Tak terasa waktu begitu cepat berlalu. Tahun ini adalah tahun ke 4 kami berada di Perancis. Selesai sudah akhirnya masa tugas suami. Begitu banyak pengalaman, suka dan duka yang kami alami selama kami berada di negri ini, baik sebagai Muslim minoritas maupun sebagai warga Indonesia di perantauan.
Disamping menjelajahi kota-kota cantik di Perancis kami juga memanfaatkan waktu kami untuk bepergian mengunjungi kota-kota lain di Negara tetangga. Inilah salah satu nikmatnya hidup di Eropa. Kita dapat melancong ke Negara-negara tetangga ( Eropa Barat) tanpa harus mengeluarkan ongkos terlalu banyak. Perjalanan dapat dilakukan melalui darat, tanpa visa dan tidak perlu menukar uang.
Spanyol, Inggris, Belanda, Jerman, Switzerland dan Italia yang merupakan tetangga terdekat maupun Irlandia, Austria, Yunani, Turki bahkan Rusia yang lumayan jauh dari Perancispun, atas izin-Nya, sudah kami tandangi, Alhamdulillah …
« Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya … … ».(QS. Al-Mulk(67) :15).
« Dan Allah menjadikan bumi untukmu sebagai hamparan, supaya kamu menjalani jalan-jalan yang luas di bumi itu“.(QS.Nuh(71) :19-20).
Bahkan sebagian rumah-Nya sempat pula kami sambangi. Disanalah kami bersua saudara-saudari seiman dari berbagai bangsa, berbincang dan saling mengucapkan salam. Dari sana pula kami dapat mendengar sendiri bagaimana suka dan dukanya Muslim yang hidup sebagai minoritas di tengah kaum yang mayoritas Ahli Kitab ataupun Ateis.
Dan ternyata Muslim Perancis lebih beruntung daripada saudara mereka Muslim di Yunani. Karena di Yunani pemerintah sama sekali tidak mengizinkan pembangunan masjid. Demikian juga pemotongan daging halal. Meski kalau dibanding Muslim di Belanda atau Jerman, Muslim Perancis tetap kalah. Di kedua negara tersebut murid-murid SMP dan SMA dapat mengenakan jilbab ke sekolah tanpa kesulitan.
Terima-kasih Ya Allah ya robbi, telah Kau berikan kami kesempatan untuk bertemu dengan saudara-saudari kami seiman di Eropa ini. Sungguh banyak pelajaran yang Kau berikan pada kami melalui mereka. Semoga Kau beri pula kami kemampuan untuk memetik hikmah segala kejadian yang kami alami di benua ini.
Dari Abu Hurairah Ra berkata: “Rasulullah SAW bersabda: “Seorang muslim adalah saudara sesama muslim, tidak boleh menganiaya sesamanya, tidak boleh membiarkannya teraniaya dan tidak boleh merendahkannya. Taqwa (kepatuhan kepada Allah) itu letaknya disini….” Dan beliau mengisyaratkan ke dadanya. Perkataan ini diulanginya sampai tiga kali. ”Cukup besar kesalahan seseorang, apabila dia menghinakan (merendahkan) saudaranya sesama muslim. Setiap muslim terhadap sesama muslim, terlarang menumpahkan darahnya (membunuh atau melukai), merampas hartanya dan merusak kehormatannya (nama baiknya).”
Namun saat ini yang paling berkesan bagi saya pribadi adalah saat ‘packing’, alias bebenah .. Betapa tidak, setelah nyaris 4 tahun berada di 2 kota di Perancis ini yaitu Pau, di Perancis Selatan perbatasan Spanyol dan Paris, ibu kota Negara, diberi-Nya kami kesempatan untuk ‘menguasai’ sejumlah harta benda-Nya. Hingga tiba saatnya kami harus menyortir, mana barang yang masih bisa dan bakal terpakai di tanah air nanti, mana yang lebih terpakai orang-orang disini. Baju dingin, sepatu boot dan selimut tebal adalah contohnya.
Ternyata, ‘jatah’ angkutan yang diberikan perusahaan kepada pegawainya, termasuk kami ini, ada hikmahnya. Karena dengan demikian kita harus berhati-hati memilah barang titipan tersebut. Bila tidak maka kita harus siap membayar kelebihan ‘jatah’tersebut dengan harga yang tidak murah.
Disamping itu, perlu juga diperhitungkan apakah tempat tinggal tujuan kami nanti bakal bisa memuat barang-barang pindahan tersebut. Selain itu masih ada sortir lain, yaitu barang yang mau dibawa sendiri dan yang menyusul. Karena angkutan kapal laut bisa makan waktu 2 bulan.
Kesimpulannya, sortir atau memilah-milah barang ternyata adalah hal yang paling berat. Meski sebenarnya kepulangan tersebut sudah kami perkirakan 6 bulan sebelumnya. Tiba-tiba saja hal ini mengingatkan saya akan “panggilan pulang” oleh-Nya.
Panggilan ini tidak ada peringatannya. Sewaktu-waktu Yang Maha Kuasa bisa saja memanggilkan kita. Paling sakit keras dan ketuaan yang kadang bisa menjadi tanda-tandanya. Namun itupun tidak menjadi jaminan dan kepastian.
Dapat dibayangkan bagaimana repotnya menghadapi hal ini. Bagi orang yang tidak percaya akan adanya kehidupan akhirat mungkin tidak begitu masalah. Neraka, pasti adalah tempatnya. Namun bagi kita, orang beragama, yang yakin akan hal tersebut tentu lain ceritanya.
Kita tahu bahwa kehidupan akhirat hanya dua, yaitu surga dan neraka. Kesanalah tempat kita kembali. Sementara tiket kepulangan tersebut hanya amal ibadah kita. Lalu bagaimana dengan harta benda kita yang menumpuk tersebut ?? Kita pulang tanpa pemberitahuan terlebih dahulu. Berarti kita tidak punya waktu untuk menyortir barang-barang yang kita miliki, yang dapat dianggap sebagai amal ibadah. Padahal kita tentu tidak ingin dijebloskan ke neraka, bukan ?
Allah swt tidak melarang hamba-Nya untuk menjadi kaya dan ‘menguasai’ serta merasakan sebagian kecil kekayaan yang merupakan titipan-Nya itu. Namun karena Ia telah menetapkan bahwa tiket ke surga hanyalah amal ibadah, maka tidak ada jalan lain, harta kekayaan tersebut harus bisa ‘berubah’menjadi amal yang dimaksudkan-Nya. Kesimpulannya, alangkah beruntungnya orang yang mendapat kesempatan memiliki kekayaan melimpah, selama ia dapat memanfaatkan kekayaan tersebut.
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (keni`matan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”.(QS. Al-Qashosh(28):77).
Sebaliknya, demi mengantisipasi ‘panggilan mendadak’ dari Yang Maha Memiliki, alangkah baiknya bila secara rutin kita senantiasa menyortir harta kekayaan tersebut. Jangan hanya puas dengan zakat yang 2.5 % saja. Jangan biarkan diri kita jalan tertatih-tatih membopong harta benda kita dan mengantri di pintu gerbang surga menjalani pemeriksaan panjang tak berkesudahan sementara harumnya surga sudah begitu dekat. Jangan sampai harta yang pada awalnya adalah kenikmatan akhirnya malah menjadi petaka. Na’udzubullah min dzalik …L …
Akhir kata, jangan sampai kita menyesali nikmat hidup ini, yang pada hakekatnya teramat sangat pendek dan singkat. Perumpamaannya hanya satu sore atau pagi di antara tahun-tahun yang panjang.
“Pada hari mereka melihat hari berbangkit itu, mereka merasa seakan-akan tidak tinggal (di dunia) melainkan (sebentar saja) di waktu sore atau pagi hari”. (Qs. An-Naziat(79):46).
Wallahu’alam bish shawwab.
Paris, 10 Desember 2012.
Vien AM.
terima kasih pencerahannya mengenai penggunaan harta di dunia.. sangat menginspirasi