya? Ambil saja head phonenya  .. Ada suara orang kan? Iya sih .. tapi bagaimana bisa yakin ada seseorang di ujung kabel sana?? Bagaimana kalau itu hanya suara rekaman seperti answering machine , misalnya, yang tidak jarang bisa mengecoh seseorang. Itulah tehnologi telekomunikasi yang makin hari makin canggih saja.

Patut dicatat, perusahaan telpon pertama di dunia baru ada pada tahun 1875.  Adalah Alexander Bell yang umumnya dikenal sebagai penemu tehnologi telpon yang ketika itu berhak mendapatkan paten atas penemuan Antonio Meucci, sang penemu aslinya. Dua tahun setelah berdirinya perusahaan tersebut, baru 300 buah telpon yang dapat dihasilkan. Tahun berikutnya menjadi 10.000 telpon dihasilkan.

Sementara telepon tanpa kabel atau wireless, pertama kali digunakan pada tahun 1915, yaitu pada waktu Perang Dunia I berkecamuk. Itulah pertama kalinya komunikasi telpon lintas negara mulai terjalin. Selanjutnya tahun 1971 barulah perusahaan telekomunikasi mandiri untuk keperluan bisnis mendapat izin untuk dikembangkan. Maka berjuta-juta saluran teleponpun  mulai digunakan masyarakat luas.

Dua tahun kemudian yaitu, tahun 1973, ponsel alias telepon seluler alias telepon genggam atau hp ( Hand Phone)  pertama berhasil diciptakan, dengan berat 2 kg dan biaya US$1 juta atau 9 milyard rupiah !  Sedangkan telepon genggam ringan nan canggih yang mampu browsing internet dengan harga relative terjangkau baru lahir belakangan saja, yaitu tahun 2000-an.

Artinya, kemudahan fasilitas telekomunikasi yang sehari-hari kita nikmati saat ini sebenarnya adalah benar-benar hasil kerja keras dan percobaan berkali-kali sejumlah pakar teknologi yang menghabiskan waktu hingga puluhan tahun dengan biaya luar biasa besarnya. Suara yang dikeluarkan orang yang berbicara di depan mike telepon diubah menjadi sinyal listrik dan menjadi energi gelombang radio. Energi tersebut kemudian dikirim melalui jalur khusus tertentu di udara agar sampai ke tempat tujuan yang diminta, untuk kemudian diubah lagi menjadi suara yang dapat di dengar orang di seberang  sana.

« Demi langit yang mempunyai jalan-jalan, » (QS.Adz-Dzariyat(51) :7).

Bagi orang awam mungkin ayat di atas biasa-biasa saja, alias tidak istimewa. Tetapi bagi para ilmuwan, khususnya para peneliti teknologi komunikasi diatas pasti ayat diatas membuat mereka terpana. Karena ‘jalan-jalan di langit’ itu memang benar adanya, diantaranya yaitu tadi, jalur komunikasi telepon, jalur dimana gelombang suara yang begitu rumit itu berseliweran, tanpa khawatir saling bersinggungan, kecuali sekali-sekali saja. Padahal ayat di atas sudah ada sejak 14 abad yang silam ! Allahuakbar …

Tak dapat dipungkiri, alangkah besarnya jasa para penemu komunikasi telepon ini.  Berkat teknologi HP, kita dapat berkomunikasi dengan orang-orang yang kita cintai di ujung dunia manapun ia berada. Bahkan jika mau, kita dapat mengikuti dan mengetahui apa yang mereka sedang kerjakan dan lakukan, dari waktu ke waktu. Begitulah kira-kira Sang Khalik yang tidak pernah mengantuk dan tidur mengawasi hamba-hamba-Nya. Sungguh, bukan hal yang mustahil bagi-Nya !

Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa`at di sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar”.( QS. Al-Baqarah(2):255).

Jadi sebenarnya agak aneh juga bila di zaman modern ini sebagian besar orang Barat yang mengaku sebagai orang pandai dan maju masih juga tidak mempercayai adanya Tuhan. Padahal telah tercatat  betapa banyaknya ilmuwan Barat yang  takluk terhadap kebenaran Al-Quran dan kemudian memeluk Islam berkat temuan ilmiah yang mereka temukan, yang ternyata kemudian cocok dengan ayat-ayat Al-Quran. Albert Einstein, fisikawan terkemuka asal Jerman yang pada tahun 1905 memperkenalkan teori Relatifitas, adalah salah satu contohnya.

click:http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/12/03/09/m0lv5f-subhanallah-inilah-kemukjizatan-alquran-tentang-teori-relativitas.

Sementara dari Jepang, seorang dokter bernama Masaru Emoto, pada tahun 1992, menerima sebuah sertifikat bergengsi berkat pengobatan alternatifnya dengan air. Dalam tesisnya ia berhasil membuktikan bahwa air bersih ternyata bereaksi terhadap bacaan.  Bila bacaan tersebut bacaan yang positif maka akan terbentuk kristal hexagon yang sangat indah. Kristal ini mampu membuang racun dalam darah serta mampu meningkatkan effisiensi metabolisme cairan dalam tubuh. Sebaliknya bila dibacakan bacaan buruk/kasar  maka kristal akan menjadi berantakan, tanpa bentuk.

Saya juga pernah membaca berita bahwa ruangan yang di dalamnya selalu dibacakan bacaan positif, ruangan akan menjadi lebih hangat dan adem. Masjid adalah contoh yang paling nyata.

“ Dan apabila dibacakan Al Qur’an, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat. Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai”.(QS.Al-Araf(7):204-205).

Kembali kepada fenomena HP canggih di awal tulisan ini. Bila saat ini banyak orang terlihat cuek berteriak-teriak seolah sedang berbicara sendiri mengapa pula kita, umat Islam, harus malu ketika sedang shalat, berzikir atau berdoa dengan suara agak keras hingga terdengar oleh telinga sendiri, seolah berbicara sendiri, padahal kepada Allah kita sedang berbicara. Yang bahkan telah terbukti melalui berbagai penelitian mampu membuat kita dan aura di sekitar kita menjadi teduh, bila dilakukan dengan benar.

“Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al Qur’an yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. … “.(QS.Az-Zumar(39):23).

Jadi, komunikasi dengan Sang Pencipta, raja dari segala raja, melalui shalat, zikir dan doa, bukan sekedar keimanan belaka namun juga bagian dari teknologi canggih, teknologi milik-Nya.  Al ‘Alim, Yang Menguasai Segala Ilmu, yang sengaja dibuka-Nya bagi orang-orang yang mau mencari dan memikirkan  kehebatan dan kedasyatan jagad raya ciptaan-Nya ini. Allahuakbar …

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering) -nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; Sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan“.(QS.Al-Baqarah(2):164).

Sudah tiba waktunya umat Islam ini harus percaya diri, diantaranya dengan membaca Al-Quranul Karim, dimanapun berada, di dalam kendaraan pribadi, kendaraan umum, ruang tunggu, atau di tempat umum manapun, sebagaimana orang Barat membaca buku apapun, dimanapun.

Wallahu’alam bish shawwab.

Paris, 5 April 2012.

Vien AM.

Read Full Post »