Feeds:
Posts
Comments

Archive for September, 2015

 Kejahatan Syiah di Tanah Haram Dalam Kurun Sejarah

Saat ini, terkadang sulit bagi kita membedakan mana pihak yang benar dan mana pihak yang salah. Terkadang pihak yang salah, melakukan penghianatan dan kejahatan, melemparkan ungkapan-ungkapan yang menjelek-jelekkan orang lain sehingga kita menangkap orang yang salah ini adalah orang yang benar dan pihak yang benar adalah mereka yang melakukan kesalahan. Hal ini telah dikabarkan oleh Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabda beliau,

سيأتي على الناس سنوات خداعات يصدق فيها الكاذب و يكذب فيها الصادق و يؤتمن فيها الخائن و يخون فيها الأمين

“Akan datang kepada manusia tahun-tahun yang penuh tipu daya, dimana pendusta dipercaya dan orang jujur didustakan, pengkhianat diberi amanah dan orang yang amanah dikhianati,…” (HR. Hakim).

Hal itu juga terjadi pada klaim-klaim kebenaran yang dilemparkan oleh salah satu kelompok yang memiliki sejarah berdarah dalam Islam, yaitu kelompok Syiah. Orang-orang Syiah pada hari ini menuding Ahlussunnah wal Jamaah atau Sunni sebagai kelompok yang tidak mencintai keluarga Nabi, kelompok yang radikal, teroris, dan ekstrimis. Setelah itu, mereka menambahkan kebohongan-kebohongan untuk menguatkan pendapat mereka.

Jika kita membaca sejarah, maka akan kita dapati bahwa Syiah merupakan suatu sekte yang banyak menebarkan kebencian dan peperangan di tengah umat Islam. Tentang hancurnya Baghdad, lalu bagaimana Dinasti Fatmiyah berkuasa, dll. kali ini kita akan mengangkat sejarah tentang kejahatan Syiah di tanah Haram. Sebelum masuk pembahasan, kita ketahui terlebih dahulu bagaimana kedudukan Mekah dan Madinah bagi orang Syiah.

Kedudukan Karbala Setara Kedudukan Mekah

Di dalam kitab referensi utama Syiah seperti Biharul Anwar diriwayatkan,

قال جعفر …”فأوحى الله إليها أن كفي وقري، ما فضل ما فضلت به فيما أعطيت كربلاء إلا بمنزلة الإبرة غرست في البحر فحملت من ماء البحر، ولولا تربة كربلاء ما فضلتك، ولولا من تضمنه أرض كربلاء ما خلقتك ولا خلقت البيت الذي به افتخرت، فقري واستقري وكوني ذنبًا متواضعًا ذليلاً مهينًا غير مستنكف ولا مستكبر لأرض كربلاء، وإلا سخت بك وهويت بك في نار جهنم”

Ja’far berkata, “…Sesungguhnya Allah telah mewahyukan ke Kabah; kalaulah tidak karena tanah Karbala, maka Aku tidak akan mengutamakanmu, dan kalaulah tidak karena orang yang dipeluk oleh bumi Karbala (Husain), maka Aku tidak akan menciptakanmu, dan tidaklah Aku meciptakan rumah yang mana engkau berbangga dengannya, maka tetap dan berdiamlah kamu, dan jadilah kamu sebagai dosa yang rendah, hina, dina, dan tidak congkak dan sombong terhadap bumi Karbala, kalau tidak, pasti Aku telah buang dan lemparkan kamu ke dalam Jahanam”.

Datang ke Karbala Lebih Mulia dari Haji

Masih merujuk kitab-kitab referensi utama Syiah, tercantum sebuah riwayat tentang keutamaan ziarah ke tanah Karbala di Irak lebih dari ibadah haji ke Mekah.

إن زيارة قبر الحسين تعدل عشرين حجة، وأفضل من عشرين عمرة وحجة

“Sesungguhnya ziarah (berkunjung) ke kubur Husein sebanding dengan (pahala) haji sebanyak 20 kali. Dan lebih utama dari 20 kali umrah dan 1 kali haji.” (Furu’ al-Kafi, 1: 324).

Salah seorang penganut Syiah menyatakan,

إني حججت تسع عشرة حجة، وتسع عشرة عمرة”، أجابه الإمام بأسلوب يشبه السخرية قائلاً: “حج حجة أخرى، واعتمر عمرة أخرى، تكتب لك زيارة قبر الحسين عليه السلام

“Sungguh saya telah menunaikan haji sebanyak 19 kali dan umrah juga 19 kali.” Lalu imam menjawabnya dengan perumpamaan yg mengejek, “Berhajilah sekali lagi dan umrahlah sekali juga, maka akan dicatatkan untukmu (pahala yang sama) dengan berziarah ke kubur Husein ‘alaihissalam”. (Biharul Anwar, 38: 101).

Perdana mentri Irak, penganut Syiah 12 Imam, menyatakan bahwa tanah Karbala lebih berkah untuk menjadi kiblat umat Islam dunia. Ia beralasan, karena di Karbala terdapat Husein radhiallahu ‘anhu. Dan ia akan berusaha mewujudkan hal itu.

Berikut pernyataannya:

Nah.. setelah mengetahui kedudukan Mekah bagi orang-orang Syiah, kita pun mengetahui mengapa mereka melakukan pengrusakan dan perbuatan onar di tanah Haram. Kita juga menyadari potensi kecemburuan mereka terhadap Mekah ini akan senantiasa muncul. Sekarang akan kita lihat sejarah prilaku teror orang-orang Syiah di tanah haram.

1. Kejahatan Syiah di Masa Silam

Pertama: Imam Ibnu Katsir dalam kitabnya al-Bidayah wa an-Nihayah mencatatkan suatu peristiwa pembantaian jamaah haji oleh orang-orang Syiah Qaramithah. Pada tahun 312 H, orang-orang Syiah Qaramithah yang dipimpin oleh Abu Thahir, Husein bin Abi Said al-Janabi menyerang jamaah haji yang baru saja pulang dari Baitullah al-Haram selesai melaksanakan kewajiban mereka menunaikan ibadah haji. Mereka membunuh sejumlah besar jamaah, mengambil harta yang mereka inginkan, memilih para wanita dan anak-anak untuk mereka tawan, kemudian mereka tinggalkan orang-orang yang tersisa dengan mengambil onta-onta sebagai rampasan.

Kedua: masih dalam al-Bidayah wa an-Nihayah. Imam Ibnu Katsir juga mencatat kejadian pada tahun 317 H. Orang-orang Qaramithah dengan pemimpin mereka Abu Thahir, Husein bin Abi Said al-Janabi, memasuki Masjidil Haram dan membunuh jamaah haji yang sedang beribadah di sana. Peristiwa itu terjadi pada hari tarwiyah 8 di bulan haram, bulan Dzul Hijjah, dan tanah haram, Mekah al-Mukaramah. Para jamaah haji sampai berlindung di  kiswah Ka’bah, namun orang-orang Syiah ini tidak peduli dan tetap menumpahkan darah mereka. Mengapa hal ini terjadi? Karena mereka tidak memuliakan tanah haram sebagaimana yang telah disebutkan di atas.

Kemudian dengan sombongnya Abu Thahir memerintahkan jasad-jasad jamaah haji yang tewas di masukkan ke dalam sumur zam-zam, melepas kiswah dan pintu Ka’bah, dan yang keterlaluan ia mencongkel hajar aswad dan membawanya ke tempat mereka. Imam Ibnu Katsir menyebutkan pada tahun 339 H barulah mereka mengembalikannya lagi ke Mekah.

2. Kejahatan Syiah di Zaman Modern.

Pertama: Pada tahun 1406 H/1986 M, pihak keamanan Arab Saudi berhasil mengamankan bahan peledak yang dibawa jamaah haji Iran memasuki Mekah.

Kedua: Di tahun berikutnya, 1407 H/1987 M, kembali jamaah haji Syiah Iran mengadakan kerusuhan di tanah haram. Mereke berdomonstrasi anti Amerika di tanah suci dan di bulan suci dengan membawa senjata tajam.

Video:https://youtu.be/Ef6nNOGufWI

Ketiga: Pada tahun 1414 H/1994 M orang-orang Syiah mengadakan pengrusakan di dekat Masjid al-Haram. Mereka juga membunuh beberapa jamaah haji. Mereka adalah orang-orang Syiah dari Kuwait dan satu orang dari Arab Saudi sendiri. Saat itu, Allah bukakan kebusukan yang mereka tutupi dengan istilah toleransi atau persaudaraan Sunni-Syiah, di hadapan jamaah haji dari seluruh dunia.

Salah satu petinggi Hizbullah Lebanon menyatakan akan menyerang Mekah:

https://youtu.be/8PQJv5Esh8k

Sebenarnya masih sangat banyak sekali kejahatan-kejahatan yang dilakukan oleh orang-orang Syiah di tanah haram, baik secara perorangan atau kelompok yang terorganisir. Mereka melakukan pencurian terhadap jamaah haji, membunuh jamaah yang berada antara shafa dan marwa, dll.

Penulis serahkan kepada pembaca sendiri yang menilai slogan-slogan persatuan yang digembar-gemborkan oleh orang-orang Syiah di negeri ini, apakah itu sebuah bualan atau memang sebuah kebenaran.

Siapa yang tidak membaca sejarah, maka ia akan dihukum dengan melakukan kesalahan yang sama dengan kesalahan di masa lalu.

Oleh Nurfitri Hadi
Artikel www.KisahMuslim.com

Di copy dari : http://kisahmuslim.com/kejahatan-syiah-di-tanah-haram-dalam-kurun-sejarah/

Read Full Post »

Beberapa hari belakangan ini berita mengenai Negara-negara Barat yang membuka pintunya bagi pengungsi Suriah menjadi head line sejumlah media nasional maupun internasional. Sebaliknya, media-media tersebut mempertanyakan dan mengecam dimana peran Negara-negara Timur Tengah, Arab Saudi, khususnya, yang dianggap tidak menerima satupun pengungsi.

Padahal sejak pecahnya konflik Suriah 4 tahun lalu, yaitu tahun 2011, Arab Saudi telah menerima 2.5 juta pengungsi Suriah. Tidak ada gembar gembor di media massa karena pemerintah setempat memang tidak merasa perlu publikasi. Para pengungsi bahkan diperlakukan bak si empunya tanah. Tidak hanya tempat tinggal yang disediakan namun juga pendidikan, pekerjaan, layanan kesehatan dll. Itu sebabnya  tidak terlihat adanya camp atau tenda pengungsi di Arab Saudi karena memang pemerintah ingin mengembalikan martabat para pengungsi Suriah sekaligus keamanan bagi mereka.  Persis yang dicontohkan kaum Anshor sebagai penduduk asli Madinah  ketika menerima kaum Muhajirin yang terpaksa berhijrah meninggalkan kota kelahiran mereka Mekah demi dapat menjalankan kepercayaan baru mereka, yaitu Islam. Masya Allah …

http://english.alarabiya.net/en/News/middle-east/2015/09/12/Saudi-official-we-received-2-5-mln-Syrians-since-conflict.html

Ironisnya, tidak hanya media Barat yang mempertanyakan hal tersebut, namun juga media-media dalam negri, terutama media sekuler yang telah lama jelas memperlihatkan kebencian terhadap Islam dan segala yang “ berbau” Arab.  Malah dengan teganya menyebar berita bahwa kabar Arab Saudi menerima para pengungsi hingga 2.5 juta orang adalah hoax.

Lebih parah lagi, mereka juga ikut mengipasi berita dari media Barat yang mempertanyakan adanya ribuan tenda Mina yang mubazir karena hanya digunakan sekali dalam setahun, yaitu ketika musim haji. Padahal ini justru menambah kepicikan mereka. Tak dapat dibayangkan bila kompleks tenda Mina digunakan oleh pengungsi, maka ketika musim haji tiba akan dikemanakan para tamu Allah yang susah payah datang dari penjuru dunia demi mecari ridho-Nya itu ??? Area Mina adalah area terbatas yang tidak mungkin dipindahkan, tanpa mabit ( menetap) di Mina, haji tidaklah sempurna.

Allah SWT berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, Maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu“. (Terjemah QS. Al Hujurat(49):6).

Terkesan amat sangat kuat bahwasanya media-media sekuler tersebut ingin sekali,  secara membabi buta, menonjolkan kehebatan Barat. Meski harus diakui, bila kesediaan Barat, Jerman khususnya,  menerima para pengungsi semata berdasarkan kemanusiaan tanpa maksud buruk apapun, termasuk Kristenisasi yang sering mendapat sorotan namun belum terbukti, patut diacungi jempol.

Hal yang tak kalah pentingnya, mungkin ada baiknya bila kita mau melihat akar permasalahan sebenarnya. Pengungsian Suriah secara besar-besaran terjadi bukannya tanpa sebab.  Awal konflik Suriah yang terjadi pada tahun 2011 adalah bagian dari rentetan peristiwa Arab Spring. Secara sederhana Arab Spring adalah munculnya gelombang perlawanan rakyat atas nama demokrasi terhadap penguasa diktator yang telah puluhan tahun berkuasa.  Meski pada kenyataannya, jatuhnya rezim  diktator seperti di Mesir, Tunisia, Libia dan Irak hingga detik ini tidak melahirkan demokrasi seperti yang diinginkan rakyat. Padahal korban yang jatuh tidaklah sedikit, sementara ketidakstabilan politik dan kerusuhan terus saja terjadi. Diktator baru bahkan muncul kembali, namun kali ini yang pro Barat, tidak seperti sebelumnya, yang dikenal “ ngeyel”. Muammar Khadaffi, mantan pemimpin Libia, adalah contohnya.

Demonstrasi besar-besaran dan gelombang perlawanan rakyat di Negara-negara  Timur Tengah ini terjadi memang karena ada yang “mengipasi”. Dan siapa lagi sang pengipas kalau bukan Negara adi daya Amerika Serikat,  sahabat kental Israel, dan para sekutunya,  yang ingin menjadikan Negara-negara Islam mengalami ketidak stabilan hingga mudah di aneksasi. Minyak bumi dan sumber alam lainnya yang banyak terdapat di perut bumi Negara-negara tersebut adalah salah satu penyebabnya. Israel jelas mempunyai kepentingan yang paling banyak, termasuk jalur pipa air bersih yang sejak bertahun-tahun menjulur dari Turki melewati Negara-negara tertangga, Suriah diantaranya, yang pastinya perlu pengamanan ketat.

Suriah dibawah presiden  Basyar Ashad, yang Syiah, berkuasa sejak tahun 2000, mengalami hal yang sama. Terinspirasi Arab Spring, pada tahun 2011, rakyat Suriah yang mayoritas Sunni menuntut Ashad agar turun dari kursi kepresidenan. Namun demonstrasi damai tersebut dihadapi Ashad secara brutal dan sangat mengerikan.

Setiap hari kurban berjatuhan, tercatat  200 hingga 300 ribu orang tewas sejak Maret 2011. Sepertiga  di antaranya adalah warga sipil, lebih dari 10 ribu diantaranya adalah kanak-kanak, dan hampir 7 ribu kaum perempuan. Bahkan memasuki tahun kelima saja, sekitar 5 ribu orang telah tewas dalam waktu 5 minggu. Ashad dengan rezimnya yang didukung Iran yang sama-sama beraliran Syiah itu tak tanggung-tanggung menghadapi rakyatnya sendiri.  Pada bulan Agustus 2013 dengan teganya ia menggunakan senjata kimia untuk meredam pembrontakan yang makin meluas.  Jutaan penduduk mengalami luka-luka, hilang atau dipenjarakan,  13 ribu orang dilaporkan meninggal dunia setelah mengalami penyiksaan berat di tahanan Negara dan puluhan juta penduduk  kehilangan tempat tinggal.

Namun demikian konflik di Suriah terjadi tidak hanya karena adanya pembrontakan rakyat. ISiS, organisasi raksasa militan bentukan Amerika (http://mirajnews.com/id/internasional/amerika/hillary-clinton-isis-produk-untuk-pecah-timteng/ )  yang mengatas namakan Islam memperparah keadaan. Ini masih ditambah lagi dengan adanya kelompok-kelompok kecil berbagai kepentingan lainnya.  Bahkan saat ini Rusiapun telah menerjunkan 1 juta pasukan terbaiknya  demi melindungi Ashad yang sudah kewalahan menghadapi krisis  negri yang sedang menuju kehancuran itu.  Tak heran bila kini separuh rakyatpun memilih mengungsi meninggalkan tanah air mereka.  Badan pengungsi PBB ( UNHCR) mencatat 4 juta rakyat Suriah telah menjadi pengungsi.  1.8 juta diantaranya telah ditampung di Turki,  1 juta di Libanon, 625 ribu di Yordania,  250 ribu di Irak dan 135 ribu di Mesir.  Ini belum termasuk yang ditampung di Arab Saudi karena UNHCR memang tidak mencatatnya, ntah sengaja atau memang tidak tahu.

Saat ini ribuan pengungsi Suriah berduyun-duyun menuju Jerman dengan berbagai cara. Jarak sepanjang 3725 km itu harus ditempuh 39 jam berkendaraan, atau 3500 km dalam 706 jam bila melalui rute pejalan kaki. Turki, Bulgaria, Serbia, Hungaria, Austria dan Ceska adalah negara-negara yang harus dilalui. Artinya bila satu Negara saja menutup perbatasannya maka tak satupun pengungsi bisa sampai ke tujuan. Padahal Hungaria dan Austria telah resmi mengumumkan menutup perbatasan mereka. Hungaria bahkan mengancam hukuman penjara bila para pengungsi kedapatan nekad menerobos perbatasan.  Pagar kawat berduri dan tentara disiagakan di semua titik perbatasan. Akibatnya ribuan pengungsi saat ini tertahan di stasiun kereta api Hungaria tidak bisa meneruskan perjalanan mereka. Lalu apa gunanya Jerman mengumbar pengumuman bersedia menerima pengungsi??

http://dunia.news.viva.co.id/news/read/671272-ini-alasan-pengungsi-suriah-memilih-kabur-ke-jerman

Itupun belum tentu fasilitas yang disediakan memenuhi standard keperluan hidup pengungsi yang mayoritas Muslim itu. Makanan halal dan rumah ibadah contohnya. Maka tak salah bila Arab Saudi kemudian menawarkan pembangunan 200 masjid di kota-kota dimana pengungsi akan ditempatkan.  Menjadi pertanyaan besar, apa mungkin Jerman seperti juga negara-negara Barat lainnya,  yang selama ini dikenal sebagai Negara yang mengalami Islamphobia akut itu mau menerima  tawaran tersebut ??

http://news.fimadani.com/read/2015/09/21/arab-saudi-ingin-bantu-buat-200-masjid-untuk-pengungsi-suriah/

camp pengungsi Turki dan PerancisKalaupun mau, apakah fasilitas yang diberikan Barat yang kaya dan maju tersebut bisa mengalahkan apa yang disediakan Turki, misalnya. Satu hal yang tidak pernah di publikasikan media sekuler. Perancis jelas tidak, bisa dililhat perbandingannya dibawah ini.

http://mirajnews.com/id/artikel/feature/kota-tenda-turki-bahagiakan-pengungsi-suriah/

Pertanyaannya mengapa pengungsi Suriah begitu bersemangat memilih Jerman sebagai Negara tujuan. Tentu banyak alasannya, dengan berbagai resikonya. Namun apapun alasannya sebagai umat Islam kita harus yakin bahwa  skenario Sang Khalik pasti terjadi. Bahwa di akhir zaman Islam akan tersebar ke seluruh penjuru dunia.  Begitupun yang telah diprediksi para pemerhati bahwa pada tahun 2050 Muslim akan menjadi mayoritas di Eropa meski orang Barat sangat membencinya.

” Dan orang-orang yang berhijrah karena Allah sesudah mereka dianiaya, pasti Kami akan memberikan tempat yang bagus kepada mereka di dunia. Dan sesungguhnya pahala di akhirat adalah lebih besar, kalau mereka mengetahui, (yaitu) orang-orang yang sabar dan hanya kepada Tuhan saja mereka bertawakkal”. ( Terjemah QS. An-Nahl(16):41-42).

“Orang-orang kafir itu membuat tipu daya, dan Allah membalas tipu daya mereka itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya”. (Terjemah QS. Ali Imran(3):54).

Fenomena menarik lainnya, penduduk Damaskus, ibukota Suriah, yang merupakan ibu kota kekhalifahan Islam di masa lalu, ternyata sejak lama telah dikenang sebagai penduduk yang ramah dan disukai.  Ibnu Battuta, penjelajah Muslim ternama Maroko yang pernah menginjakkan kakinya di Damaskus tidak mampu menyembunyikan kekagumannya menyaksikan kehidupan sosial masyarakatnya yang begitu  dermawan dan pemurah.

Semangat sosial masyarakat Damaskus begitu tinggi,” kisah Ibnu Battuta dalam catatan perjalanannya.

Masyarakat kota ini terbiasa berlomba-lomba dalam kebaikan, diantaranya dalam mewakafkan tanahnya untuk sekolah, rumah sakit serta masjid. Sederet lembaga amal berdiri untuk meringankan beban orang-orang yang tak berpunya dan membutuhkan bantuan. Dengan bantuan lembaga-lembaga tersebut orang yang tidak mampu berhaji jadi bisa melaksanakan impian setiap Muslim itu.

Damaskus, kota dimana masjid putih berdiri, sebagai tempat dimana nabi Isa as akan turun di akhir zaman nanti, tercatat beberapa kali menjadi tujuan para pengungsi. Diantaranya para pengungsi asal Andalusia yang terusir dari  Spanyol, yaitu ketika Kristen menguasai tanah itu pada abad ke 12 M. Juga warga Iran dan Irak ketika bangsa Mongol menghancurkan tanah kelahiran mereka di abad berikutnya. Kemudian pada abad 16 sekali lagi menampung pengungsi dari Spanyol, baik Muslim maupun Yahudi. Damaskus memang terbuka bagi seluruh pemeluk agama. Tiga abad berselang, kota ini kembali menjadi tanah harapan bagi warga Kaukasus, Kurdi dan Turki dari ancaman tentara Rusia.

http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/12/07/10/m6y2z6-damaskus-kota-ilmu-dan-peradaban-1

Sungguh tak heran bila hari ini rakyat Suriah sedang menikmati buah perbuatan baik mereka, yaitu dengan ditrimanya mereka sebagai pengungsi di berbagai Negara belahan dunia. Semoga Allah swt segera membalas kebaikan mereka dengan segera dibebaskannya Suriah dari cengkeraman tangan-tangan kotor dan keji  Syiah, ISIS maupun Israel dan sekutunya, aamiin YRA.

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal” . (Terjemah QS. Al-Hujurat (49):13).

Wallahu’alam bish shawwab.

Jakarta, 21 September 2015.

Vien AM.

Read Full Post »

Hikmah Kurban

Hari Raya Haji yang merupakan hari raya kedua  setelah Iedul Fitri, sebentar lagi akan tiba. Inilah saatnya untuk berkurban bagi yang mampu membeli hewan ternak kurban tentunya.  Yaitu kambing, sapi atau unta yang harganya sudah pasti tidak murah itu. Namun tetap saja setiap kali tiba saatnya, umat Islam berbondong-bondong melakukan ritual potong kurban tersebut.   Muslim di Negara-negar Timur Tengah bahkan merayakan hari yang juga disebut Iedul Adha tersebut, lebih meriah daripada Iedul Fitri. Apa sebetulnya hikmah dibalik itu semua.

“Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban), supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah direzekikan Allah kepada mereka, maka Tuhanmu ialah Tuhan Yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya”. ( Terjemah QS. Al-Hajj(22):34).

Penyembelihan kurban adalah syariat yang usianya sudah amat tua, yaitu sejak zaman nabi Ibrahim as. Syariat ini pertama kali dimulai dengan turunnya perintah Allah swt kepada nabi Ibrahim as agar menyembelih  Ismail, satu-satunya putra beliau ketika itu. Perintah itu datang berupa mimpi sebagaimana tercermin pada terjemahan surat As-Shaffat ayat 102 – 110 dibawah ini.

Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar“.

Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya).

Dan Kami panggillah dia: “Hai Ibrahim,sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu sesungguhnya demikianlah Kami memberi  balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.              

Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian, (yaitu) “Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim“. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.

Dari ayat-ayat diatas dapat kita ketahui bahwa perintah Sang Khalik untuk menyembelih Ismail, putra Ibrahim as, sejatinya hanya untuk mengetahui seberapa tinggi tingkat ketaatan Ibrahim kepada Tuhannya, Tuhan yang menciptakannya. Dan sebagai imbalan atas ketaatan keduanya, baik Ibrahim maupun Ismail maka Allah swt pun menggantikan Ismail dengan kambing sembelihan yang besar.  Maka sejak itulah penyembelihan kurbanpun menjadi syariat turun temurun, hingga ke umat nabi Muhammad saw detik ini.

Ada 3 macam faktor timbulnya ketaatan, yaitu rasa takut, rasa harap dan rasa syukur. Dan yang paling sempurna adalah ketika ketiganya ada menyatu di dalam jiwa seorang Mukmin.

Rasa takut atau khouf seorang Mukmin timbul karena ia tahu dan yakin akan adanya siksa, baik di dunia, alam kubur maupun di akhirat nanti.  Oleh karenanya ia berusaha sekuat mungkin agar tidak melanggar apa-apa yang dilarangnya.

Sedangkan rasa harap atau roja’ muncul karena ia tahu dibalik kerasnya siksa Allah ada rahmat-Nya. Yang dengan demikian ia akan berusaha sebanyak mungkin melakukan perbuatan baik. Perbuatan yang mendatangkan kasih sayang-Nya, agar Ia menjauhkan dirinya dari segala macam siksa.

Sementara itu rasa syukur, yang hanya mungkin timbul bila seseorang banyak merenung, memikirkan betapa banyaknya kenikmatan yang telah ia rasakan di dunia ini, akan menimbulkan keinginannya untuk selalu berusaha memenuhi keinginan-Nya. Dengan kata lain, ia ingin “ membalas” segala kebaikan-Nya, sesuatu yang tentu saja amat sangat mustahil. Hal yang perlu selalu diingat, kenikmatan tidak hanya dalam bentuk kekayaaan/harta benda namun juga nikmat sehat/bisa melihat/mendengar dll, ketenangan hidup dan yang puncaknya adalah nikmat Iman dan Islam.

Maka dengan adanya ke 3 unsur yang menyatu tersebut, lahirlah ketaatan. Yang dengan demikan seberat apapun perintah dan larangan-Nya ia akan berusaha memenuhinya. Contohnya yaitu tadi, nabi Ibrahim yang rela menyembelih putra satu-satunya yang bertahun-tahun lamanya ia tunggu kehadirannya. Juga ketabahan Ismail yang masih belia tapi memahami benar artinya pengorbanan.

Jadi sungguh sebenarnya tidak ada apa-apanya pengurbanan kita membeli seekor kambing atau bahkan seekor sapi, bila kita bandingkan dengan apa yang dikurbankan nabi besar Ibrahim as. Meskipun akhirnya Allah swt menggantinya dengan seekor kambing.

Namun kurban seberapapun besarnya bila tidak didasari atas ketaatan, tidak ada rasa takut, harap ataupun syukur kepada-Nya, tidaklah akan mendatangkan ridho-Nya. Sebaliknya kurban meski hanya seekor kambing kecil itupun untuk satu keluarga, bila dilandasi ketakwaan, ketundukan demi mencari ridho-Nya, akan mendatangkan rahmat dan kasih sayang-Nya.

Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah), (yaitu) orang-orang yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, orang-orang yang sabar terhadap apa yang menimpa mereka, orang-orang yang mendirikan shalat dan orang-orang yang menafkahkan sebagian dari apa yang telah Kami rezekikan kepada mereka” ( Terjemah QS. Al-Hajj(22):35).

Meskipun besar tidaknya kurban sepatutnya tentu sesuai kemampuan, tidak melulu hanya atas dasar takwa. Seharusnya malu seseorang yang telah diberi harta melimpah ruah namun hanya berkurban sedikit, tidak sesuai dengan apa yang dimikilinya, yang diterimanya. Resesi ekonomi yang belakangan ini sedang terjadi bukan alasan untuk tidak menjalankan syariat mulia ini. Disinilah keyakinan kita diuji, bahwa apabila kita bersyukur pasti Allah akan menambah nikmat-Nya.

“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu mema`lumkan: “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni`mat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (ni`mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. (Terjemah QS. Ibrahim(14):7).

Disamping itu kurban juga memiliki hikmah lain, yaitu kepedulian sosial. Allah swt memerintahkan kita untuk menyembelih hewan ternak seperti kambing, sapi atau unta bukannya tanpa tujuan.  Hewan ternak yang dalam bahasa Arabnya adalah An’am artinya adalah yang diberi nikmat.

Ya hewan ternak terutama kambing, sapi dan unta, adalah hewan yang mempunyai kenikmatan yang amat banyak. Mulai dari fungsinya, kambing dan unta yang bisa dijadikan alat transportasi,  sapi sebagai bajak sawah, hingga manfaatnya; dari susu, daging, kulit hingga bulunya.  Rasanya tak satupun Negara di dunia ini yang tidak memanfaatkan ketiga hewan tersebut, ntah itu untuk dikonsumsi susu/dagingnya atau/dan diambil kulit serta bulunya.

Sungguh tak salah Sang Khalik memerintahkan kita untuk berkurban ketiga hewan tersebut. Setelah hewan disembelih dengan cara dan syarat-syarat yang telah ditentukan, daging, kulit serta bulunya dibagikan kepada fakir miskin. Orang yang berkurban boleh ikut menikmatinya tapi tidak boleh lebih dari 1/ 3 bagiannya. Dengan demikian, secara zahir,  paling tidak ada 3 pihak yang diuntungkan pada hari kurban, yaitu si penjual hewan,  fakir miskin dan si pemberi kurban.

Jadi tidaklah benar persangkaan sebagian orang yang berpendapat bahwa kurban dalam Islam tidak ada bedanya dengan persembahan sesajian dalam agama lain. Kurban dalam Islam benar-benar untuk kemaslahatan umat, bahkan bukan hanya Muslim saja yang boleh menikmatinya.

“Dan mereka memperuntukkan bagi Allah satu bahagian dari tanaman dan ternak yang telah diciptakan Allah, lalu mereka berkata sesuai dengan persangkaan mereka: “Ini untuk Allah dan ini untuk berhala-berhala kami”. Maka saji-sajian yang diperuntukkan bagi berhala-berhala mereka tidak sampai kepada Allah; dan saji-sajian yang diperuntukkan bagi Allah, maka sajian itu sampai kepada berhala-berhala mereka. Amat buruklah ketetapan mereka itu” . (Terjemah QS. Al-An’am(6):136).

Maka alangkah anehnya bila saat ini ada Negara, contohnya Belgia, yang baru-baru ini mengeluarkan larangan berkurban bagi umat Islam. Apa alasannya? Bila cara penyembelihannya yang dipertanyakan, ketahuilah bahwa Rasulullah Muhammad saw adalah mahluk Allah yang paling menyayangi mahluk ciptaan Allah, termasuk hewan.

“Sesungguhnya Allah mewajibkan perbuatan baik terhadap segala sesuatu. Apabila kalian membunuh maka bunuhlah dengan cara yang baik. Dan jika kalian menyembelih maka sembelihlah dengan cara yang baik pula. Hendaklah salah seorang diantara kalian menajamkan pisaunya dan menyenangkan (tidak menyiksa) sesembelihannya.” (H.R. Muslim)

Dari Ibnu Abbas Radhiallahu’anhu bahwa Rasulullah pernah melewati seseorang yang meletakkan kakinya didekat leher seekor kambing, sedangkan dia menajamkan pisaunya. Binatang itu pun melirik kepadanya. Lalu beliau bersabda (artinya): “Mengapa engkau tidak menajamkannya sebelum ini (sebelum dibaringkan, pen)?! Apakah engkau ingin mematikannya sebanyak dua kali?!.” (H.R. Ath Thabrani dengan sanad shahih)

Pengalaman pribadi kami dengan seorang sahabat non Muslim  yang asli Perancis, ia lebih senang membeli daging halal yang ada di kotanya. Alasannya, dagingnya lebih empuk dibanding daging standard yang dijual di kota tersebut. Tidak mengherankan bukan? Karena hewan yang dipotong secara syar’i memang  dalam keadaan santai alias tidak tegang hingga dagingnya lebih empuk dibanding yang tidak dipotong secara syar’ i.  Perumpamaannya, persis ketika seseorang akan diambil darahnya, si perawat pasti selalu mengingatkan agar kita tidak tegang, supaya darah lebih mudah diambil.

http://www.arrahmah.com/kajian-islam/jelang-idul-adha-4-syarat-syarat-penyembelihan-hewan-kurban.html

Mungkin yang masih harus menjadi PR bagi kita umat Islam, adalah penyelenggaraannya yang kadang kurang memperhatikan faktor kebersihan dan area pemotongan yang sering kali terkesan sembarangan.

Wallahu’ alam bish shawwab.

Jakarta, 7 September 2015.

Vien AM.

Read Full Post »

kisahmuallaf.com – Melekh Yacov lahir di New York. Ia dibesarkan dalam keluarga Yahudi Hasidic, kelompok Yahudi ultra-ortodoks. Berbeda dengan penganut Hasidic lain, keluarga Yacov tergolong biasa-biasa saja dalam menjalankan keyakinannya.

“Kami tidak seperti itu, kami tetap beraktivitas ketika hari sabat. Saya juga tidak mengenakan yarmulke di kepala. Yang pasti, keluargaku lebih banyak dipengaruhi kehidupan sekuler,” kenang Yacov.

Semasa muda, Yacov merasa tidak seperti orang Yahudi. Ia tidak lagi mempedulikan hari sabat. Ia juga sering mengkonsumsi makanan non halal. Yacov sadar, dirinya tidak lagi mematuhi aturan. Saat itu ia berpikir, apa yang ia lakukan merupakan kehendak Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Padahal semasa kecil, ia banyak mendengar cerita kisah para rabi seperti Eliezar, Baal Shem Tov dan Taurat.

Setiap cerita yang ia dengar menunjukan Yahudi sepanjang sejarah selalu ditindas. Selama itu pula, Tuhan bersama umatnya sampai akhir. “Bangsa kami selalu mendapat anugerah-Nya. Jika seseorang ingin memperoleh pandangan objektif tentang alasan orang Yahudi memiliki sikap zionis maka anda harus melihat bagaimana kami didoktrin sejak kecil. Itulah mengapa, kami seolah tidak pernah melakukan kesalahan apapun,” paparnya.

Yacov tahu betul bahwa orang Yahudi memiliki ikatan yang kuat satu dengan yang lain. Setiap orang Yahudi selalu memegang erat “umat pilihan” Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Tapi ia tidak merasa nyaman dengan itu.

Ia masih ingat, betapa membosankannya saat ia diajak ayahnya mengunjungi sinagoga “Saya merasa aneh dengan melihat banyak orang bertopi hitam dengan janggut panjang lalu berdoa dengan bahasa Ibrani,” ucapnya.

Memasuki usia 13 tahun, Yacov menjalani proses khitan, atau dalam tradisi Yahudi disebut Bar-mitvahh’ed. Lalu, setiap paginya ia menempatkan Tefilin, kotak hitam berisi ayat Taurat.

Namun, kebiasaan itu tidak berlangsung lama. Awalnya, ayah Yacov bertengkar dengan anggota jamaah lain. Sejak itu, ayah menolak untuk mendatangi sinagoga.

Tak berselang lama, ayahnya memutuskan untuk memeluk agama Kristen. Putusan itu lantaran diajak temannya. Ibunya enggan menerima keputusan suaminya itu, dan akhirnya mengajukan cerai. Masa-masa ini merupakan yang terberat dalam hidup Yacov.

“Keputusan ayah banyak berpengaruh padaku. Saya sendiri bingung, sebenarnya apa Yahudi itu apakah bangsa, budaya atau agama. JIka bangsa, mengapa orang Yahudi selalu menjadi warga negara kelas dua. Jika agama, mengapa setiap doa dibacakan dalam bahasa Ibrani. Lalu jika budaya, jika seseorang berhenti menjadi Yahudi maka ia berhenti berbicara bahasa Ibrani dan mempraktekan tradisi Yahudi,”
tanya Yacov.

Pertanyaan lain yang mengemuka dalam pikiran Yacov adalah mengapa Ibrahim disebut Yahudi padahal ia hidup sebelum Taurat diturunkan kepada Nabi Musa. Anehnya lagi, Taurat tidak menyebutkan Nabi Ibrahim sebagai orang Yahudi. Kata Yahudi sendiri berasal dari nama salah satu dari 12 anak Nabi Yakub, yakni Yehuda.

“Dalam tradisi Yahudi sendiri, ketika ibunya seorang Yahudi, maka anda dapat menjadi orang Yahudi meski memeluk agama Kristen atau atheis. Sejak itu, saya mulai menjauh dari tradisi Yahudi, karena saya tidak puas lantaran terlalu banyak tanda tanya,” ujarnya.

Sejenak menjauh dari tradisi Yahudi, Yacov mulai terpesona dengan budaya asli Amerika. Mereka dinilai Yacov memiliki semangat juang tinggi menghadapi sikap jumawa kulit putih. Mereka terusir dari tanah kelahirannya sendiri. Terkucil, namun tidak berputus asa dengan keadaan.

Kondisi itu, ditangkap Yacov, seperti apa yang dialami bangsa Palestina. Selama ribuan tahun, bangsa Palestina menempati tanah suci. Kini, mereka harus digantikan orang Yahudi.

Penduduk asli terpaksa tinggal di kamp pengungsi. “Lalu saya bertanya kepada orang tua tentang apa perbedaan warga asli Amerika dan Palestina. Jawaban yang saya dapatkan adalah bangsa Palestina selalu ingin membunuh orang Yahudi lalu mengusir mereka ke laut,” ungkapnya.

Namun, Yacov tidak begitu saja menerima jawaban itu. Menurut dia, orang Yahudilah yang membunuhi warga Palestina. Bagaimana bisa, orang Yahudi menyangkal pengusiran yang dilakukannya. “Mereka memprotes adanya pembantaian etnis. Tapi mereka sendiri melakukannya. Mereka berdalih hal itu dibenarkan dalam Taurat, tapi sebenarnya tidak seperti itu,” ucap Yacov.

Memasuki jenjang sekolah menengah, Yacov mulai tertarik mendalami filsafat. Ia menghabiskan waktu membaca karya pemikir-pemikir besar, seperti filsuf Yahudi Spinoza. Ia juga membaca karya Abram Leon, tokoh komunis Belgia, yang tewas di Aushwitz. Tak ketinggalan karya Karl Marx, Lenin, Stalin, Mao Zeding dan Leon Trotsky.

“Setiap kali saya membaca Marxisme, saya merasakan ada sesuatu yang hilang dalam hidup saya. Kadang saya merasa telah menemukan jawabannya, namun sebenarnya tidak,” kenang dia.

Setelah bertemu semua kelompok kiri, Yacov tidak bisa seutuhnya menerima konsep atheisme. Ia percaya, ada tujuan akhir dalam hidup ini. Agama adalah alat untuk menjembatani antara kehidupan di dunia dan kehidupan lain sesudah kematian.

Di sisi lain, ia membenci aliran fundamentalis dalam agama. “Saya masih percaya adanya agama, tapi saya merasa skeptis dengan terhadap semua agama,” paparnya.

Kekosongan itu, secara perlahan mulai terisi. Ia tidak ingat, apa yang membuatnya tertarik dengan Islam. Namun, ia pernah mendengar ibunya bercerita tentang Islam, sosok Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, keturunan Ibrahim ‘Alaihissalam dari bangsa Arab.

“Saat itu saya melihat Islam hanya sebatas agama yang menyembah satu Tuhan. Tapi pandangan saya berubah, ketika sepupu saya (Chasid) mengatakan jika seorang Yahudi menjadi Muslim maka ia akan berbuat dosa. Saya sontak terkejut,” kenangnya.

Ketika tragedi 9/11, gerakan anti Islam tumbuh pesat. Awalnya, ia sadar ada sesuatu yang dilindungi. Hal itu yang membuatnya tertarik mengenal lebih dalam tentang Islam. “Saya bersyukur, tanpa mereka (media dan masyarakat), saya tidak akan mendalami Islam,” ucapnya.

Suatu hari, ia mendengar diskusi tentang fakta ilmiah dalam Injil. Sekelebat, ia bertanya, apakah Alquran memiliki fakta ilmiah didalamnya. Pertanyaan itu segera ia cari jawabannya. Ia gali informasi lewat internet. Butuh banyak artikel yang perlu ia baca guna menemukan jawaban itu. ia pun terkejut dengan apa yang ia baca.

“Al-Quran memiliki pesan moral yang luar biasa. Sangat menyenangkan ketika membacanya. Sekitar lima bulan mendalami Islam, akhirnya saya memutuskan menjadi Muslim, dan mengucapkan dua kalimat syadahat, Aku Bersaksi tiada Tuhan selain Allah Subhanahu Wa Ta’ala, dan Aku bersaksi Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam utusan Allah Subhanahu Wa Ta’ala,” kenang dia.

Tidak butuh waktu lama, bagi Yacov beradaptasi. Ia melihat Islam merupakan agama yang masuk akal. Islam membantunya memahami dunia. Satu hal yang ia yakini bahwa setiap agama pada dasarnya sama, tetapi telah dirusak oleh manusia dari waktu ke waktu.

“Allah Subhanahu Wa Ta’ala tidak menyebut Yahudi dan Kristen guna memberitahu umat manusia untuk menyembah-Nya. Allah Subhanahu Wa Ta’ala hanya menyebut Islam, jelas dan sederhana.”
ujarnya penuh keyakinan.

Allahuakbar …

Jakarta, 3 September 2015.

Vien AM.

Dicopy dari : http://www.kisahmuallaf.com/melekh-yacov-yahudi-hasidic-yang-memeluk-islam/

Read Full Post »