Feeds:
Posts
Comments

Archive for October, 2009

Bunuh diri dalam Islam hukumnya jelas, dosa bahkan masuk dosa besar! Bunuh diri dengan alasan apapun tidak bisa dibenarkan. Allah melaknat perbuatan ini karena bunuh diri sama dengan tidak bersyukur , tidak menghargai pemberian nikmat hidup yang diberikan-Nya. Hidup adalah ujian, batu loncatan untuk menuju kehidupan yang lebih abadi yaitu kehidupan akhirat. Kehidupan didunia adalah tiket yang harus dipergunakan sebaik mungkin agar dinegri akhirat nanti  tidak terjebak ke dalam derita,  duka nestapa dan penyesalan yang tiada akhir di neraka. 

 Kesulitan  hidup di dunia baik itu kemiskinan, penyakit, kegagalan dalam membina keluarga, kegagalan dalam cinta, kegagalan dalam karier maupun kegagalan-kegagalan lain dalam hidup ini tidak ada artinya sama sekali dibanding siksa neraka. Ini adalah cobaan yang harus dihadapi dengan penuh kesabaran. Dan balasan yang akan diterima seseorang itu tergantung dari tingkat cobaan serta kesabaran yang diperlihatkannya. Makin tinggi dan berat cobaan makin tinggi pula kesabaran yang dibutuhkan. Oleh karenanya ganjaran pahalanyapun  lebih banyak lagi. Disamping itu Allah juga berfirman bahwa Ia tidak akan memberi cobaan lebih dari kemampuan seseorang.

 Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya……”. (QS. Al-Baqarah (2): 286).

 Begitupun membunuh manusia lain. Betapapun miskinnya Allah melarang seseorang membunuh anak-anak mereka.

 “ Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kamilah yang akan memberi rezki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar”(QS.Al-Isra (17):31).

Namun tidak semua perbuatan membunuh itu dilarang. Dengan beberapa alasan Allah membolehkannya. Contohnya yaitu ketika dalam perang. Tetapi dengan catatan  tidak boleh dengan nafsu amarah. Perang dalam Islam yang diperbolehkan adalah dalam rangka menegakkan kebenaran, menegakkan keadilan,melawan kezaliman. Islam adalah agama yang cinta damai tetapi tetap tegas.

Berikut  pengalaman Ali bin Thalib yang amat patut untuk dicontoh.

Pada suatu pertempuran, Ali bin Abi Thalib menjatuhkan lawannya. Kemudian ia meletakkan kakinya di atas dada lawannya lalu menempelkan pedangnya ke leher lawan tersebut. Tetapi ia tidak segera membunuh orang itu.

Mengapa engkau tidak segera membunuhku?” Orang itu berteriak dengan marah.

Aku adalah musuhmu. Mengapa kamu hanya berdiri saja?

Lalu ia meludahi muka Ali. Mulanya Ali menjadi marah, tetapi kemudian dia mengangkat kakinya dari dada orang itu dan menarik kembali pedangnya.

Aku bukan musuhmu”. Ali menjawab. “Musuh yang sebenarnya adalah sifat-sifat buruk yang ada dalam diri kita. Engkau adalah saudaraku, tetapi engkau meludahi mukaku. Ketika engkau meludahi aku, aku menjadi marah dan keangkuhan datang kepadaku. Jika aku membunuhmu dalam keadaan seperti itu, maka aku akan menjadi seorang yang berdosa, seorang pembunuh. Aku akan menjadi seperti semua orang yang kulawan. Perbuatan buruk itu akan terekam atas namaku. Itulah sebabnya aku tidak membunuhmu”.

Sebaliknya Allah swt mengizinkan seseorang untuk menuntut balas atas kematian yang dilakukan seseorang secara sengaja dan zalim terhadap keluarganya. Tetapi dengan syarat tidak melampaui  batas. Apalagi bila si pembunuh telah mengakui kesalahan, meminta maaf serta membayar diat. Maka tidak ada lagi alasan bagi seorang ahli waris untuk membalas kematian tersebut.

Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya), melainkan dengan suatu (alasan) yang benar. Dan barangsiapa dibunuh secara zalim, maka sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepada ahli warisnya, tetapi janganlah ahli waris itu melampaui batas dalam membunuh. Sesungguhnya ia adalah orang yang mendapat pertolongan”.(QS.Al-Isra (17):33).

Bagaimana dengan bom bunuh diri yang belakangan ini makin marak saja terjadi. Saya secara pribadi berpendapat bahwa bom bunuh diri termasuk kasus khusus. Bom bunuh diri yang dilakukan dengan niat mengakhiri berbagai masalah dan kegagalan dalam kehidupan sudah pasti dilarang, haram.hukumnya alias dosa. Namun bom diri yang dilakukan dalam rangka perang  sama hukumnya dengan yang berlaku dalam perang. Bom bunuh diri yang banyak terjadi di wilayah perang seperti di Palestina adalah contohnya.

Harus diakui, seluruh permukaan tanah Palestina adalah wilayah perang. Karena pemerintahan dan negara Israel yang berdiri diatas tanah Palestina dan diakui oleh PBB pada tahun 1948 tidaklah  berdiri atas kemauan dan kehendak rakyat yang mendiami wilayah tersebut.

Sekedar untuk diketahui, Palestina sebelum berdirinya Israel adalah negri yang diakui sebagai negri yang memliki toleransi amat tinggi. Mayoritas penduduknya yang etnis Arab Muslim mampu hidup berdampingan dengan Arab Nasrani, Armenia maupun Yahudi secara rukun dan damai. Berdasarkan sensus penduduk yang dilakukan mandatari  Inggris yang menguasai Palestina sejak tahun 1917, pada tahun 1922 perbandingan jumlah penduduk antara Muslim, Yahudi dan Nasrani adalah 78 : 11 : 10. Pada tahun 1931 adalah 74 : 17 : 9 dan pada tahun 1945 adalah 60 : 31 : 8. Total penduduk ketika itu adalah 1.845.560 jiwa. Gaza, Hebron, Nablus dan Ramallah adalah 4 kota terbesar yang dikuasai Muslim yaitu antara 83 hingga 99 %. Sementara berdasarkan kepemilikan tanah pada tahun 1945 perbandingan Muslim dan Yahudi adalah adalah 84 : 2.

( click : Rahasia Israel Yang Tidak Dipublikasikan )

Namun sejak Israel bercokol ditanah tersebut, kerusuhan dan ketegangan terus saja terjadi setiap hari. Dengan berdatangannya orang-orang Yahudi dari seluruh pelosok dunia,     etnis Arab Muslim yang semula mayoritas makin lama makin terpinggirkan. Mereka terus ditekan, dikucilkan dan terusir. Saat ini mereka hanya menduduki  Gaza dan Tepi Barat yang tidak lebih dari 25 % dari seluruh Palestina sebelum 1948. Itupun letaknya terpisah ratusan km. Dan dengan dibangunnya tembok-tembok pembatas di dalam kota-kota Tepi Barat seperti yang terjadi di Yerusalem Timur, Bethlehem, Jericho dll  sejak tahun 2001 wilayah Palestinapun makin lama makin menyempit. Hingga akhirnya yang tersisa hanya tinggal 12 % saja. Disinilah mereka hidup berdesak-desakan.

Belum lagi dengan kwalitas hidup yang serba dalam kesulitan. Karena otoritas Israel hanya menyalurkan 15 % air bersih dan  listrik ke wilayah ini. Keadaan mereka benar-benar sangat memprihatinkan. Mereka tertindas di tanah air mereka sendiri dan ironisnya lagi seluruh dunia mengetahuinya! Dapatkah kita merasakan bagaimana tertekannya perasaan mereka?  Bagaimana dan dengan apa mereka harus melawan ? Bagaimana mereka dapat meng-agung-kan-Nya, mendirikan ibadah dengan tenang ? Siapa yang mau membela dan melindungi anak-anak mereka ??

Maka bom bunuh diripun akhirnya menjadi pilihan terakhir. Untuk menghindari agar korban sipil dapat ditekan tampaknya agak sulit. Mereka memang tinggal di wilayah yang padat penduduk dengan pos penjagaan tentara yang tersebar dimana-mana. Setiap waktu setiap saat selalu terjadi keributan. Untuk pergi mencari nafkah, ke sekolah, ke pasar  bahkan ke dokterpun mereka musti berkali-kali melalui pos penjagaan yang super ketat. Dibawah todongan senjata pula ! Maka jalan satu-satunya hanya meledakkan diri didepan pos-pos penjagaan tersebut.

Namun bila kemudian aksi bom bunuh diri ini divonis sebagai kejahatan perang, tentunya banyak pihak yang harus dilibatkan dan dipersalahkan. Begitu pula dengan timbulnya kesan kebencian yang begitu mendalam terhadap Amerika Serikat. Amerika Serikat adalah negara adi daya yang menjadi sekongkol Israel. Tanpa dukungan dan perlindungan negri paman Sam ini mustahil Israel dengan Zionisnya mampu berbuat semena-mena terhadap rakyat Palestina. Sebenarnya bahkan umat Kristiani Palestinapun membenci kebijaksanaan Israel. Bagaimanapun mereka merasa bahwa dibawah bendera Palestina Muslim ( dulu) mereka aman. Toleransi diantara pemeluk Islam, Nasrani dan Yahudi sangat tinggi dijunjung.             

Saya sering mendengar dan membaca berita mengenai korban kejahatan perang melalui berbagai media, baik televisi, koran maupun internet. Namun baru kali ini saya mendengar sendiri dari mulut anak perempuan saya yang berumur 15 tahun. Ia murid sebuah SMA di Pau, kota kecil di Perancis Selatan. Di sekolah inilah ia berkenalan dengan seorang remaja Chechnya. Darinya ia mengetahui bahwa temannya tersebut adalah pengungsi korban perang Chechnya.

Chechnya adalah salah satu negara bagian Rusia yang berjuang untuk melepaskan dan memerdekakan diri dari Rusia. Karena letaknya yang berdekatan dengan Turki Ustmaniyah sejak abad 15 mayoritas penduduknya adalah Muslim. Namun dibawah pemerintahan Rusia mereka sangat sulit menjalankan ajaran Islam. Walaupun pada tahun 1991 dengan bubarnya Republik Federasi Rusia, Chechnya berhasil memproklamirkan diri, perang sengit tetap saja terjadi. Rupanya Rusia tidak ingin kehilangan wilayah yang dikabarkan kaya akan minyak ini. Perang yang berlangsung sejak tahun 1994 dan menelan korban meninggal ratusan ribu jiwa, jutaan anak yatim piatu dan cacat serta menghancurkan sebagian besar infrakstuktur negri ini hingga kini sesekali masih saja berlangsung.    

Click : Distruction of Chechnya

Bella, demikian nama remaja tersebut, menceritakan bahwa ia masih dapat mengingat bagaimana kedua saudara lelakinya ditembak tentara Rusia di depan matanya hingga meninggal ketika mereka sedang dalam perjalanan pulang dari sekolah menuju rumah. Menurut anak saya, temannya yang cantik dan santun itu kelihatan kurang percaya diri dan agak pendiam serta pemalu. Saya katakan itu adalah trauma akibat dari apa yang pernah terjadi terhadap dirinya. Ayah Bella hingga saat ini masih sering pulang ke negaranya untuk membantu perjuangan saudara dan teman-temannya. Sementara kakak lelakinya bekerja di salah satu kota di Perancis bagian utara. Dengan gaji yang pas-pasan ia harus menyantuni hidup Bella, adik dan kedua orang-tuanya yang hingga saat ini masih   mengontrak sebuah apartemen sempit di Pau. Bella sendiri bisa sekolah karena bea siswa Perancis.

Suatu hari anak saya juga bercerita bahwa Bella hanya hafal beberapa surat pendek saja dan tampaknya sering meng-qodho shalat Zuhur dan  Asar dengan Magrib! Hampir semua murid di Perancis memang sulit menjalankan shalat Zuhur pada waktunya. Karena selain sekolah tidak menyediakan tempat shalat suasananya juga  kurang mendukung. Biasanya mereka memang meng-qodhonya dengan Asar. Namun dengan Magrib??

Inilah salah satu dampak perang yang nyata terlihat. Anak-anak tidak saja hanya kehilangan orang-tua dan sanak keluarga namun juga bimbingan dan pegangan agama. Bella masih lumayan karena bagaimanapun ia masih menjalankan shalatnya. Namun bagaimana dengan yang lain.. Karena banyak korban perang yang kemudian diadopsi oleh penduduk setempat yang pada umumnya pemeluk Nasrani atau malah Atheis !

Belum lagi dengan nasib mereka yang terpaksa hidup mengemis, tinggal di tenda-tenda pengungsian yang kumuh. Mereka hidup hanya berdasarkan belas kasihan orang lain. Mereka adalah para korban perang yang datang dari berbagai negara seperti Irak, Palestina, Afganistan, Serbia dan Chechnya.

Ironisnya, bahkan sesungguhnya kitapun, rakyat Indonesia yang sebagian besar penduduknya memeluk Islam secara tidak langsung telah ikut andil dalam penghancuran tersebut. Sebab dengan berbelanja dan mengkonsumsi berbagai produk Zionis yang dibungkus label barat berarti kita telah memberikan keuntungan kepada Israel. Dan dengan kekayaan yang makin menggunung itulah  mereka menekan saudara-saudara kita dimanapun berada.

Sungguh mengherankan, di zaman modern ini dimana kata demokrasi, keadilan, persamaan hak dll begitu sering dikumandangkan namun nyatanya penindasan, monopoli, pemaksaaan pikiran bahkan perang masih saja terjadi di hadapan kita. Ironisnya, sebagian umat Muslim dengan begitu na’ifnya tetap saja merasa bahwa mereka sedang tidak ditekan. Padahal jelas apapun dalih dan alasannya yang selalu menjadi korban adalah negara-negara Islam yang mayoritas penduduknya tegar dalam menegakkan agamanya. Setelah Turki Otoman jatuh pada 1924, dunia Islam benar-benar terpuruk. Palestina, Irak, Afganistan, Serbia, Chechnya .. siapa berikutnya .. Iran? Indonesia?  

Sebahagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran. Maka ma`afkanlah dan biarkanlah mereka, sampai Allah mendatangkan perintah-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”. (QS.Al-Baqarah(2):109)

Wallahu’alam bishawab.

Pau – France, 24 Oktober 2009.

Vien AM.

Read Full Post »

( dari milis tetangga,  OASE IMAN Eramuslim ).

An old American Muslim lived on a farm in the mountains of eastern Kentucky with his young grandson. Each morning Grandpa was up early sitting at the kitchen table reading his Qur’an. His grandson wanted to be just like him and tried to imitate him in everyway he could.

One day the grandson asked, “Grandpa, I try to read the Qur’an just like you but I don’t understand it, and what I do understand I forget as soon as I close the book. What good does reading the Qur’an do?”

The Grandfather quietly turned from putting coal in the stove and replied, “Take this coal basket down to the river and bring me back a basket of water.” The boy did as he was told, but all the water leaked out before he got back to the house. The grandfather laughed and said, “You’ll have to move a little faster next time,” and sent him back to the river with the basket to try again.

This time the boy ran faster, but again the basket was empty before he returned home. Out of breath, he told his grandfather that it was impossible to carry water in a basket, and he went to get a bucket instead. The old man said, “I don’t want a bucket of water; I want a basket of water. You’re just not trying hard enough,” and he went out the door to watch the boy try again.

At this point, the boy knew it was impossible, but he wanted to show this grandfather that even if he ran as fast as he could, the water would leak out before he got back to the house. The boy again dipped the basket into river and ran hard, but when he reached his grandfather the basket was again empty.

Out of breath, he said, “See Grandpa, it’s useless!”
So you think it is useless?” The old man said, “Look at the basket.” The boy looked at the basket and for the first time realized that the basket was different. It had been transformed from a dirty old coal-basket and was now clean, inside and out.

Son, that’s what happens when you read the Qur’an. You might not understand or remember everything, but when you read it, you will be changed, inside and out. That is the work of Allah (SWT) in our lives.”

Read Full Post »

Belum lagi trauma gempa yang terjadi di Yogya dan gempa yang mengakibatkan gelombang tsunami raksasa di Aceh pada tahun 2005 hingga menyebabkan hilangnya nyawa ratusan ribu orang, gempa kembali terjadi susul menyusul di bumi kita tercinta, Indonesia. Di Padang, di Kuningan, di Sulawesi dan ntah dimana lagi selanjutnya. Mengapa kita harus terus menerus dalam duka nasional yang begitu mendalam ? Ada apakah ini sebenarnya? Dan apa pula hikmah dibalik semua ini?

Harus disadari bahwa Indonesia adalah negara yang rawan gempa. Karena tanah  air kita  ini selain memang terletak di pertemuan dua gugusan pegunungan api aktif dunia juga terletak di atas pertemuan patahan lempeng bumi. Sementara  itu perubahan iklim yang ekstrim akibat pemanasan global juga menjadi salah satu penyebab mengapa Indonesia demikian rawannya terhadap bencana alam. Gempa bumi, gunung meletus, tsunami adalah satu diantaranya.

Namun betulkah semua ini semata-mata bencana alam ataupun takdir yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan prilaku kita, manusia ?  Pernahkah kita terpikir siapa sebenarnya yang kuasa mengatur semua ini ?

Sebagai negri yang mayoritas beragama Islam tentu kita yakin bahwa  prilaku kita tak pernah sedikitpun luput dari pengawasan-Nya, bukan ? Yaitu dengan adanya malaikat Munkar dan Nakir yang selalu mencatat amal perbuatan kita.

Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada urat lehernya (yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri”. (QS.Qaaf(50):16-17).

Kita juga tahu bahwa Allah swt mewajibkan kita agar shalat  5 waktu  dalam sehari, membayar zakat dan infak, berpuasa dalam bulan Ramadhan serta menunaikan haji bila mampu. Dan yang tak kalah pentingnya, semua ini harus dilakukan dalam rangka ketundukkan serta ketaatan kita kepada-Nya. Bukan karena riya/pamer  atau hal lainnya. Karena ibadah yang  dilaksanakan bukan dalam rangka ketakwaan hanya akan menghasilkan keburukan seperti kesombongan, korupsi, penindasan dll. Namun tahukah atau pedulikah kita akan akibat dan konsekwensinya bila kita tidak melakukan perintah tersebut?

Dan sesungguhnya Kami telah mengutus (rasul-rasul) kepada umat-umat yang sebelum kamu, kemudian Kami siksa mereka dengan (menimpakan) kesengsaraan dan kemelaratan, supaya mereka bermohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri”.(QS.Al-An’am ( 6: 42 ).

Itulah yang terjadi pada umat-umat terdahulu agar kita dapat mengambil hikmahnya. Allah swt sengaja menimpakan kesengsaraan dan kemelaratan  dengan tujuan agar mereka mau memohon pertolongan dan  bantuan kepada-Nya. Dengan cara bagaimana ? Yaitu dengan cara tunduk merendahkan diri kepada-Nya. Menyadari bahwa diri mereka hanyalah hamba yang amat tergantung kepada kekuasaan dan kemauan-Nya. 

Namun bagaimana bila mereka tidak mau menuruti perintah tersebut?  Bahkan mereka menjadi sombong dan congkak! Merasa diri berkuasa, serba pintar dan serba tahu. Padahal semua  yang berada di langit, bumi dan diantaranya itu semua bertasbih, memuja kebesaran-Nya. Mereka ini bergerak hanya sesuai kehendak dan perintah-Nya. Bumi berputar mengelilingi matahari, angin bergerak karena adanya perbedaan tekanan udara, air mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah, adanya gravitasi bumi yang membuat manusia tidak terpental keluar angkasa dsb.

Ini semua adalah aturan-Nya yang sengaja diperlihatkan kepada kita agar kita mau berpikir dan bisa mengambil pelajaran. Allah swt amat menghargai dan bahkan mengangkat derajat orang yang mau mencari ilmu dan pengetahuan. Namun agar mereka lebih bersyukur dan membesarkan-Nya bukan malah menentangnya ! Kesombongan inilah yang menyebabkan hati menjadi keras hingga syaitanpun masuk dan membisiki hati kita bahwa apa yang kita lakukan tersebut adalah baik dan benar.    

Maka mengapa mereka tidak memohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri ketika datang siksaan Kami kepada mereka, bahkan hati mereka telah menjadi keras dan syaitanpun menampakkan kepada mereka kebagusan apa yang selalu mereka kerjakan .(QS.Al-An’am ( 6: 43).

“ Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa. Maka orang-orang yang zalim itu dimusnahkan sampai ke akar-akarnya. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam”.(QS.Al-An’am ( 6: 44-45).

Na’udzubillah min dzalik.. Inikah yang saat ini sedang terjadi di bumi pertiwi?? Betulkah kita telah mengabaikan peringatan-Nya? Adakah satu diantara kita yang tidak melaksanakan perintah shalat 5 waktu ? Adakah saudara-saudara kita yang tidak menyalurkan zakat dan infak kepada yang berhak? Adakah diantara kita yang mampu namun terus menunda-nunda keberangkatannya ke tanah suci? Bagaimana pula dengan peringatan keras Rasulullah agar para lelaki shalat secara berjamaah di masjid, setidaknya ketika  shalat Subuh dan Isya? Berapa banyakkah yang telah melaksanakannya? Belum lagi para muslimah yang masih saja senang mempertontonkan auratnya dengan penuh kebanggaan pula … Ya Allah Ya Robb, bukalah hati dan pikiran kami untuk mau memikirkan hal-hal tersebut.

“Sesungguhnya shalat yang paling berat bagi orang munafik adalah shalat Isya’ dan shalat Subuh. Sekiranya mereka mengetahui apa yang terkandung di dalamnya, niscaya mereka akan mendatangi keduanya (berjamaah di masjid) sekalipun dengan merangkak” (HR Al-Bukhari dan Muslim)

Selanjutnya marilah bersama kita mengingat-ingat adakah kita telah menerima dan menikmati pintu-pintu kesenangan yang telah dibukakan-Nya lebar-lebar bagi kita? Betapa banyak buah-buahan, sayur-mayur, padi, kentang dll yang Kau tumbuhkan hingga kami tidak menderita kelaparan…  Betapa berlimpahnya kekayaan terpendam bumi pertiwi ini seperti minyak, gas, tambang, mas dll yang Kau tanamkan hingga pihak asing berdatangan dan berebut mengelolanya.  Yang dengannya sebagian dari kami menjadi gembira karena dapat hidup berkecukupan bahkan berkelebihan..Inikah yang dimaksud Istidraj itu ?

Imam Ahmad meriwayatkan dari Uqbah bin Amr bahwa Rasulullah saw bersabda : “ JIka kamu melihat Allah memberikan kesenangan dunia kepada seorang hamba yang bermaksiat sesuai kesenangannya maka itu merupakan Istidraj..”

Ya Allah Ya Tuhan kami.. itukah sebabnya Kau izinkan gunung-gunung memuntahkan isinya, lempengan bumi bergesekan, bumi yang makin hari makin panas serta gempa yang susul menyusul ini ? Kau musnahkan saudara-saudara kami di berbagai tempat dengan sekonyong-konyong hingga ke akar-akarnya…

Inikah peringatan-Mu bahwa hari Akhir  sudah makin dekat sementara kami masih saja terlena dan terbuai akan kenikmatan duniawi yang begitu memabukkan?? Ya Allah Ya Robbi mengapa kami tidak mampu mendengar firman-Mu yang begitu jelas, yang telah Kau sampaikan melalui Rasul-Mu Muhammad saw di dalam kitab suci Al-Quran yang mustinya kami baca setiap waktu dan kami  pelajari baik-baik…

Ya Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,  mengapa kami tidak juga mampu mengambil hikmah atas apa yang bolak balik terjadi di bumi kami Indonesia tercinta ini…. Haruskah kami menunggu hingga kesengsaraan dan petaka ini terjadi terhadap keluarga dekat kami atau bahkan diri kami sendiri agar kami sadar atas teguran-Mu??     

Dan tidak ada pertanggungan jawab sedikitpun atas orang-orang yang bertakwa terhadap dosa mereka; akan tetapi (kewajiban mereka ialah) mengingatkan agar mereka bertakwa“. (QS.Al-An’am(6):69).

Wallahu’alam bishawab.

Pau-France, 19 Oktober 2009.

Vien AM.

Read Full Post »

Bukan lagi rahasia bahwa belajar Piano ( klasik) dipercaya mampu meningkatkan intelegensia seseorang, terutama pada anak usia sekitar 10 tahun. Itu sebabnya sejak lama banyak orang tua berlomba memasukkan anaknya ke sekolah musik untuk belajar piano. Mereka ini minimal meyakini bahwa musik mampu membantu mengoptimalkan sekaligus menyeimbangkan antara kemampuan otak kanan dan kemampuan otak kiri. Mereka beranggapan bahwa pendidikan di negri kita yang terlalu berlebihan dalam memberi pengajaran matematika ( IPA) hanya mampu mengasah kemampuan otak kiri. Sementara otak kanan yang mengatur masalah kreativitas, emosi, pengenalan waktu, dan ruang kurang diperhatikan.

Musik klasik akan membawa otak pada gelombang alpha. Gelombang itu menstimulasi serabut-serabut neuron korteks hingga bekerja maksimal. Selain itu gelombang ini mampu membuat suasana menjadi rileks sehingga orang lebih aware, sadar dalam menerima informasi. Nah, itulah yang disebut Efek Mozart” , begitulah salah satu difinisi yang diberikan para pakar musik mengenai Efek Mozart.

Wolfgang Amadeus Mozart (1756-1791) adalah satu diantara komponis besar dunia sekelas Haydn, Beethoven dan Bach. Jenis musik pada masa mereka ini dianggap memiliki keunggulan karena iramanya yang teratur dan teksturnya yang sederhana. Hal ini mampu membuat jantung berdenyut dengan normal selain juga dapat membangkitkan perasaan dan ingatan. Sejumlah peneliti menemukan bahwa siswa yang secara teratur mendengarkan musik klasik, terutama karya Mozart, tampak lebih mudah menyimpan informasi dan memperoleh nilai IQ lebih tinggi. Namun mengapa Mozart?

Adalah Dr. Alfred A Tomatis, seorang dokter spesialis THT yang membuat penelitian hubungan antara telinga, suara dan sistim syaraf otak. Ilmuwan Perancis inilah yang pertama kali mengemukakan pendapat bahwa karya Mozart memiliki kemampuan menyembuhkan sekaligus meningkatkan kemampuan otak. Ayah Tomatis adalah seorang penyanyi opera kenamaan. Ialah yang memperkenalkan teman2nya sesama penyanyi ketika mereka mendapat masalah terhadap suara emas mereka.

Berdasarkan pemeriksaan inilah akhirnya Tomatis mengambil kesimpulan bahwa “Suara tidak menghasilkan kecuali apa yang didengarnya”. Selanjutnya iapun berkeyakinan bahwa musik klasik terutama karya Mozart terbukti paling mampu memberikan efek positif bagi perkembangan janin, bayi dan anak-anak. Berdasarkan penelitiannya itu, melalui bukunya “Pourquoi Mozart?” yang diterbitkan pada tahun 1991, ia mempopulerkan istilah “ Efek Mozart”.

Benarkah temuannya ini ? Entahlah…. Yang jelas hingga kini teorinya ini masih banyak diperdebatkan orang. Ini pengalaman saya pribadi. Ketika kecil saya pernah belajar bermain piano meski hanya sebentar sekali dan tidak seintensif orang lain atau taruhlah adik saya yang dapat bertahan lebih dari 6 tahun kursus piano di sebuah sekolah musik terkenal di Manggarai, Jakarta Selatan. Saya tidak ingat, atas sebab apa saya tidak serius dan tidak melanjutkannya. Sebaliknya saya justru benar-benar jatuh cinta kepada (suara ) piano setelah dewasa.

Namun pelajaran penting yang dapat saya petik dikemudian hari yang utama adalah keseriusan. Untuk dapat memainkan musik klasik melalui piano seseorang wajib menguasai not balok. Not ini sebenarnya tidak sulit. Yang diperlukan hanyalah konsentrasi. Sementara untuk menguasai hitungan sebuah not diperlukan banyak latihan dan kesabaran. Tetapi untuk menjadi lihai itu saja tidak cukup. Diperlukan adanya keterlibatan emosi, yaitu dengan banyak mendengar karya-karya klasik komponis besar. Padahal untuk mendengar musik jenis ini diperlukan ‘kekhusyukan’ dalam arti, tidak dalam keadaan tergesa-gesa dan brisik. Perlu suasana yang tenang.

Sekarang mari kita bandingkan dengan mendengar dan membaca Al-Quranul Karim. Membaca Al-Quran jelas ada aturannya. Yang pasti kita harus kenal huruf, sifat dan cara pengucapannya yang benar dan tepat. Setelah itu kita harus tahu hitungan panjang pendeknya ; 2, 3, 4 atau 5 harakat. Atau singkatnya Tajwidnya. Dengan mengetahui harakat inilah akhirnya akan terbentuk nada indah suatu ayat. Untuk membaca Al-Quran dengan benar diperlukan keseriusan. Kita dituntut untuk awas. Karena sebelum selesai membaca huruf yang ada dihadapan kita, kita sudah harus tahu huruf, panjang dan sifat huruf selanjutnya. Kita juga dituntut untuk tahu dimana kita harus berhenti, sebaiknya berhenti atau jangan berhenti. Karenanya kita diminta untuk membaca kitab suci ini dengan perlahan-lahan, tidak tergesa-gesa.

 “…. Dan bacalah Al Qur’an itu dengan perlahan-lahan”.(QS.Al-Muzammil (73):4).

Sebagian diantara kita mungkin pernah mengetahui adanya anjuran agar ibu yang sedang mengandung banyak mendengar ayat-ayat Al-Quran. Kita juga tentu tahu adanya perintah untuk diam ketika ayat-ayat suci dilantunkan, bukan?

“Dan apabila dibacakan Al Qur’an, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat”.(QS.Al-‘Araf(7):204).

Demikian juga ketika kita shalat, Allah memerintahkan kita agar membaca ayat-ayat dengan suara yang sedang, tidak terlalu keras hingga mengganggu orang lain tetapi juga tidak terlalu pelan. Para ulama sepakat cukup terdengar oleh telinga kita.

 “ Katakanlah: “Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai al asmaaul husna (nama-nama yang terbaik) dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu“(QS.Al-Isra (17):110).

Mengapa Allah swt memerintahkan yang demikian ? Seorang Muslim yang taat dan patuh tentu tidak memerlukan jawaban. Karena ia yakin dibalik semua perintah-Nya pasti ada hikmah terselubung. Namun dengan adanya temuan Dr. Tomatis diatas sekarang kita tahu persis apa hikmah terselubung tersebut. Yaitu bahwa pendengaran, suara dan syaraf adalah sebuah mata rantai yang saling berkaitan secara amat  istimewa.

Saya sering mendengar kabar bahwa orang tua / uzur yang rajin membaca Al-Quran meskipun ia tidak memahaminya jauh lebih baik daya ingatnya dibanding orang tua yang jarang atau tidak pernah membaca Al-Quran. Mereka lebih sehat dan tidak cepat pikun bahkan dibanding orang yang dulunya aktif bekerja sekalipun.

Rasulullah bersabda :”Barangsiapa yang membaca satu huruf dari Al Qur’an maka baginya satu kebaikan dan setiap kebaikan sama dengan sepuluh kebaikan.”

Saya juga pernah membaca berita tentang cara pengobatan baru di sebuah rumah sakit di  Belanda dimana terapis ( bukan Muslim ) melatih pasien ( yang juga bukan Muslim) untuk melafalkan kata ‘Allah ‘ dengan pengucapan khas Muslim sebanyak mungkin. Dan hasilnya sungguh luar biasa. Kemampuan syaraf mereka yang tadinya terganggu menjadi membaik !

Jadi jelas, hikmah dari membaca Al-Quran secara teratur dan benar sekalipun tidak mengerti maknanya ternyata tidak hanya mendatangkan pahala di akhirat nanti namun juga bermacam kebaikan, diantaranya yaitu tadi, dapat meningkatkan daya ingat, membersihkan,  menentramkan sekaligus  melembutkan hati baik si pembaca maupun si pendengar.

…. Maka di antara manusia ada orang yang berdo`a: “Ya Tuhan kami, berilah kami (kebaikan) di dunia“, dan tiadalah baginya bahagian (yang menyenangkan) di akhirat. Dan di antara mereka ada orang yang berdo`a: “Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka“.(QS.Al-Baqarah( 2):200-201).

Akhir kata, semua kembali kepada niat kita. Allah akan mengabulkan permohonan dan usaha seseorang sesuai dengan niatnya ; duniawi, akhirat atau keduanya. Alangkah beruntungnya manusia yang meminta kebaikan baik di dunia maupun di akhirat. Sungguh Al-Quran itu petunjuk sekaligus obat dan penyembuh baik penyakit fisik maupun mental.

 “ …… Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan”.(QS.An-Nahl(16):69.

Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman”.(QS.Yunus (10):57).

Sayang Dr Tomatis tidak sempat ( atau tidak mau ?) meneliti hal ini. Kalau sempat saya yakin pasti ia akan langsung mengakui kebesaran-Nya dan  ber-syahadat !

Berikut tulisan menarik dari milis tetangga, click here.

Wallahu’alam bishawab.

Pau-France, 13 Oktober 2009.

Vien AM.

Read Full Post »

Salah satu ciri orang beriman adalah mempercayai yang ghaib, diantaranya yaitu dengan meyakini adanya Hari Kiamat dan adanya Surga serta Neraka. Surga dan Neraka  adalah  dua tempat kembali bagi seluruh manusia yang pernah ada di dunia ini, sejak manusia pertama Adam as hingga manusia terakhir yang bakal dilahirkan kelak. Baik itu manusia biasa maupun para utusan Allah. Ini adalah ketentuan Sang Khalik,  Allah Azza Wa Jalla  yang tidak mungkin dielakkan.

Dimulai dengan terjadinya Hari Kiamat yang ditandai dengan terdengarnya bunyi sangkakala yang ditiup oleh malaikat  Israfil.

Dan ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang di langit dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi, maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (putusannya masing-masing). Dan terang benderanglah bumi (padang mahsyar) dengan cahaya (keadilan) Tuhannya; dan diberikanlah buku (perhitungan perbuatan masing-masing) dan didatangkanlah para nabi dan saksi-saksi dan diberi keputusan di antara mereka dengan adil, sedang mereka tidak dirugikan. Dan disempurnakan bagi tiap-tiap jiwa (balasan) apa yang telah dikerjakannya dan Dia lebih mengetahui apa yang mereka kerjakan”. (QS.Az-Zumar(39):68-70).

Pada hari itu Allah swt membagi hamba-Nya atas 3 golongan yang berbeda satu dengan yang lainnya.

Golongan itu adalah :

1. Golongan orang yang paling dahulu beriman atau golongan Asyabiqun.

2. Golongan kanan atau golongan Al-Maimanah.

3. Golongan kiri atau golongan Al-Masy’amah yang merupakan golongan terburuk.

Golongan Al-Masy’amah adalah golongan para calon penghuni neraka sedangkan dua kelompok sebelumnya adalah golongan para calon penghuni surga. Golongan Asyabiqun lebih tinggi kedudukannya dibanding golongan Al-Maimanah. Mereka adalah orang-orang yang sangat dekat dengan-Nya. Oleh karenanya mereka masuk ke surga lebih awal  dan tempatnyapun didekatkan kepada-Nya. Itulah surga kenikmatan. ( Al-Jannatin Na’im). Para rasul dan nabi termasuk kedalam golongan ini.

Apabila terjadi hari kiamat, terjadinya kiamat itu tidak dapat didustakan (disangkal). (Kejadian itu) merendahkan (satu golongan) dan meninggikan (golongan yang lain), apabila bumi digoncangkan sedahsyat-dahsyatnya dan gunung-gunung dihancur luluhkan sehancur-hancurnya, maka jadilah dia debu yang beterbangan  dan kamu menjadi tiga golongan .Yaitu golongan kanan. Alangkah mulianya golongan kanan itu. Dan golongan kiri. Alangkah sengsaranya golongan kiri itu. . Dan orang-orang yang paling dahulu beriman, merekalah yang paling dulu (masuk surga)”. ( QS. Al-Waqiyah ( 56): 1-9).

Namun mengapa Sang Khalik membagi calon penghuni surga atas 2 kelompok? Atas dasar dan kriteria yang bagaimanakah  Ia membuat pengelompokkan tersebut? Dapatkah kita, manusia mengetahui hal ini?

Dan orang-orang yang paling dahulu beriman, merekalah yang paling dulu (masuk surga). Mereka itulah orang yang didekatkan (kepada Allah). Berada dalam surga keni`matan. Segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu dan segolongan kecil dari orang-orang yang kemudian. ( QS. Al-Waqiyah ( 56): 10-14)

Yang dimaksud dengan orang yang paling dahulu beriman adalah orang yang bersegera, yang tidak menunda-nunda mengimani apa yang dibawa seorang utusan Allah kepadanya. Biasanya mereka adalah para sahabat setia rasul-rasul dan nabi-nabi. Mereka adalah orang-orang terdekat rasul dan nabi yang hidup pada zamannya, mulai yang hidup pada zaman Adam as hingga yang hidup pada zaman Rasulullah Muhammad saw. Mereka adalah pengikut pertama sekaligus pelindung dan penolong rasul dan nabi mereka. Mereka ini mengabdikan seluruh hidupnya demi tegaknya agama.

Golongan orang yang paling dahulu beriman ini dibagi lagi atas 2 kelompok.

1. Orang-orang yang terdahulu, yaitu orang yang hidup pada zaman nabi pertama, Adam as ratusan ribu tahun yang lalu hingga yang hidup pada zaman sebelum turunnya kenabian Muhammad saw,  sekitar 1500 tahun silam.

2. Orang-orang yang kemudian. Mereka adalah orang-orang yang hidup pada saat Rasulullah saw telah menerima wahyu hingga orang terakhir di akhir zaman nanti.  Kita, umat Islam termasuk di dalam kelompok ini.

Ayat 14 surat Al-Waqiyah diatas menerangkan bahwa jumlah orang dari kelompok orang-orang terdahulu yang masuk surga adalah besar. Sementara dari kelompok orang yang kemudian kecil. Mengapa demikian ? Karena jumlah orang terdahulu memang jauh lebih banyak daripada jumlah orang yang kemudian. Mereka banyak karena rentang waktu dari zaman nabi Adam as hingga nabi Isa as teramat sangat panjang. Sementara orang-orang yang kemudian hanya yang hidup di masa Rasulullah saw telah menerima wahyu hingga terjadinya hari Kiamat. Bukankah Rasulullah pernah bersabda bahwa jarak antara hidup beliau dengan Hari Akhir hanya antara dua jari beliau?

Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar “. (QS.At-Taubah(9):100).

Tak dapat disangkal lagi, bagian kecil dari golongan yang terdahulu beriman, yang dijanjikan baginya surga tersebut adalah para sahabat yang hidup semasa dengan Rasulullah saw, yaitu orang-orang Muhajirin dan Anshar serta yang mengikuti dan mencontoh mereka dengan baik. Mereka adalah para sahabat seperti Abu Bakar ra, Umar Bin Khattab ra, Ustman Bin Affan ra, Ali Bin Thalib ra, Bilal dll. Mereka adalah termasuk diantara sepuluh sahabat yang namanya disebut Rasulullah sebagai calon penghuni surga. Tempat mereka sungguh mulia yaitu disisi para rasul dan nabi. Sedangkan dari sisi para sahabat di zaman Isa as adalah orang-orang Harawiyyin, yaitu para sahabat setia dan penolong Isa as. Orang Hawariyyin ini hidup sezaman dengan Isa as.

Maka tatkala Isa mengetahui keingkaran mereka (Bani Israil) berkatalah dia: “Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku untuk (menegakkan agama) Allah?” Para hawariyyin (sahabat-sahabat setia) menjawab: “Kamilah penolong-penolong (agama) Allah. Kami beriman kepada Allah; dan saksikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berserah diri”.(QS.Ali Imran (3):52).

Sesungguhnya orang-orang mu’min, orang-orang Yahudi, Shabiin dan orang-orang Nasrani, siapa saja (di antara mereka) yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati”.(QS. Ali Maidah (5):69).

Bagaimana dengan kita, umat Islam yang hidup jauh dari masa hidup Rasululah dan para sahabat? Adakah tempat bagi kita di surga ?

“ Dan adapun jika dia termasuk golongan kanan maka keselamatan bagimu karena kamu dari golongan kanan”. ( QS. Al-Waqiyah ( 56): 90-91).

Ya, golongan kanan. Kelihatannya dengan izin-Nya kita bisa masuk ke dalam kelompok ini. Jumlah orang yang masuk surga dari kelompok ini juga ada dua, sejumlah besar dari golongan orang-orang terdahulu dan sejumlah besar pula dari golongan orang yang kemudian.

“ (Kami ciptakan mereka) untuk golongan kanan, (yaitu) segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu dan segolongan besar pula dari orang yang kemudian”.( QS. Al-Waqiyah ( 56): 38-40).

Namun yakinkah kita akan hal ini karena Rasulullah pernah bersabda :

“Sesungguhnya tujuh puluh ribu atau tujuh ratus ribu dari umatku masuk surga. Sebagian mereka saling berpegangan dengan sebagian yang lain. Yang pertama di antara mereka tidak mau masuk sebelum yang terakhir di antara mereka masuk. Wajah mereka seperti bentuk rembulan purnama.”.

Hadist ini diriwayatkan dari Sahal bin Sa’ad oleh Imam Muslim. Semoga bukan hadist shoheh. Atau semoga saja yang dimaksud 70.000 atau 700.000 oleh Rasulullah itu adalah umat beliau yang dari kelompok orang-orang yang terdahulu beriman. Karena 70 ribu atau 700 ribu adalah jumlah yang teramat sangat sedikit sekali apalagi dibanding jumlah orang yang ada sekarang ini. Bukankah kita  sering mendengar bahwa orang yang bersyahadat dijamin masuk surga ? Betulkah semudah itu ? Cukupkah mengucapkan syahadat tanpa mengerjakan amal kebaikan ??

Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh mereka itu adalah sebaik-baik makhluk. Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah surga `Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepadaNya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya”. (QS.Al-Bayyinah(98):7-8).

Tidakkah kamu memperhatikan orang-orang yang telah diberi bahagian yaitu Al Kitab (Taurat), mereka diseru kepada kitab Allah supaya kitab itu menetapkan hukum di antara mereka; kemudian sebahagian dari mereka berpaling, dan mereka selalu membelakangi (kebenaran). Hal itu adalah karena mereka mengaku: “Kami tidak akan disentuh oleh api neraka kecuali beberapa hari yang dapat dihitung“. Mereka diperdayakan dalam agama mereka oleh apa yang selalu mereka ada-adakan”. (QS.Ali Imran(3):23-24).

Ayat diatas menerangkan prilaku orang-orang Yahudi yang merasa yakin bahwa mereka hanya akan disentuh api neraka sedikit saja dan pasti Allah akan mengampuni dosa-dosa  serta memasukkan mereka ke dalam surga. Padahal mereka tidak memegang hukum yang telah ditetapkan-Nya dengan baik! Berpegang pada ayat tersebut, apakah sudah cukup aman orang yang telah bersyahadat namun tidak mengamalkan ajaran-ajaran dan hukum-hukum Al-Quran serta tidak menta’ati dan menjadikan nabinya sebagai panutan dan contoh keteladanan? Bagaimana bila ternyata sesungguhnya Allah malah memasukannya kedalam golongan kiri ?

“Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (neraka)?”. Mereka menjawab: “Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat dan kami tidak (pula) memberi makan orang miskin dan adalah kami membicarakan yang bathil, bersama dengan orang-orang yang membicarakannya dan adalah kami mendustakan hari pembalasan hingga datang kepada kami kematian.(QS. Al-Muddatstsir (74):42-47).

Dan barangsiapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya dan melanggar ketentuan-ketentuan-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam api neraka sedang ia kekal di dalamnya; dan baginya siksa yang menghinakan”. (QS.An-Nisa(4):14).

Bahkan sesungguhnya orang yang pernah merasakan keimanan kemudian mendustakannya kembali adalah lebih buruk dari orang kafir. Tempat mereka kembali adalah di dasar neraka. Mereka adalah orang -orang Munafik.

Yang demikian itu adalah karena bahwa sesungguhnya mereka telah beriman, kemudian menjadi kafir (lagi) lalu hati mereka dikunci mati; karena itu mereka tidak dapat mengerti”. (QS.Al-Munafikun(63):3).

Atau bisa jadi karena kita terlalu meremehkan dosa-dosa kecil dan tidak segera bertaubat hingga akhirnya menumpuk dan menjadi kebiasaan.

Semoga kita bukan satupun diantara yang lengah ataupun menyepelekan keimanan dan hidayah-Nya, amin.

kecuali mereka yang telah taubat dan mengadakan perbaikan dan menerangkan (kebenaran), maka terhadap mereka itu Aku menerima taubatnya dan Akulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. Sesungguhnya orang-orang kafir dan mereka mati dalam keadaan kafir, mereka itu mendapat la`nat Allah, para malaikat dan manusia seluruhnya. Mereka kekal di dalam la`nat itu; tidak akan diringankan siksa dari mereka dan tidak (pula) mereka diberi tangguh “.(QS.Al-Baqarah(2):160-162).

Wallahu’alam bishawwab.

Pau- France , 7 Oktober 2009.

Vien AM.

Read Full Post »