Abdurrahman bin Auf dan Thalhah bin Ubaidillah adalah sahabat dari golongan Al-Sabiqun Al-Awwalun (orang-orang terdahulu yang pertama kali memeluk Islam) dari kaum Muhajirin. Keduanya berasal dari keluarga terpandang Quraisy, yang sampai akhir hayatnya tetap dikenal sebagai orang kaya raya berkat bakat dagang yang dikaruniakan Allah swt. Mereka adalah Pebisnis sukses, kata orang zaman sekarang.
Abdurrahman dan Thalhah dilahirkan dan tumbuh di lingkungan kota Mekah pada masa kejahiliyahan meraja lela. Pada saat itu penyembahan berhala, kebiasaan minum khamar, perzinahan, para perempuan mengumbar aurat, anak perempuan dikubur hidup-hidup, mengundi nasib, sistim riba, balas dendam dll adalah sesuatu yang biasa.
Namun pada saat datangnya Islam, Allah swt memudahkan Abdurrahman dan saudara-saudaranya untuk bersegera menjadi pengikut setia Rasulullah saw. Usia Abdurrahman ketika itu 30 tahun. Itu semua berkat ajakan Abu Bakar Siddiq, sahabat nabi sejak kecil yang langsung beriman begitu nabi memberitahukan Kerasulannya. Abu Bakar ketika itu memang dikenal sebagai orang sukses, kaya raya, didengar dan dipercaya baik karena akhlak maupun kejujurannya dalam berdagang.
Demikian pula Thalhah yang ketika itu baru berusia 16 tahun. Ia memeluk Islam berkat Abu Bakar. Namun sebelumnya ia pernah mendengar berita tentang datangnya seorang nabi baru. Ketika itu ia sedang di Syam mengikuti kafilah dagang. Tiba-tiba seorang rahib mendatangi kafilahnya dan menanyakan apakah mereka sudah mendengar berita kedatangan seorang nabi dari semenanjung Arabia. Nabi tersebut bernama Ahmad. Sang rahib menyarankan agar mereka segera mengikutinya. Itu sebabnya begitu Thalhah kembali ke negrinya ia langsung mendatangi Abu Bakar untuk menanyakan hal tersebut.
Maka sejak itu, baik Abdurrahman maupun Thalhah, bersama sahabat yang waktu itu baru berjumlah 40 orang selalu mengikuti majlis nabi, mulai dari Al-Arqam yang merupakan majlis pertama umat Islam, hingga wafatnya Rasulullah di Madinah. Keduanya juga tercatat tidak pernah ketinggalan dalam berbagai perang baik selama hidup Rasulullah maupun setelahnya.
Seperti juga rata-rata sahabat, Abdurrahman dan Thalhah dikenal sebagai orang yang tawadhu. Meski mereka kaya raya dan sibuk dengan perniagaan, rasa takut, harap dan cinta kepada Sang Khalik tetap tertanam kuat di dalam hati sanubari mereka. Mereka menginfakkan sebagian besar kekayaan mereka untuk membebaskan budak dan berbagai kebutuhan umat demi kemajuan Islam. Tak heran bila Rasulullah menyebut kedua sahabat tersebut sebagai 2 dari 10 sahabat nabi yang telah dijanjikan surga.
Paska wafatnya Rasulullah Abdurrahman bahkan pernah menduduki posisi tinggi sebagai calon khalifah menggantikan Umar bin Khattab yang terbunuh. Namun ia menarik diri demi memberi kesempatan Ustman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib untuk bertarung. Sementara Thalhah yang mempunyai julukan Perisai Rasulullah berkat sepak terjangnya dalam melindungi Rasulullah dalam perang Uhud hingga harus menerima 70 tusukan tombak di lengannya, merupakan satu dari penasehat khalifah. Thalhah wafat sebagai mujahidin dalam perang Jamal yang sarat muatan politik.
Namun kisah menarik yang akan dipaparkan di bawah ini adalah kisah perselisihan antara keduanya yang sangat patut kita jadikan keteladanan. Alkisah Abdurrahman dan Thalhah mempunyai sebidang tanah yang letaknya bersebelahan. Suatu hari Abdurrahman bermaksud mengairi tanahnya lewat tanah Thalhah. Tapi oleh suatu sebab Thalhah tidak mengizinkannya. Abdurrahmanpun mengadukan hal tersebut kepada Rasulullah saw. Namun apa jawaban Rasulullah ?
“Bersabarlah, Thalhah adalah seseorang yang telah wajib baginya surga”.
Abdurahmanpun menahan diri. Ia lalu mendatangi Thalhah dan mengabarkan apa yang disampaikan Rasulullah.
“Wahai saudaraku, apakah harta ini sampai membuatmu mengadukannya kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam?!?”, tanya Thalhah.
“Tadinya memang begitu”, jawab Abdurahman tersipu.
“Aku bersaksi kepada Allah, dan kepada Rasullulah bahwa harta itu menjadi milikmu wahai saudaraku”, seru Thalhah kemudian.
Masya Allah … Padahal Abdurrahman ketika itu sedang kesal. Tapi dengan besar hati ia tetap menyampaikan berita gembira bagi orang yang telah membuatnya kesal. Sementara Thalhah begitu menerima kabar gembira langsung menghadiahkan tanah yang sebelumnya untuk dilewati airnya saja tidak rela. Begitulah sahabat mengakhiri perselisihan, alangkah indahnya …
Dari kisah diatas dapat disimpulkan :
- Pengikut awal Rasulullah bukan melulu orang-orang lemah, miskin dan tertindas, seperti yang selama ini digembar-gemborkan.
- Untuk menjadi ahli surga tidak cukup hanya sebagai ahli ibadah. Ke 10 sahabat yang dijanjikan surga dalam hadist, selain ahli ibadah mereka sangat peduli kepada nasib dan masa depan umat Islam. Termasuk dalam hal kepemimpinan, untuk memilih maupun dipilih. Dengan penuh ikhlas mereka mempertaruhkan jiwa dan harta mereka.
“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar”.( Terjemah QS. At-Taubah (9):100).
“Telah menceritakan kepada kami Qutaibah telah menceritakan kepada kami Abdul Aziz bin Muhammad dari Abdurrahman bin Humaid dari ayahnya dari Abdurrahman bin ‘Auf dia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Abu Bakar masuk surga, Umar masuk surga, Utsman masuk surga, Ali masuk surga, Thalhah masuk surga, Zubeir masuk surga, Abdurrahman bin ‘Auf masuk surga, Sa’ad masuk surga, Sa’id masuk surga dan Abu Ubaidah bin Jarrah masuk surga.” [HR At Tirmidzi (3747), hadits shahih.]
Untuk diingat, Abu Bakar, Umar, Ustman dan Ali adalah khalifah terbaik sepanjang sejarah dunia.
Semoga kita dapat mengambil hikmahnya.
Wallahu ‘alam bish shawwab.
Jakarta, 15 April 2018.
Vien AM.