Sesuai rencana, acara Reuni 212 yang digelar bersamaan dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW berlangsung aman, lancar dan tertib. Perhelatan yang diawali di masjid Istiqlal pukul 3.00 dengan shalat Tahajud, dilanjutkan dengan shalat Subuh berjamaah ini kemudian dilanjutkan dengan berkumpul di Monas untuk mendengarkan tausiyah yang diberikan oleh sejumlah ulama. Ketua GNPF –MUI uzt Bahtiar Nasir dan wakilnya yaitu ust Zaitun Rasmin yang merupakan penggerak ABI 2016 lalu terlihat bersama uztad-uztad kondang seperti uzt Abdul Somad, uzt Fadzlan Garamatan, uzt Felix Siauw, uzt Didin Hafihuddin dll, disamping tokoh-tokoh alumni 212 seperti Amien Rais, Fahri Hamzah, Fadli Zon dll. Acara ini diikuti para alumni 212 dari berbagai daerah di Pulau Jawa dan luar Pulau Jawa yang kabarnya mencapai bilangan jutaan. Allahu Akbar …
Lantunan shalawat serta pekik takbir menggema di halaman luar Masjid Istiqlal. Semangat mengikuti Reuni 212 terpancar dari setiap raut wajah peserta yang hadir. Dengan pakaian serba putih, warna kesukaan Rasulullah sebagai dress code, jamaah silih berganti memasuki Masjid Istiqlal. Harap maklum karena rupanya tidak semua pintu masjid dibuka untuk umum.
“Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allah Allahu Akbar,” pekik para peserta Reuni Akbar saat memasuki halaman Masjid Istiqlal.
Kehadiran Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan di Lapangan Monas, setelah menghadiri Subuh berjamaah di masjid Istiqlal yang rupanya tidak terdeteksi jamaah masjid, mendapat sambutan hangat dan menambah semangat jamaah yang hadir di tempat tersebut.
Dalam kesempatan tersebut sang gubernur memohon doa dari para peserta agar bisa menjalankan amanah memimpin Jakarta dan menuntaskan janji dengan sebaik-baiknya. “Kami ingin membangun Jakarta menjadi kota yang maju, yang warganya bahagia, yang warganya merasakan suasana tenang, nyaman berdasarkan iman dan takwa,” imbuhnya.
Sementara Ustadz Zaitun Rasmin yang mewakili GNPF –MUI mengungkapkan bahwa pendapat sebagian orang bahwa Islam itu radikal, intoleransi, anti-NKRI, anti-Pancasila dll, terbantah dengan terlaksananya reuni 212 yang tertib, aman dan damai. Persatuan Islam yang selama ini ingin dkoyak musuh-musuh Islam paska 212 justru terlihat solid. Baik peserta maupun tokoh dari berbagai ormas yang hadir pada kesempatan tersebut mampu membuktikan meski terdapat perbedaan pendapat, mereka bisa saling menerima dan menghargai perbedaan-perbedaan yang ada.
Wakil GNPF –MUI tersebut juga mengingatkan untuk tidak menanggapi mereka yang berkomentar negatif terhadap Reuni Alumni 212. Diantaranya Kapolri Jenderal Tito Karnavian yang menyebutkan reuni itu bermotif politik. “Ini (Reuni 212) juga enggak akan jauh-jauh dari politik juga, politik 2018. Ini pastinya ke arah politik 2018 dan 2019,” tandas Tito di Hotel Bidakara, Kamis (30/11).
Atau komentar Wiranto di Kompleks Istana Kepresidenan, Rabu (29/11), “Gubernur DKI kan sudah dilantik, hal temporer sudah selesai. Beda dengan reuni sekolah. Kalau temporer reuni dan alasannya saya belum tahu”.
Mungkin ke 2 petinggi diatas lupa atau tidak mau tahu bahwa pemicu Aksi Bela Islam yang terjadi tahun lalu itu adalah lisan Ahok yang mengutak-atik ayat suci umat Islam, yaitu ayat 51 surat Al-Quran tentang persyaratan memilih pemimpin. Padahal Ahok sendiri adalah kandidat pemimpin yang berdasarkan ayat tersebut haram untuk dipilih!
“ Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim”. ( Terjemah QS. Al-Maidah (5):51).
Artinya secara sadar atau tidak, Ahok sendiri yang sudah menantang umat Islam untuk berpolitik. Begitulah tampaknya Sang Khalik Allah swt menyentil umat Islam yang selama ini tertidur, lalai dalam menjalankan perintah Tuhannya dalam menjalankan sistim kepemimpinan/pemerintahan. Atau berpolitk dalam istilah “keren”nya.
Umat Islam rupanya telah lama terbius dengan slogan “ Islam Yes Partai Islam No” yang dipopulerkan almarhum Nurcholis Madjid belasan tahun lalu. Sebuah propaganda busuk Barat dan kaum sekuler yang ingin memisahkan umat Islam dari kepemimpinan/politik. Maklum Barat pernah lama trauma dengan kekalahannya dalam memimpin dunia oleh umat Islam. Itulah zaman ke-emasan ke-khalifahan Islam yang detik ini menjadi momok menakutkan, ironisnya bukan hanya bagi Barat tapi juga bagi sebagian orang yang mengaku Islam !
Tak terkecuali umat Islam di negri tercinta kita, Indonesia, yang katanya mayoritas Islam itu. Kriminalsasi ulama, pengakuan aliran kepercayaan dalam kolom agama di ktp, penerimaan kaum Homoseksual hingga pembubaran ormas yang dianggap ingin menghidupkan sistim ke-khalifahan. Lucunya semua itu dengan embel-embel demi membela Pancasila dan NKRI. Padahal sila pertama Pancasila, sejak dulu adalah “ Ketuhahan Yang Maha Esa”, pasal 29 UUD memberi kebebasan dan hak warga negara untuk melaksanakan ajaran agama masing-masing. Dan agama yang diakui negara ada 6 yaitu Islam, Protestan, Katolik, Hindu, Buddha dan Khonghucu.
Namun yang lebih menyedihkan lagi adalah adanya persepsi yang kelihatannya sengaja diarahkan bahwa mereka yang pro212 adalah anti NKRI dan anti Pancasila. Sementara yang anti212 berarti cinta NKRI dan Pancasila. Sungguh cara adu domba yang sangat menyakitkan dan sama sekali tidak lucu.
Ini masih ditambah dengan diberikannya penghargaan acara dakwah Islam kepada Metro TV. Penghargaan ini langsung diserahkan oleh mentri agama Lukman Hakim Saifuddin pada November yang baru lalu. Padahal selama ini media tv milik politikus Nasdem Surya Paloh tersebut sering sekali memberitakan berita mengenai dunia Islam secara tidak seimbang bahkan terkesan mengadu-domba sesama Muslim. Apalagi yang berkenaan dengan kegiatan 212. Tak heran bila kantor berita tersebut sering diplesetkan dengan julukan Metrotipu.
Pada liputan Reuni 212 yang baru lalu, pembawa berita media tv tersebut dengan nada dan gaya bahasa mengesalkan menyebut para peserta reuni sebagai orang-orang yang tidak toleran. Dengan santai ia mengatakan bahwa acara tersebut sangat menyakitkan hati pendukung Ahok. Padahal harusnya peserta Reuni 212 sudah puas dengan menangnya jagoan mereka dan dipenjarakanya sang saingan !?!? HHmmm hanya sebegitu sajakah menurutnya Reuni212, juga arti toleransi baginya???
Anehnya lagi, Metro TV yang selama ini sering memojokkan berita-berita mengenai kerjaan Arab Saudi termasuk isu Wahabi yang mempunyai pengikut cukup banyak di tanah air, tiba-tiba membuat acara dakwah di stasiunnya dengan pembicara uztad yang sering dituduh sebagai Wahabi. Apa maksud dibalik semua itu? Wahabi seperti juga yang di Arab Saudi memang berprinsip tidak boleh melawan pemerintah yang sedang berkuasa. Oleh sebab itu mereka tidak menganjurkan pengikutnya untuk berpartipasi dalam Reuni 212. Tapi mengapa tiba-tiba Metro memunculkannya di tengah suasana ini ?? Apa itu namanya bukan adu domba??
“Sesungguhnya setan telah kehilangan harapan untuk disembah oleh orang Islam, untuk itu setan memecah-belah mereka” (HR Bukhari).
Belum lagi pernyataan Azyumardi Azra pada acara ILC bertajuk “ Reuni 212, perlukah?” yang baru lalu. Dengan santai tokoh JIl (jaringan Islam Liberal) itu malah mempermasalah peringatan Maulud Nabi yang menurutnya bi’dah. Padahal hampir semua ulama sepakat bahwa hal tersebut adalah khilafiyah ( ada perbedan pendapat). Bukan saatnya lagi umat Islam memperdebatkan hal-hal yang sifatnya bukan aqidah. Tapi ya maklumlah, bukan JIL kalau tidak demikian.
http://forum1dakwah.blogspot.co.id/2013/04/azyumardi-azra-melontarkan-pernyataan.html
“Nabi pernah keluar sedangkan sebagian shahabat sedang berdebat tentang taqdir, maka memerahlah wajah beliau, lalu beliau bersabda : “Apakah dengan ini kalian diperintah?! Atau untuk inikah kalian diciptakan?! Kalian membenturkan ayat dengan ayat !! Karena inilah umat-umat sebelum kalian Hancur !!” (HR Ahmad, asalnya dari Shahih Muslim).
Imam Ahmad berkata : “Jangan duduk dengan orang yang suka berdebat (dengan sesama Muslim) meskipun dia membela kebenaran, sebab sesungguhnya yang demikian tidak akan berubah menuju kebaikan.”
Sementara Lukman Hakim sendiri sebagai seorang mentri agama tidak jarang mengecewakan umat Islam. Diantaranya adalah dukungan kentalnya terhadap kaum Homoseksual, yang dibuktikan dengan kehadirannya di acara mereka. Selain memberikan sambutan kabarnya Lukman Hakim juga menangis mendengar curhatan kaum nabi Luth yang jelas-jelas dilaknat Al-Quran karena prilaku menyimpangnya. Sebaliknya terhadap acara Reuni 212, alih-alih menunjukkan simpati, Lukman justru mempertanyakan urgensi acara tersebut.
Dengan adanya berbagai fakta di atas jelas bahwa reuni 212 itu penting untuk dilakukan. Agar umat Islam senantiasa ingat dan sadar akan hak dan tanggung-jawabnya, serta agar selalu besatu. Tujuan ABI baik 411 maupun 212 tahun lalu bukan sekedar menuntut Ahok dipenjarakan karena menistakan ajaran Islam. Lebih dari itu, yaitu agar umat Islam mau kembali mentaati Al-Quran dan hadist. Apalagi sebentar lagi pemilihan presiden sudah hampir tiba.
Persis seperti yang sering dikatakan uztad Abdul Somad, sampai berbuih mulut para uztad dan ulama menyampaikan ajaran Islam bila pemimpinnya tidak mau tunduk pada ajarannya, percuma semua itu. Sebaliknya, tanda tangan seorang pemimpin, tanpa sepatah katapun keluar dari mulutnya, mampu membuat apa yang disampaikan para uztad dan ulama berjalan. Itu sebabnya Allah swt memerintahkan umat Islam agar memilih pemimpin sesama Muslim. Agar dengan demikian hukum dan peraturan bisa sesuai ajaran kita, seperti haramnya riba, judi dan pelacuran, pentingnya kehalalalan suatu makanan, tentang perlindungan terhadap kaum hawa seperti menutup aurat, warisan dan lain-lain sebagainya. Diadakannya musola di halte bus way misalnya. Itu adalah contoh yang kelihatannya sepele dari kepemimpinan Anis Bawesdan sebagai gubernur DKI yang baru 2 bulan.
ABI berseri yang terjadi tahun lalu sejatinya adalah bagaikan membangunkan harimau yang sedang tidur. Itulah umat Islam yang selama ini abai terhadap hak politik, mudah dipecah belah dan hanya sibuk dengan perbedaan-perbedaan amalan yang tidak mendasar. Umat Islam telah membuktikan bila kita bersatu pasti Allah swt akan membantu memenangkan kita meskipun musuh-musuh Islam lebih banyak dan lebih kuat. Ajaran Islam bukan hanya mengenai akhirat namun juga urusan dunia.
“ Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (keni`matan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”.( Terjemah QS. Al-Qashash(28):77).
Bukankah Islam itu rahmatan lil aalamiin, oleh sebab itu adalah fitrah harus menjadi pemimpin/khalifah di muka bumi. Bagi seorang Muslim dunia itu ladang tempat kita beramal yang akan menentukan hidup kita di akhirat nanti. Tidak penting apa partai dan siapa orangnya. Namun selama ia mau tunduk pada Tuhannya Yang Esa, dan bersedia berkomitmen menjalankan kepemimpinan sesuai Al-Quran dan Hadist sebagaimana dicontohkan Rasulullah saw maka orang tersebut patut kita pilih dan jadikan pemimpin tertinggi kita.
“ Atau siapakah yang memperkenankan (do`a) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdo`a kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Amat sedikitlah kamu mengingati (Nya)”. ( Terjemah QS. An-Naml(27):62).
Reuni 212 juga adalah “show of force” untuk menunjukkan bahwa kita kuat dan mampu bersatu. Persis yang dicontohkan Rasulullah saw ketika kaum Muslimin ber-ihram. Yaitu dengan memperlihatkan bahu kanannya. Padahal ketika itu para sahabat sedang dalam kondisi amat lelah akibat perang bertubi-tubi yang harus mereka hadapi. Islam itu rahmatan lil aalamiin, sejuk, aman, sabar. Tapi bukan berarti mudah untuk dilecehkan apalagi dipermainkan.
“Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” ( Terjemah QS. Al Anfaal (8): 46).
Dan untuk kesekian kalinya umat Islam di Indonesia telah membuktikan hal tersebut. Aksi yang diikuti jutaan orang tersebut berjalan tenang, aman dan tertib tanpa sampah tertinggal berserakan. Bahkan rumputpun dijaga agar tidak terinjak. Masya Allah ….
Wallahu’alam bish shawwab.
Jakarta, 14 Desmber 2017.
Vien AM.