Friedrich Leopold Goltz seorang filosofi Jerman, suatu hari pernah melakukan percobaan dengan menggunakan seekor katak. Katak tersebut dimasukkan ke dalam panci berisi air bersuhu sedang, tidak panas tidak dingin. Selanjutnya pancipun dipanaskan.
Suhu bergerak naik perlahan, katak tetap nyaman dalam posisinya terendam air yang terus menghangat. Hingga pada suhu tertentu ketika air mulai mendidih sang katak mulai merasa kegerahan tapi ia tetap bertahan. Akhirnya ketika ia sudah tak tahan lagi iapun berusaha meloncat ke luar. Namun ada daya energinya ternyata telah habis terpakai demi menyesuaikan diri dengan panas air yang melingkupinya. Maka sang katak malangpun akhirnya mati. Inilah yang dinamakan teori katak rebus.
Teori ini di kemudian hari digunakan untuk menggambarkan orang yang merasa aman dan nyaman dalam keterancaman masa depan, yang merasa tenang-tenang saja meskipun lingkungan telah rusak dan terus bertambah rusak saja, tidak sadar bahwa dirinya telah larut dan hanyut di dalam kerusakan tersebut. Akibatnya hilanglah kesensitivitasan diri yang seharusnya dapat menjadi tolak ukuran kebenaran. Berbagai isu negative yang datang menerjang tidak dapat lagi dirasakan kejanggalannya.
Baca juga : https://vienmuhadi.com/2014/11/19/pengosongan-kolom-agama-pada-ktp/
Ini tampaknya yang sedang terjadi di republik tercinta ini. Dimulai dari balita yang sejak dini sudah terbiasa bermain game tanpa batas waktu dan aturan, murid SD yang suka menyontek namun didiamkan, murid SMP SMA yang tawuran bahkan tentara dan bapak-bapak terhormat anggota MPR DPR yang hobby berkelahi. Belum lagi masalah keluarga dimana kedua orang-tuanya sibuk bekerja mencari uang hingga anak-anak terbengkalai khususnya ahlak dan agamanya, juga perzinahan dan korupsi yang makin meraja-lela.
Rasulullah bersabda, “Nyaris orang-orang kafir menyerbu dan membinasakan kalian, seperti halnya orang-orang yang menyerbu makanan di atas piring.” Seseorang berkata, “Apakah karena sedikitnya kami waktu itu?” Beliau bersabda, “Bahkan kalian waktu itu banyak sekali, tetapi kamu seperti buih di atas air. Dan Allah mencabut rasa takut musuh-musuhmu terhadap kalian serta menjangkitkan di dalam hatimu penyakit wahn.” Seseorang bertanya, “Apakah wahn itu?” Beliau menjawab, “Cinta dunia dan takut mati.” (HR. Ahmad, Al-Baihaqi, Abu Dawud No. 3745)
Ucapan rasulullah saw 15 abad silam makin terasa kebenarannya. Ya, umat Islam saat ini makin cinta dunia, secara berlebihan. Demi menjadi kaya, sukses, maju dan terkenal orang tak lagi peduli bagaimana cara mendapatkannya. Ayat-ayat Al-Quran tidak lagi dijadikan pegangan bahkan ketika memilih pemimpin, padahal pemimpin dalam Islam adalah kunci keberhasilan bangsa.
Maka beginilah hasilnya, pemimpin bangsa yang terpilih adalah hasil pilihan rakyat yang juga kurang mempedulikan kitab sucinya. “Kita bukan Negara Islam”, begitu alasannya. Sangat kentara bahwa sekulerisme telah merasuki jiwa sebagian umat. Para ulama dan uztad/uztadazah yang sebelum pemilu telah berjuang keras mengingatkan rakyat hanya bisa mengelus dada. Padahal imbauan diberikan bukannya tanpa dasar, diantaranya sebagai berikut:
Pertama, bila Jokowi yang pada saat sebelum pemilu adalah gubernur DKI, terpilih menjadi R1, maka konsekwensinya wakil gubernur dipastikan bakal menggantikan posisi Jokowi. Dan wakil tersebut tak lain adalah Ahok seorang yang bukan saja non Muslim namun juga sering tidak pro terhadap Islam dan tabiatnya buruk meskipun mungkin lurus, ini yang hilang dari sebagian politikus Muslim. Tetapi ini tetap perlu pembuktian.
( Baca juga : https://vienmuhadi.com/2014/10/21/fpi-menyerang-ahok-melawan/ )
Dari mulutnya keluar pernyataan “ Ini gara-gara miras tidak dilegalkan. Coba kalau dilegalkan tidak perlu mereka membuat oplosan yang akhirnya merenggut nyawa mereka !”, “ Banyak orang butuh miras, turis juga butuh itu”. Tanggapan ini berkaitan dengan ditemukannya korban akibat miras oplosan.
Kedua, PDIP yang merupakan partai utama pendukung Jokowi dipenuhi orang non Muslim. Artinya, bagi non Muslim, pantas bila mereka memilih Jokowi. Namun bagi Muslim ? Apalagi di partai tersebut ada dedengkot Syiah Jalaludin Rahmat yang sering terang-terangan mengolok-olok Aisyah istri Rasulullah yang paling dicintai sekaligus ibu bagi kaum Muslimin, umirul mukminin, disamping para sahabat Muhajirin dan Anshar.
“ Nabi itu (hendaknya) lebih utama bagi orang-orang mukmin dari diri mereka sendiri dan isteri-isterinya adalah ibu-ibu mereka. … “(QS. Al-Ahzab(33):6).
“ Sesungguhnya orang-orang yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya. Allah akan mela`natinya di dunia dan di akhirat, dan menyediakan baginya siksa yang menghinakan”.(QS. Al-Ahzab(33):57).
Maka tak heran bila belakangan ini datang berita tentang masuknya ratusan imigran gelap yang mengaku datang dari Afganistan untuk mencari suaka. Mereka menyerbu Balikpapan dan kota-kota besar di bagian timur lainnya. Namun anehnya mereka datang tanpa istri dan anak-anak mereka. Badan mereka tegap-tegap layaknya militer. Apa tujuan pendatang gelap yang ternyata Syiah itu ??? Akankah orang-orang ini ingin menjadikan negri tercinta ini Suriah jilid 2?? Bila menyiksa diri di hari Asyura saja sudah terbiasa apalagi hanya membantai orang yang tidak sefaham?? Nau’dzubillah min dzalik …
Juga wacana bahwa PTI ( Perguruan Tinggi Islam) yang tadinya berada di bawah pengawasan Departemen Agama akan dipindahkan kebawah Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek Dikti). Pemindahan ini ditengarai berpotensi bakal meng-sekuler-kan ilmu-ilmu Islam. Ini berpotensi PTI akan disamakan dengan studi Islam, sebuah fakultas yang sifatnya hanya sekedar mempelajari ilmu ke-Islam-an bukan atas dasar keyakinan dan keimanan yang harusnya merupakan ciri khas PTI.
Berita miring juga datang dari metri Pendidikan Anies Bawesdan. Pria ganteng pintar nan simpatik yang digandrungi banyak ibu-ibu ini mempermasalahkan doa pembuka dan penutup di sekolah yang dinilai sebagai promosi agama tertentu, Islam tentunya.
Hmm, aneh bin ajaib sejak kapan doa dianggap sebagai promosi agama yaa. Rasanya semua orang pasti tahu bahwa doa adalah komunikasi kepada Tuhannya. Kecuali mungkin bagi orang-orang JIL Sepilis dan Paramadina pimpinan pak Anies yang beberapa waktu lalu mendatangkan rabbi Yahudi untuk memperkenalkan Yahudi. Rabbi ini mengatakan bahwa Tuhannya telah menjanjikan tanah Palestina khusus bagi umat Yahudi. Nah apakah bukan ini yang namanya promosi?? Sementara negara-negara Barat saja sejak beberapa bulan terakhir berbondong-bondong mengakui Palestina sebagai negara di tanah tersebut.
Tak urung uztad Yusuf Mansur melalui tweetnya uring-uringan menanggapi hal tersebut. Namun segera pak mentripun bereaksi, mengatakan bahwa beliau tidak bermaksud demikian. Atas reaksi tersebut muncul kemudian teori Water Test yang diperkirakan digunakan rezim yang baru beberapa bulan ini memerintah. Yaitu melontarkan pemikiran kontroversial, bila tidak ada reaksi maka pemikiran akan ditindak-lanjuti. Sebaliknya bila terjadi reaksi negative maka mereka mengatakan telah terjadi kesalahan komunikasi … Hmm …
Umat Islam negri ini tampaknya benar-benar sedang dicoba. Kerusakan agama sejatinya adalah kerusakan terbesar dalam hidup ini. Mari kita segera bertobat karena sesungguhmya kerusakan terjadi karena kesalahan kita sendiri. Mengapa Indonesia yang mayoritas Muslim bisa memilih pemimpin yang tidak menjunjung tinggi ayat-ayat Al-Quran.
“ Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”.(QS.Ar-Ruum(30:41).
Ini yang akan menyebabkan ridho Allah swt tak akan datang. Mungkinkah ini cara Sang Khalik untuk memisahkan dan menunjukkan mana orang munafik dan mana Muslim sejati?? Untuk mengetahui mana Muslim yang kaffah, yang benar-benar mau menjadikan ayat-ayat Al-Quranul Karim sebagai pegangan, memperjuangkannya kemudian bersabar dan yakin bahwa pertolongan Allah swt pasti akan datang.
Inilah saatnya umat Muslim harus keluar dari panci panas yang makin lama makin mendidih tanpa kita menyadari sebagaimana teori katak di awal tulisan di atas. Kita harus bersatu, bergandengan tangan sebelum energi kita habis tuntas terpakai untuk menyesuaikan dengan panas yang makin menggila. Mari kita berjuang sesuai kemampuan kita, setiap diri pasti memiliki kelebihan dan kekurangan, tapi kita bisa saling mengisi kelebihan dan kekurangan tersebut.
“Barang siapa di antara kalian melihat suatu kemungkaran hendaklah ia mengubah dengan tangannya; jika tidak mampu, maka dengan lisannya; jika ia masih tidak mampu, maka dengan hatinya dan itu adalah selemah-lemahnya iman.” (HR. Muslim)
Ingatlah berbagai pertolongan yang datang pada saat-saat kritis. Kisah Rasulullah bersama Abu Bakar di gua Tsur, kisah Rasulullah dilempari dan diusir dari Thaif, kisah nabi Musa yang dikejar Firaun dan pasukannya, kisah nabi Ibrahim yang dibakar dll.
“Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seorang dari dua orang ( Abu Bakar) ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya: “Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita.” Maka Allah menurunkan ketenangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya … “. (QS. At-Taubah(9):40).
“ Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”. (QS. Al-Insyiraah(94) :5).
Ya Allah tolonglah kami keluar dari kesulitan ini, aamiin YRA
Wallahu’alam bish shawwab.
Jakarta, 12 Desember 2014.
Vien AM.
Leave a Reply