Kasus pelecehan ayat 51 surat Al-Maidah oleh Ahok, gubernur DKI yang menggantikan Jokowi karena Jokowi terpilih sebagai presiden, bergulir makin tak terkendali. Demo yang terjadi pada Jumat 14 Oktober di Jakarta dan 22 Oktober di kota-kota besar lainnya, dengan tujuan agar pemerintah segera mengadili Ahok, berbuntut panjang. Padahal demo yang diikuti ratusan ribu orang dari berbagai ormas, dengan Habib Riziek dari FPI sebagai pimpinan, berjalan damai.
Ironisnya lagi, MUI, yang beberapa hari sebelumnya mengeluarkan fatwa bahwa orang no 1 di DKI tersebut terbukti telah melecehkan Al-Quran dan ulama, justru di-bully. Demikian pula para ulama yang mayoritas memang sependapat dengan keputusan MUI.
Perbuatan Ahok jelas telah melanggar rambu-rambu toleransi. Apa maksudnya “ dibohongi (pake) Al-Maidah 51”, dengan atau tanpa kata pake”, yang isinya jelas-jelas melarang umat Islam memilih pemimpin kafir alias non Muslim sementara ia sendiri adalah si calon pemimpin kafir??? Ayat tersebut jelas merugikannya maka tak heran bila ia berkata demikian dengan tujuan agar kaum Muslimin mengabaikan ayat tersebut dan tetap memilihnya. Itu sudah teramat sangat jelas, tanpa perlu bantuan ahli bahasa awampun sudah dapat menangkapnya. Demi ambisi politiknya yang demikian menggebu dilanggarnyalah pembatas toleransi
Bila ia mengomentari ayat suci umat Islam tersebut di dalam gereja di depan para pemeluknya mungkin masih bisa ditrima. Tapi di depan pejabat negara dan warga sebuah pulau tak jauh dari daerah kekuasaannya, dengan mengenakan seragam kerja pula??
Untuk diingat, pelecehan terhadap Rasulullah dan ayat-ayat Allah sudah ada sejak zaman hidup Rasulullah, yaitu oleh orang-orang Yahudi dan musyrikin Mekah. Pengusiran perkampungan Yahudi bani Qainuqa di sekitar Madinah pada awal tahun 2 H yang akhirnya dilakukan Rasulullah, adalah buntut dari pelecehan terhadap seorang Muslimah.
https://almanhaj.or.id/3015-hukum-istihza-bid-din-memperolok-agama.html
“Jika mereka merusak sumpah (perjanjian damai)nya sesudah mereka berjanji dan mereka mencerca agama kalian, maka perangilah pemimpin-pemimpin orang-orang kafir itu, karena sesungguhnya mereka itu adalah orang-orang yang tidak dapat dipegang janjinya, agar supaya mereka berhenti.” (Terjemah QS. At-Taubah [9]: 12)
Indonesia memang bukan negara Islam meski mayoritas penduduknya Muslim. Oleh sebab itu para ulama berusaha menahan diri untuk tidak menuntut Ahok secara hukum syariat. Namun sebagai negara hukum sudah sepantasnya bila kemudian kaum Muslimin berdemo menuntut agar pemerintah segera mengadili Ahok.
Tapi mengapa justru MUI, FPI dan para ulama yang jadi sasaran tembak? Bahkan orang yang merekam dan menyebarkan video rekaman peristiwa tersebut secara resmi telah diadukan ke kepolisian.
Anehnya lagi, hal tersebut juga dilakukan oleh orang yang mengaku Muslim. Padahal jangankan menyalahkan, membela dan sekedar mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan saja Allah melarangnya.
“Dan sungguh Allah telah menurunkan kepada kamu wahyu di dalam Al-Qur’an bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan (oleh orang-orang kafir), maka janganlah kamu duduk beserta mereka, sehingga mereka memasuki pembicaraan yang lain. Karena sesungguhnya kalau kamu tetap duduk bersama mereka, tentulah kamu serupa dengan mereka. Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan semua orang munafik dan orang kafir di dalam neraka Jahanam.” (Terjemah QS. An-Nisa’ (4): 140)
Tampak jelas, Ahok secara sengaja atau tidak telah berhasil memecah-belah bangsa yang dibangun oleh darah para syuhada dengan susah payah ini. Demi mengejar ambisinya, koar-koarnya di awal agar tidak menggunakan isu SARA menjelang pilkada nyatanya justru dilanggarnya sendiri. Mungkinkah Ahok tidak menyadari akibat perbuatan busuknya itu ??? Adakah ia mempunyai tujuan dan maksud tertentu ???
Sebaiknya kita segera mengingat apa yang terjadi di sebagian negara di Timur Tengah, khususnya tragedi memilukan Suriah, yang telah memasuki tahun ke 5. Tragedi mengerikan ini diawali dengan adanya tuntutan rakyat terhadap pemerintahan Basar Assad yang dinilai tidak adil memperlakukan rakyatnya. Untuk diingat, Basar adalah penganut Syiah yang merupakan minoritas di tengah rakyatnya yang mayoritas Sunni.
Di Indonesia, Syiah baru belakangan ini saja berhasil menyusup ke tengah masyarakatnya yang mayoritas Sunni. Ini semua tak terlepas dari makin menguatnya pengaruh paham liberal dengan JILnya ( Jaringan Islam Liberal) yang terus merongrong aqidah umat Islam di bumi tercinta ini.
Nusron Wahid, contohnya, yang walaupun berlatar belakang NU, namun kenyataannya amat sangat membela Ahok. Dengan “ gagah” jurkam sekaligus ketua tim pemenangan Pilkada Golkar untuk Ahok – Djarot ini berkata “ Yang paling tahu tentang apa yang disampaikan Ahok di Pulau Seribu, ya Ahok sendiri”.
Ia juga menyalahkan para ulama yang dianggapnya sok pintar dengan pernyataan “ “Yang namanya Alquran, yang paling sah untuk menafsirkan dan paling tahu tentang Alquran itu sendiri adalah Allah SWT dan Rasul SAW !” .
Pernyataan tersebut sungguh tidak sejalan dengan paham Liberal yang dianutnya selama ini, yaitu bahwa segala sesuatu harus sesuai dengan akal dan pikiran manusia. Bagaimana manusia harus menyikapi Al-Quran bila hanya Allah dan Rasulullah yang memahaminya. Lagi pula ayat yang di-lecehkan Ahok itu adalah ayat yang jelas, tidak perlu penafsiran khusus. Bahkan terjemah “teman setia” untuk kata “ awliya” yang dikeluarkan depag secara resmi beberapa tahun yang lalu, tidak menggugurkan keharaman memilih pemimpin kafir. Bayangkan bila teman setia saja dilarang, apa lagi pemimpin. Bukankah seorang pemimpin lebih bisa memaksakan kehendak dari pada teman setia ?? Anehnya lagi, bila hanya Allah dan Rasulullah yang bisa memahami ayat-ayat-Nya, mengapa Ahok bisa, padahal meng-iman-inyapun tidak ???
Mungkin inilah yang Allah sering namakan “ menjual ayat” dan menukarnya dengan jumlah yang tidak sedikit. Yaitu demi mensukseskan Ahok, agar tidak terjegal di pilkada apalagi gagal menjadi DKI1 maka diplintirnyalah ayat-ayat Allah, apapun resikonya.
“Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah diturunkan Allah, yaitu Al Kitab dan menjualnya dengan harga yang sedikit (murah), mereka itu sebenarnya tidak memakan (tidak menelan) ke dalam perutnya melainkan api, dan Allah tidak akan berbicara kepada mereka pada hari kiamat dan tidak akan mensucikan mereka dan bagi mereka siksa yang amat pedih”. ( Terjemah QS. Al-Baqarah (2):174).
https://rumaysho.com/14628-surat-al-maidah-ayat-51-jangan-memilih-pemimpin-non-muslim.html
Kembali kepada fenomena yang terjadi di Timur Tengah. Perpecahan dan perang saudara antar sesama Muslim, sudah pasti membuat umat ini lemah, yang akibatnya dengan mudah menjadi bulan-bulanan musuh-musuh Islam yang telah lama mengincar dan mengharapkan jatuhnya Islam. Lihat apa yang dilakukan pasukan Amerika, Inggris, Perancis, Jerman, Rusia dll di negri-negri Islam tersebut?? Apa kepentingan mereka ???
Sejarah membuktikan betapa semangat jihad kaum Muslimin di masa lalu sungguh tidak terkalahkan. Islam adalah rahmatan lil ‘alamiin tapi bukan berarti bisa dihina dan dilecehkan. Hukum Allah untuk ditegakkan bukan hanya untuk dibaca dan disimpan di hati. Dakwah dan ajakan untuk memeluk Islam, menyembah hanya kepada-Nya adalah demi menjalankan perintah-Nya, dan untuk kepentingan manusia sendiri, bukan untuk Nya.
Namun orang-orang yang berpenyakit hati tidak mau menerimanya, bahkan memusuhinya. Maka dicarilah strategi baru untuk mengalahkan Islam, yaitu melalui isu toleransi dan demokrasi yang berlebihan, liberalime bahwa semua agama adalah sama dan benar, dll. Syariat Islam seperti jihad membela agama dan persaudaraan sesama muslim dicitrakan sebagai hal yang negative. Celakanya, semua itu dikemas sedemikian halusnya hingga kaum Muslimin tidak menyadarinya, hingga sedikit demi sedikit merasa malu dan merasa tidak percaya diri dengan ajarannya. Itulah yang dinamakan perang pemikiran atau Ghazwul Fikri.
Toleransi contohnya. Dengan kasat mata kita bisa menyaksikan bagaimana Barat memusuhi Islam. Bahkan calon presiden AS, Donald Trump terang-terangan tidak akan mengizinkan Islam berkembang di negaranya bila ia terpilih sebagai presiden nanti. Hak Muslim yang hidup di negara-negara yang katanya toleran itu juga tidak terpenuhi. Masjid terbatas, shalat, jilbab dipersulit dll. Demo anti Islam di negara-negara dimana Islam hanya minoritas hampir setiap hari terus berjalan. Belum lagi apa yang terjadi terhadap Muslim di Myanmar yang merupakan minoritas. Para perempuan yang diperkosa, rumah dijarah dan dibakar.
http://www.reuters.com/article/us-myanmar-rohingya-exclusive-idUSKCN12S0AP
Sebaliknya, di negara-negara mayoritas Islam demo anti agama di luar Islam hampir tidak pernah ada. Di Indonesia, gereja jumlahnya tak terhingga, orang memakai salib tidak ada yang mempermasalahkan, hari besar keagamaan libur, dll.
Ironisnya, kantor-kantor berita main stream termasuk di Indonesia, selalu memberitakan hal-hal buruk mengenai Islam, bahwa Islam adalah agama yang tidak toleran, radikal, teroris dll. Bahkan Muslim Palestina yang setiap hari ditindas Zionis Israel, di negaranya sendiri pula, tetap selalu disalahkan.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
“Sesungguhnya Allah meridhoi kamu tiga perkara dan membenci kamu tiga perkara ; Dia meridhoi kamu apabila kamu beribadah kepada-Nya dan tidak menyekutukan sesuatu kepada-Nya, dan apabila kamu berpegang teguh kepada tali Allah semua dan kamu tidak berpecah-belah” [HR Muslim : 3236]
Dan beginilah akhirnya. Umat Muslim akhirnya terpecah belah, bahkan dalam hal memilih pemimpin padahal sangat jelas ayatnya. Kini kita tinggal menanti, apakah para pemimpin republik ini mau mendengar seruan para ulama yang berpegang teguh pada Al-Quranul Karim dan As-Sunnah agar segera mengadili Ahok yang telah melanggar toleransi beragama, atau tetap mendiamkannya hingga kesabaran umat yang sudah memanas ini makin meluap tak terkendali. Yang juga patut menjadi catatan, bila negri tercinta ini sampai mengalami nasib seperti Suriah, na’udzubillah min dzalik, bukan hanya umat Islam yang menderita, tapi juga umat agama lain. Sementara hidup di pengungsianpun bukan hal yang menjanjikan.
Dari Tsauban Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
“Sesungguhnya yang paling aku takutkan dari umatku adalah para pemimpin yang menyesatkan” [HR Tirmidzi].
Dari Umar bin Khattab Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
“Aku tinggalkan kepadamu dua perkara, kamu tidak akan tersesat selamanya yaitu kitab Allah dan Sunnah Nabi-Nya’ [HR Imam Malik].
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin (awliya); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim”. ( Terjemah QS.Al-Maidah (5):51).
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil jadi pemimpinmu, orang-orang yang membuat agamamu jadi buah ejekan dan permainan, (yaitu) di antara orang-orang yang telah diberi Kitab sebelummu, dan orang-orang yang kafir (orang-orang musyrik). Dan bertakwalah kepada Allah jika kamu betul-betul orang-orang yang beriman”. ( Terjemah QS.Al-Maidah (5):57).
Wallahu’alam bish shawwab.
Jakarta, 24 Oktober 2016.
Vien AM.
Leave a Reply