“ Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”.(QS.Al-Insyirah(94):5-6).
Sebagian besar diantara kita pasti hafal betul ke dua potongan ayat surat Al-Insyirah diatas, yang juga sering disebut surat Alam Nasyrah karena bunyi awal surat tersebut memang demikian. Meski mungkin dalam penerapan kesehariannya tidak semua orang memahami dan menguasai ayat pamungkas mengatasi kesulitan tersebut.
Kesulitan dalam hidup adalah hal biasa. Bahkan hidup tanpa sedikitpun kesulitan rasanya tidak akan menarik. Karena justru dengan adanya kesulitan atau masalah maka kemudahan akan lebih terasa nikmatnya. Inilah tantangan hidup.
Setiap orang pasti pernah mengalami masalah yang kurang menyenangkan dalam hidupnya. Ntah itu sakit, kecewa, sakit hati atau berbagai kegagalan dalam hal apapun. Kegagalan dalam mengikuti pelajaran sekolah, dalam berkarier atau dalam cinta dan berumah-tangga, misalnya. Walaupun mungkin berbeda tingkat kesulitannya, bagaimana cara memandang dan menghadapinya.
Dan yang terpenting, sebenarnya bangkit atau keluar dari kesulitan itu sendiri merupakan hikmah yang mustinya dapat menambah kwalitas hidup seseorang. Asam garam kehidupan , begitu kira-kira. Inilah seninya hidup, kesulitan dan kemudahan yang silih berganti membentuk roda kehidupan. C’est la vie, kata orang Perancis, yang artinya : Itulah hidup!
Hingga suatu saat Sang Khalik memintanya kembali, tentu saja.
Saya jadi teringat “ The Truman Show”, film tahun 1998 yang dibintangi actor komedi Jim Carrey itu. Jujur, sebenarnya saya bukan penggemar Jim Carrey, aktor favorit anak saya yang jago mempermainkan mimik muka itu , dan bukan juga penggemar film, jenis apapun. Namun film yang satu ini sungguh menarik untuk dicermati.
Film ini bercerita tentang ambisi seorang produser televisi yang ingin menaikkan rating acara televisinya. Truman, tokoh utama film ini, yang bertugas menarik perhatian sebanyak mungkin penonton. Ia sengaja “dipersiapkan” sejak bayi agar melakukan tugas tersebut, tanpa disadarinya. Tujuannya supaya film terlihat “hidup”, jadi bukan sekedar acting, seperti layaknya sebuah film.
Sebelum itu sang sutradara telah mempersiapkan “dunia” buatan bagi tokohnya itu. Dunia tersebut terbuat dari bola super raksasa dimana didalamnya ia merekayasa sebuah kota lengkap dengan orang tua “ buatan”, teman-teman dan orang –orang yang bakal menjadi pelengkap lingkup hidupnya.
Disanalah kehidupan Truman dipotret dan diikuti oleh penggemarnya, dari seluruh penjuru dunia. Ratusan alat perekam dipasang di seluruh perabot rumah Truman dan seluruh jalanan yang bakal dilewati Truman.
Hingga suatu waktu, ketika Truman telah dewasa, ia berkeinginan ke luar dari kota yang dirasa mulai membosankan dan mengungkungnya. Disinilah masalah mulai timbul. Puncaknya adalah ketika sang sutradara yang mengganggap dirinya Tuhan bagi mahluk rekayasanya itu mulai panik. Karena akhirnya Truman mendapati bahwa dunianya adalah hanya sebuah balon raksasa buatan. Dan ia memutuskan untuk keluar, baik dari dunia palsunya maupun cengkeraman rekayasa sang Tuhan palsu.
“ Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu” .(QS.Al-Hadid(57):20).
Ya, itulah kehidupan kita, persis Truman dalam shownya. Bedanya, karena Tuhan dalam show tersebut hanyalah tuhan palsu, maka ia tidak dapat mencegah keinginan aktornya untuk keluar dari kendalinya. Sebaliknya dalam kehidupan nyata, dimana Tuhan adalah Allah Azza wa Jalla, mustahil kita minta berhenti alias pensiun atau keluar dari panggung buatan-Nya itu. Bunuh diri mungkin satu-satunya jalan. Itupun bila Sang Khalik tidak mengizinkan, mustahil akan berhasil .. L. Sialnya, kalaupun berhasil, hukuman maha berat telah menantinya di alam akhirat nanti. Na’udzubillah min dzalik ..
« Dia-lah yang menciptakan kamu dari tanah kemudian dari setetes air mani, sesudah itu dari segumpal darah, kemudian dilahirkannya kamu sebagai seorang anak, kemudian (kamu dibiarkan hidup) supaya kamu sampai kepada masa (dewasa), kemudian (dibiarkan kamu hidup lagi) sampai tua, di antara kamu ada yang diwafatkan sebelum itu. (Kami perbuat demikian) supaya kamu sampai kepada ajal yang ditentukan dan supaya kamu memahami (nya) ».(QS. Al-Mukminun(40):67).
Jadi memang tidak ada jalan lain. Kita harus menjalani peran yang telah ditetapkan-Nya, senang atau tidak senang, sulit atau mudah, terpaksa maupun tidak terpaksa. Sang Khalik menuntut para aktor dan aktris-Nya itu agar berusaha sekuat tenaga menjalani peran tersebut, dengan tetap berpegang teguh pada aturan-Nya, bila ingin berhasil, sukses di panggung ( dunia) maupun di « kehidupan nyata » (akhirat) .
Apakah aturan tersebut ? Bagi aktor dan aktris yang hidup setelah turunnya ayat-ayat suci kepada Rasulullah Muhammad saw hingga akhir zaman nanti, itulah kitab suci Al-Quran. Sedangkan bagi mereka yang hidup sebelum itu, Allah swt telah menurunkan beberapa kitab melalui para Rasul-Nya. Dengan catatan, sebelum ayat-ayat tersebut diselewengkan.
Dan yang tak kalah pentingnya, kita harus yakin bahwa tidak mungkin Allah swt memberikan beban dan cobaan diluar kemampuan hamba-Nya.
“ Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. … …”.(QS.Al-Baqarah(2):286).
Sekedar sharing. Belakangan ini, hanya dalam waktu 2 bulan saya mengalami cobaan beruntun. Diawali dengan sakit di kepala, mual dan akhirnya hampir kehilangan kesadaran, ketika di dalam pesawat terbang, sendirian pula, kemudian terpaksa di rawat di RS dengan keluhan yang sama. Disusul dengan kejadian yang sama pula, ketika terbang kembali menemui suami tercinta di rantau.
Dua minggu kemudian, pulang berlibur bersama anak dan suami, ke 4 roda mobil kami raib dilucuti maling ! Ironisnya, hal ini terjadi di garasi apartemen kami sendiri yang kebetulan memang rusak pintunya, hingga orang bebas keluar masuk, siang malam. Suami saya mengetahui hal tersebut ketika pukul 4 pagi menuju garasi hendak berangkat ke masjid untuk Subuh berjamaah. Kami tidak habis berpikir, bagaimana nasib suami kalau pada pagi buta tersebut, maling masih berada di garasi, berkutat melepas ban-ban tersebut dan kemudian mengganjal mobil dengan 2 ban butut, yang pastinya butuh waktu yang tidak sedikit . Allahuakbar .. Terima-kasih Ya Allah ..
Belum lepas dari keterkejutan ternyata Paris sama dengan kota –kota besar dunia lainnya, dalam hal keganasannya, kembali kami harus terhenyak. Di suatu pagi, kali ini sekitar pukul 10 pagi, pintu apartemen kami tiba-tiba dibuka orang dengan kunci, dari luar. Namun kali ini saya hanya terpaksa dapat mengelus dada. Karena orang yang membuka pintu tersebut adalah petugas penyemprot insektisida. Ia dapat masuk karena penjaga apartemen meminjamkan kunci apartemen, yang memang resmi haknya.
Yah begitulah, nasib tinggal di apartemen yang dibayar oleh perusahaan dimana suami bekerja. Judulnya, kan hanya numpang .. Meski sebenarnya bukan numpang juga. Ini adalah hubungan timbal balik; anda bekerja kami membayar .. Namun begitulah kenyataaannya …
Nah, kalau begitu apalagi kita hidup di dunia ini .. Kita ini sebenarnya benar-benar hanya numpang di bumi, milik Allah. Yang bukan saja tanpa dipungut bayaran alias gratis, tapi juga diberi segala fasilitas memuaskan seperti udara, air, matahari, tanaman, buah-buahan dan berbagai kebutuhan pokok lainnya. Subhanallah ..
« Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya. Ia memancarkan daripadanya mata airnya dan (menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya. Dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan teguh, (semua itu) untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu ».(QS.An-Naziat(79) :30-33).
Lalu apa pula hikmah sakit yang saya alami beberapa hari itu? Salah satunya, adalah kesendirian .. Doa yang saya panjatkan secara serius waktu itu adalah agar saya tidak dipanggil-Nya di tempat asing tanpa seorangpun yang saya sayangi dan menyayangi saya. Jujur, pengalaman tersebut benar-benar pengalaman yang sungguh menakutkan.
Sementara beberapa malam di rawat dan tidur di RS memberikan beberapa hikmah lain. Meski sempat ditemani anak perempuan yang pasti amat menyayangi ibunya, tetap saja ketika malam terbangun karena merasakan sakit, saya musti menghadapinya sendiri.
Jangankan ketika sakit. Bahkan ketika kita dalam mimpipun, kebetulan saya adalah orang yang hampir tiap malam “ hobby” mimpi, sangat terasa bahwa kita itu sendirian dalam menghadapi hidup. Karena meski suami berada pada satu ranjang, dan sudah berpesan berkali-kali untuk membangunkannya jika saya bermimpi menakutkan, tetap saja ia tidak dapat “masuk” dalam dunia mimpi buruk tersebut
Hikmah lain adalah betapa hebat dan makin canggihnya ilmu pengetahuan dari waktu ke waktu. Para dokter dengan bantuan teknologi terbarunya dapat mendeteksi dan mengetahui berbagai penyakit. Anehnya, berbagai pengobatan yang mereka usahakan secara maksimal itu tetap tidak dapat menjadi jaminan bahwa pasien bakal sembuh 100 persen !
Saya yakin, hal ini pasti membuat para dokter yang benar-benar pintar tersebut menjadi makin “ melek” dan makin terkagum-kagum dengan ciptaan Sang Khalik yang satu ini; manusia dengan berbagai kerumitan sistim kerja tubuhnya.
Terakhir, adalah apa yang dialami anak gadis kami. Ia bercerita bahwa bahwa pada detik-detik terakhir penerbangannya, dari Paris ke Jakarta, pesawat hampir mengalami kecelakaan. Pesawat yang nyaris mengeluarkan roda dan mendaratkannya di rerumputan tersebut tiba-tiba terbang lagi dan berputar-putar rendah di atas laut, membuat panik seluruh penumpangnya.
“ Katakanlah: “Siapakah yang dapat menyelamatkan kamu dari bencana di darat dan di laut, yang kamu berdo`a kepada-Nya dengan berendah diri dan dengan suara yang lembut (dengan mengatakan): “Sesungguhnya jika Dia menyelamatkan kami dari (bencana) ini, tentulah kami menjadi orang-orang yang bersyukur.”(QS.Al-An’am(6):63).
Demikianlah Allah menciptakan kesulitan. Karena dibalik kesulitan pasti ada kemudahan. Pasti ada hikmah dibalik segala peristiwa. Kita harus mencarinya bila tidak menemukan hikmah tersebut. Dan hanya dengan sabar, shalat serta tawakal sajalah maka Allah swt akan menolong kita.
“ Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu`, (yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya”.(QS.Al-Baqarah(2):45).
Dalam sebuah hadist dikatakan,
“Jagalah Allah maka engkau akan mendapatkan-Nya dihadapanmu, kenalilah Allah di kala senang maka Dia akan mengenalmu di kala susah. Ketahuilah sesungguhnya apa yang tidak menimpamu maka dia tidak akan menimpamu dan apa yang akan menimpamu pasti dia akan menimpamu (tidak akan meleset). Dan ketahuilah bahwa kemenangan bersama kesabaran, kelapangan bersama kesempitan dan setelah kesulitan pasti ada kemudahan.”
Wallahu’alam bish shawwab.
Maha Benar Allah dengan segala firman-Nya.
Paris, 17 Juli 2012.
Vien AM.
bener adanyaa…