Rekomendasi mendagri tentang diperbolehkannya tidak mengisi kolom KTP menuai reaksi pro dan kontra. Meski sebenarnya ini bukan hal baru. Karena pada Desember 2013 lalu, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, yang kala itu masih menjabat wakil gubernur DKI menilai pencantuman agama dalam KTP tidak terlalu penting dan tak memiliki manfaat bagi orang lain.
Selanjutnya pada bulan Juni 2014, direktur Megawati Institute, Siti Musdah Mulia, memunculkan wacana penghapusan kolom agama pada KTP dalam sebuah diskusi publik. Tokoh Sepilis ( Sekulerisme Pluralisme Liberalisme) dari PDIP ini memang dikenal nyleneh karena jauh sebelum itu, yaitu pada tahun 2008, pernah menulis di sebuah harian berbahasa Inggris bahwa Islam mengakui homoseksualitas !
Ini masih disusul lagi gugatan 5 mahasiswa fakultas Hukum UI mengenai keabsahan UU Perkawinan ke Mahkamah Konstitusi (MK). Mereka berpendapat bahwa pasal 2 ayat 1 UU No 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan yang isinya melarang perkawinan beda agama ini berpotensi merugikan hak konstitusional mereka.
Namun demikian pernyataan resmi yang keluar dari mulut Cahyo Kumolo sebagai mendagri beberapa hari lalu tetap saja mengejutkan banyak orang, terutama ormas Islam tentu saja. Mendagri beralasan hal ini untuk mengakomodir warga yang tidak termasuk ke dalam 6 agama resmi yang selama ini diakui pemerintah, yaitu Islam, Katolik, Protestan, Hindu, Budha dan Konghuchu. Selain juga untuk memenuhi keinginan sebagian pengikut aliran kepercayaan yang ada di negri ini.
Bagi umat Islam yang merupakan mayoritas penduduk negri ini, keberadaan kolom agama jelas amat sangat penting. Ini adalah identitas diri. Islam bukan sekedar pengakuan di hati, ia harus di deklarasikan. Itu sebabnya ada kalimat syahadat, dan ini harus diikuti pengamalannya. Islam sarat dengan ibadah ritual yang memiliki dasar hukum yang kuat. Dimulai dari kelahiran, menikah hingga meninggal dunia, ada syarat-syarat dan hukum-hukum yang harus dipenuhi.
Intinya, kolom agama dalam KTP seorang Muslim mustahil dihilangkan, karena hal ini akan menghilangkan hak-haknya sebagai Muslim. Sebagai contoh, bagaimana seorang Muslim akan dimakamkan bila tiba-tiba ia tewas dalam kecelakaan tanpa seorangpun mengenalnya, sementara kolom agama di KTP nya kosong. Juga ketika menikah, Islam melarang pemeluknya menikah dengan yang tidak seagama. Jadi pernyataan Ahok bahwa kolom agama tidak penting dan tidak ada manfaatnya jelas ngawur !
Sebaliknya pengosongan kolom agama yang katanya ditujukan bagi mereka yang beragama di luar yang diakui pemerintah, terdengar janggal. Bagaimana mungkin pemerintah sudah menetapkan agama yang resmi diakui, tetapi tetap diizinkan mengosongkannya. Apakah ini namanya bukan melanggar hukum ? Atau mungkin ini pertanda bahwa pemerintah bakal mengizinkan lahirnya agama baru ??? Padahal dengan adanya 6 agama ini saja pemerintah seringkali tidak mampu mengatasi masalah yang berkaitan dengan agama.
Syiah dan Ahmadiyah yang mengaku bagian dari Islam padahal terbukti sesat, juga JIL ( jaringan Islam Liberal) yang sering melontarkan pandangan nyleneh adalah contohya. Sayangnya pemerintahan saat ini justru terlihat memiliki kedekatan dengan Syiah. Presiden Iran, negri seribu mullah yang merupakan simbol Syiah, Hassan Rouhani dikabarkan sebenarnya ingin hadir pada acara pelantikan presiden yang baru lalu. Perlu dicatat, hampir semua Syiah di negri ini memilih Jokowi – JK karena PDIP sebagai partai pendukung pasangan tersebut memang dipenuhi sosok Syiah.
Belum lagi fenomena pemurtadan yang makin hari makin kasar dan kasat mata, seperti yang terjadi pada Car Free Day di kawasan Semanggi Jakarta baru-baru ini. Padahal pemerintah telah membuat aturan yang jelas tentang hal ini. Ini masih ditambah lagi dengan perseteruan antara Ahok dan FPI yang makin hari makin parah, dan berbuntut pengajuan permohonan dari Ahok agar ormas Islam ini dibubarkan.
Pengosongan kolom agama juga ditengarai berpotensi ke arah pemurtadan. Bahkan bisa ke arah Atheisme. Sesuatu yang sangat bertentangan dengan budaya kita, juga Pancasila, khususnya sila pertama tentang Ketuhanan. Tampak jelas bahwa budaya Liberal Barat sudah sedemikian merasuknya ke dalam dada sebagian orang Indonesia. Adakah ini sebuah pertanda bahwa sebentar lagi pemerintah juga bakal merestui perkawinan sesama jenis disusul perkawinan dengan beda spesies ??? Naudzubillah min dzalik …
http://panjimas.com/news/2014/09/21/nikah-sejenis-nikah-beda-agama-selanjutnya-nikah-beda-spesies/
Tampaknya Muslim di Indonesia saat ini bakal menghadapi tantangan berat dalam mempertahankan keislamannya. Pemerintah terlihat bernafsu ingin meng-“internasionalisasi”kan Indonesia dengan mengabaikan sejarah dan latar belakang bangsa serta keberagamaan rakyatnya. Ironisnya hal ini didukung oleh sebagian umat Islam, yang mungkin sudah jenuh dan bosan dengan nasib bangsa yang tidak kunjung maju dan tertinggal jauh dari negara-negara tetangga. Islam memang tidak melarang mengejar kesenangan dan keberhasilan kehidupan duniawi namun kebahagiaan akhirat tetap prioritas utama. Tengoklah bagaimana Islam pada zaman keemasannya selama berabad-abad.
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (keni`matan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan“.(QS. Al-Qashshas (28):77).
Membandingkan lebih baik pemimpin kafir yang penting tidak korupsi, merokok dan bertato meski tidak berjilbab, riba asal bermanfaat dll bukanlah pembenaran yang dapat ditrima. Mustinya hal tersebut justru menjadi pemicu, agar kita memilih pemimpin Muslim yang akhlaknya baik dan kerjanya juga baik.
Belum lagi fenomena pendukung buta hati yang tidak mampu atau tidak mau realistis melihat cara kerja pemimpin pilihannya. Tengok pidato Abu Bakar Ash-Sidieq ketika beliau dilantik sebagai khalifah pertama Islam berikut :
“ Aku, bukanlah yang terbaik diantara kamu sekalian. Oleh karena itu aku sangat menghargai dan mengharapkan saran dan pertolongan kalian semua. Menyampaikan kebenaran kepada seseorang yang terpilih sebagai penguasa adalah kesetiaan yang sebenar-benarnya; sedang menyembunyikan kebenaran adalah suatu kemunafikan. Orang yang kuat maupun orang yang lemah adalah sama kedudukannya dan aku akan memperlakukan kalian semua secara adil. Jika aku bertindak dengan hukum Allah dan Rasul-Nya, taatilah aku, tetapi jika aku mengabaikan ketentuan Allah dan Rasul-Nya, tidaklah layak kalian menaatiku.”
Ini mencerminkan bahwa antara pemimpin dan yang dipimpin sama, yaitu sama-sama menjadikan Allah dan Rasul-Nya sebagai pegangan. Namun apa yang kita lihat hari ini??
Pernyataan mendagri bahwa pengosongan kolom agama di KTP salah satunya untuk mengakomodir para pemeluk kepercayaan yang selama ini merasa dipaksa mengisi “Islam” sebagai agama mereka, patut dicermati. Apalagi bila kita mengingat kisah kerbau kyai Slamet, kerbau keramat keraton Surakarta dan lain-lain ritual syirik yang hingga detik ini masih digadang-gadang sebagian orang yang mengaku Islam.
Apakah ini pertanda bahwa dakwah Islam selama ini sebenarnya tidak berjalan dengan baik? Buktinya ya itu tadi, kesyirikan yang dibiarkan berlarut-larut dengan harapan dapat dihilangkan sedikit demi sedikit ternyata tetap terus berjalan. Patut diingat, pada zaman rasulullah dan sahabat segala sesuatu yang berbau kesyirikan segera dihancurkan. Penghancuran semua patung dan berhala yang ada di dalam Ka’bah pada masa penaklukan Mekah, adalah salah satu contohnya.
Disamping itu, jargon « Islam adalah rahmatan lil alamin » dan « Islam adalah agama toleransi » tampaknya justru memojokkan umat Islam itu sendiri. Kedua jargon ini telah ditafsirkan sedemikan rupa hingga menjadi kabur dan kebablasan. Dan siapa yang dianggap tidak sesuai dengan kedua jargon tersebut dianggap sebagai teroris. Nasib penyanyi legendaries Yusuf Islam adalah contoh yang paling sederhana. Pemusik Inggris era 1970-an bernama asli Cat Stevens ini pernah dicekal masuk Amerika Serikat karena “kesalahannya”menjadi mualaf . Ia dianggap sebagai teroris karena kesalahan tersebut!
Kekurang-pedulian pemerintah kepada persaudaraan Islam juga tercermin dari reaksi Jokowi terhadap masalah Palestina. Masjidil Aqsho pada akhir bulan lalu sempat ditutup oleh pemerintah pendudukan Israel. Meskipun malamnya masjid dibuka kembali tak urung hal ini mengakibatkan panasnya hubungan Israel tidak saja dengan warga setempat namun juga negara-negara Islam seperti Yordania dan Turki.
Tapi tidak demikian dengan Negara kita. Kecuali setelah Jokowi yang kebetulan bertemu dengan Ban Ki Moon sekjen PBB, menanyakan bagaimana posisi Indonesia terhadap Palestina. Jawabannya memang mendukung Palestina tapi terkesan hanya setengah hati, sekedar memenuhi janjinya pada pilpres kemarin, mungkin. Memang kenyataannya pada acara jumpa pers pertama menlu Retno LP Marsudi, sedikitpun tak disinggung masalah Timur Tengah.
Yang pasti, pada awal November lalu telah datang seorang rabbi ( ulama Yahudi) dari AS yang memberi semacam pengenalan tentang agamanya, bahwa Tuhannya sama dengan Tuhan umat Islam, dan Tuhan telah menjanjikan tanah Palestina khusus untuk umatnya ! Acara ini bukan digelar di AS atau negara barat lainnya, tapi di universitas Paramadina, Jakarta, yang direkturnya tak lain tak bukan adalah mentri pendidikan baru kita, Anies Bawesdan. ( Republika 24 November 2014, kolom sudut pandang oleh A Syalabi Ichsan).
Juga ketika Jokowi bertemu dengan presiden Myanmar. Beliau sama sekali tidak mengusik tentang nasib Rohingya, Muslim Myanmar, yang sejak bertahun-tahun diperlakukan pemerintah secara semena-mena. Padahal dunia internasional sering mengecam hal ini karena dianggap telah melanggar HAM.
Sementara itu Susi Pudjiastuti, mentri kelautan dan perikanan yang kontroversial itu kembali membuat berita besar. Dengan alasan menyelamatkan ikan-ikan kita dari ‘illegal fishing’ beliau mengundang angkatan laut AS untuk membantu menjaga perairan Indonesia. Pertanyaannya, mengapa harus Amerika Serikat, sobat Israel si penyerobot tanah Palestina, yang jauhnya ribuan mil dari Indonesia, dan jelas-jelas memusuhi Islam ??
( http://www.antaranews.com/berita/462816/menteri-kelautan-dan-perikanan-temui-dua-dubes-benua-amerika )
Ya Allah mau dibawa kemana negri ini …. 😦 …
“Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam. …“.(QS.Ali Imran(3):19).
Jakarta, 18 November 2014.
Wallahu’alam bish shawwab.
Vien AM.
Leave a Reply