Kompleks makam para firaun periode Kerajaan Baru ( the New Kingdom) di Wadi Al-Mulk ( Valley of the King atau Lembah para raja) yang dibangun sejak abad 16 SM hingga 11 SM jauh lebih baru dibanding makam fir’aun berbentuk piramid di Mesir. Piramid yang jumlahnya 135 ( yang sudah ditemukan ) dan tersebar di negri berjulukan 1000 menara ini dibangun pada abad 20 SM, antara tahun 2575 SM – 2150 SM pada periode Kerajaan Lama ( the Old Kingdom) yang terdiri dari dinasti 4, 5 dan 6. Yang paling terkenal adalah kompleks makam piramid Giza Necropolis di Kairo.
Expedisi pencarian dan penggalian makam para fir’aun sebenarnya telah terjadi sejak lama. Tercatat, pada tahun 1799 anggota expedisi Napoleon Bonaparte, kaisar Perancis kala itu, pernah membuat peta makam firaun di Wadi Al-Mulk. Jadi terungkapnya makam keluarga besar para raja dari New Kingdom ini sebenarnya berlangsung selama bertahun-tahun dan secara bertahap pula. Namun temuan Howard pada tahun 1922 atas makam raja yang di kemudian hari diidentifikasikan sebagai firaun Tutankhamon adalah yang terbesar dan terheboh. Dengan adanya temuan spektakuler ini ditutup sudah penggalian kompleks makam di Wadi Al-Mulk. Makam ini dianggap sebagai makam terakhir di lembah tersebut.
Temuan inilah yang kami saksikan pamerannya sambil ngabuburit minggu lalu. Pameran yang diberi judul “Tutankhamon ; makam dan harta peninggalannya “ ini kabarnya memakan waktu 5 tahun untuk persiapannya saja. Pertunjukkan diawali dengan sajian film dokumenter tentang sejarah singkat Mesir era para firaun. Dilanjutkan lagi dengan film, juga dokumenter, tentang proses penemuan dan penggalian pemakaman. Juga film tentang riwayat singkat penemunya, Howard Carter, yang pada usia 17 tahun telah bergabung dengan tim expedisi penggalian makam para firaun.
Selanjutnya adalah pameran harta peninggalan itu sendiri. Meski sebagian besar temuan yang kami saksikan di pameran tersebut hanya duplikatnya saja tetap saja mampu membuat para penonton berdecak kagum. Duplikat tersebut dibuat sedemikian rupa menyerupai aslinya, baik bentuk, ukuran maupun detailnya. Bahkan bahan dan metodenyapun diusahakan sedapat mungkin mirip dengan aslinya.
Demikian pula nasib mummi sang firaun itu sendiri. Mummi ini baru berhasil dibuat duplikatnya setelah mengalami penelitian 2 tahun lamanya. Sementara topeng muka Tuthankamon yang asli baru pada tahun 2005 diputuskan untuk tidak lagi dibawa berkeliling dunia untuk dipamerkan. Pihak pemerintah Mesir memutuskan hal ini, demi mencegah makin rusaknya barang berharga tersebut.
Duplikat inilah yang kemudian dipamerkan di berbagai expo di sejumlah kota-kota besar dunia. Amerika Serikat, Rusia, Jepang, Kanada dan Jerman adalah diantaranya. Tercatat expo pada tahun 1972 di British Museum, London adalah penyelenggaraan tersukses temuan Howard tersebut.
Akan halnya expo Paris, kami disuguh
i sebanyak 1000 macam peninggalan berharga Tutankhamon. Mulai peti raksasa pertama hingga peti ketiga dimana tersimpan mummi sang firaun, peti tempat penyimpanan organ dalam, tempat penyimpanan mummi 4 janin anak2 Tutankhamon, kursi kerajaan, kereta kuda hingga pernak-pernik perhiasan semua berada di tempat tersebut. Sebagian besar harta tersebut berlapiskan emas dan bertahtakan batu- batu mulia warna-warni yang sungguh cantik.
Termasuk juga yang paling menarik perhatian yaitu topeng dan peti mumi sang raja belia, Tutankhamon yang pada usia 8 atau 9 tahun telah diangkat menjadi raja dan pada usia 18 tahun telah meninggal dunia.
Ini yang sebenarnya membuat temuan tersebut menjadi buah bibir di seluruh penjuru dunia. Sang raja yang telah dibalsem dan dijadikan mumi itu ditemukan terkubur bersama 5000 macam barang tetek bengek, yang kesemuanya nyaris terbuat dari emas murni. Mumi itu sendiri ditemukan tersimpan rapi di dalam peti emas berukir berukuran 187 cm x 51 cm x 51 cm dengan berat 110.5 kg ! Peti ini terletak di di dalam peti ke 3 yang kesemuanya adalah emas murni. Sementara hartanya tersimpan didalam 2 ruang lain di sisi kiri dan kanan ruang “tidurnya”. Saat ini, seluruh temuan tersebut disimpan dan dipamerkan di Museum Kairo, Mesir. Legenda mengatakan bahwa sebagian harta tersebut adalah harta yang bakal diperlukan sang penguasa di dunia selanjutnya, setelah ia dibangunkan lagi. Itulah alam akhirat, nanti …
Merinding bulu kuduk ini, mengingat bagaimana nantinya nasib orang yang menyimpan harta, emas dan peraknya .. apalagi bila tanpa di zakatkan. Kalau saja firaun ini mengetahui ayat dan hadis dibawah ini, akankah ia tetap mengubur harta karunnya bersama dirinya seperti itu ?? Hiii … L
“ … … Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih”,(QS.At-taubah(9):34).
Rasulullah bersabda : “ Tidaklah pemilik emas dan pemilik perak yang tidak menunaikan haknya (perak) darinya (yaitu zakat), kecuali jika telah terjadi hari kiamat (perak) dijadikan lempengan-lempengan di neraka, kemudian dipanaskan di dalam neraka Jahannam, lalu dibakarlah dahinya, lambungnya dan punggungnya. Tiap-tiap lempengan itu dingin, dikembalikan (dipanaskan di dalam Jahannam) untuk (menyiksa)nya. (Itu dilakukan pada hari kiamat), yang satu hari ukurannya 50 ribu tahun, sehingga diputuskan (hukuman) diantara seluruh hamba. Kemudian dia akan melihat (atau: akan diperlihatkan) jalannya, kemungkinan menuju surga, dan kemungkinan menuju neraka.”
Nama Tutankhamon sendiri sebagai firaun sebenarnya sama sekali tidak dikenal kecuali setelah penemuan spektakuler tersebut. Untuk saya pribadi, yang lebih menarik dari firaun muda ini adalah kenyataan bahwa Tutankhamon yang memerintah Mesir pada 1337 SM hingga 1327 SM itu adalah putra dari Akhenaton. Akhenaton atau Amenhotep IV adalah firaun yang dianggap oleh sejumlah cendekiawan Muslim Mesir sebagai Dzuqarnaen, raja adil yang tersebut dalam Al-Qur’an, pada surat Al-Kahfi ayat 83 hingga 101.
“Mereka akan bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Dzulqarnain. Katakanlah: “Aku akan bacakan kepadamu cerita tentangnya“.(QS.Al-Kahfi(18):83).
Akhenaton memang secara umum dikenal sebagai satu-satunya penguasa negri para firaun yang menyembah Tuhan yang satu, yaitu Aton. Padahal semua firaun menyembah banyak tuhan bahkan sebagian mengganggap dirinya sendiri Tuhan, sebagaimana juga Tutankhamon. Demi menegakkan keyakinannya ini pulalah Akhenaton yang mulanya memiliki julukan Amenhotep IV mengganti gelarnya dengan Akhenaton yang artinya hamba Aton dan memindahkan ibu kota lamanya yang penuh berbagai patung dan sesembahan ke Amarna, sebelah selatan ibu kota lama, Thebes.
Ironisnya, begitu firaun yang dianggap kontroversial karena pendiriannya itu wafat, kota Amarna dihancurkan oleh putra mahkotanya sendiri, yaitu Tutankhamon. Sang firaun yang masih belia ini mengembalikan penyembahan kepada sesembahan lama, yaitu para dewa-dewi, Amon yang terbesar. Bahkan malah menganggap dirinya sebagai penjelmaan dewa itu sendiri.
Yang juga dijadikan alasan sebagian cendekiawan Muslim yang menduga bahwa Akhenaton adalah Zulkarnaen adalah kenyataan sejarah tentang fakta tidak adanya makam Akhenaton. Yang ‘ mustinya’ berada di Walid Al-Mulk, seperti lazimnya firaun2 lainnya yang pada umumnya dimakamkan di lembah tersebut.
Dengan demikian ini cocok dengan ayat 83 hingga 96 surat Al-Kahfi, yang menyatakan kepergian hamba Allah yang shaleh tersebut ke suatu negri jauh diujung sana ( di timur, tempat matahari terbit) dimana ia tidak dapat memahami bahasanya. Negri dimana Zulkarnaen membangun tembok besi agar penduduknya terlindung dari kezaliman Ya’juj dan Ma’juj.
“Hingga apabila dia telah sampai ke tempat terbit matahari (sebelah Timur) dia mendapati matahari itu menyinari segolongan umat yang Kami tidak menjadikan bagi mereka sesuatu yang melindunginya dari (cahaya) matahari itu”,(QS.Al-Kahfi(18):90).
( bila berminat dengan analisa tentang Zulkarnaen ini silahkan baca « Munculnya Ya’juj dan Ma’juj di Asia “ oleh Syaikh Hamdi bin Hamzah Abu Zaid).
( Bersambung)
Leave a Reply