Feeds:
Posts
Comments

Archive for November, 2009

Khalifah Umar bin Khattab ra sangat terkenal dengan kegiatannya beronda pada malam hari di sekitar daerah kekuasaannya. Pada suatu malam beliau mendengar percakapan seorang anak perempuan dan ibunya, seorang penjual susu yang miskin.

Kata ibu : “Wahai anakku, segeralah kita tambah air dalam susu ini supaya terlihat banyak sebelum terbit matahari”.

Anaknya menjawab:  “Kita tidak boleh berbuat seperti itu ibu, Amirul Mukminin melarang kita berbuat begini”

Si ibu masih mendesak “Tidak mengapa, Amirul Mukminin tidak akan tahu”.

Balas si anak: “Jika Amirul Mukminin tidak tahu, tapi Tuhan-nya Amirul Mukminin tahu”.

Umar yang mendengar percakapan tersebut kemudian menangis. Betapa mulianya hati anak gadis itu. Ketika pulang ke rumah, Umar segera menyuruh anak lelakinya, Asim menikahi gadis itu. Kata Umar, “Semoga lahir dari keturunan gadis ini bakal pemimpin Islam yang hebat, yang kelak bakal  memimpin orang-orang Arab dan Ajam”.

Asim yang taat, tanpa banyak tanya segera menikahi gadis miskin tersebut. Pernikahan ini kemudian melahirkan anak perempuan bernama Laila yang lebih dikenal dengan sebutan Ummu Asim. Ketika dewasa Ummu Asim menikah dengan Abdul-Aziz bin Marwan yang melahirkan Umar bin Abdul-Aziz. Abdul-Aziz bin Marwan adalah  gubernur Mesir dan adik dari Khalifah Abdul-Malik.

Umar bin Abdul Azis dilahirkan sekitar tahun 682 M. Beberapa tradisi menyatakan ia dilahirkan di Madinah, sedangkan lainnya mengklaim ia lahir di  Mesir. Umar dibesarkan di Madinah, dibawah bimbingan Ibnu Umar, salah seorang periwayat hadis terbanyak.Ia tinggal di sana sampai kematiannya ayahnya, dimana kemudian ia dipanggil ke Damaskus oleh khalifah Abdul-Malik dan menikah dengan anak perempuannya, Fatimah. Tak lama kemudian setelah ayah mertuanya wafat, ia diangkat menjadi gubernur Madinah oleh khalifah Al-Walid I, sepupunya. Ini terjadi pada tahun 706 M.

Umar di era khalifah Al-Walid I.

Tidak seperti sebagian besar penguasa Umayyah pada saat itu, Umar membentuk sebuah dewan yang kemudian bersama-sama dengannya menjalankan pemerintahan provinsi. Masa di Madinah itu menjadi masa yang jauh berbeda dengan pemerintahan sebelumnya, dimana keluhan-keluhan resmi ke Damaskus berkurang dan dapat diselesaikan di Madinah.

Sebagai tambahan banyak orang yang berimigrasi ke Madinah dari Iraq, mencari perlindungan dari gubernur mereka yang kejam, Al-Hajjaj bin Yusuf. Hal tersebut menyebabkan kemarahan Al-Hajjaj yang kemudian berhasil menekan sang khalifah  untuk memberhentikan Umar. Tetapi justru sejak itu, reputasi Umar di mata rakyat semakin tinggi.

Pada era Al-Walid I ini juga tercatat tentang keputusan khalifah yang kontroversial untuk memperluas area disekitar masjid Nabawi sehingga rumah Rasulullah ikut direnovasi. Umar membacakan keputusan ini di depan penduduk Madinah termasuk ulama mereka, Said Al Musayyib sehingga banyak dari mereka yang mencucurkan air mata.

Berkata Said Al Musayyib, “Sungguh aku berharap agar rumah Rasulullah tetap dibiarkan seperti apa adanya sehingga generasi Islam yang akan datang dapat mengetahui bagaimana sesungguhnya tata cara hidup beliau yang sederhana”.

Umar di era Sulaiman bin Abdul Malik ( 715 – 717).

Umar tetap tinggal di Madinah selama masa sisa pemerintahan Al-Walid I yang kemudian dilanjutkan oleh saudaranya, Sulaiman bin Abdul Malik. Kekuasaan Bani Umayyah di masa ini sangat kukuh dan stabil. Sejak lama Sulaiman selalu mengagumi Umar. Suatu hari, ia mengajak Umar ke markas pasukan Bani Umayyah.

Sulaiman bertanya kepada Umar, “Apakah yang kau lihat,  wahai Umar bin Abdul-Aziz?” dengan niat agar dapat membakar semangat Umar ketika melihat kekuatan pasukan yang telah dilatih.

Namun jawab Umar, “Aku melihat dunia itu sedang makan satu dengan yang lain, dan engkau adalah orang yang paling bertanggung jawab dan akan ditanyai oleh Allah mengenainya“.

Khalifah Sulaiman berkata lagi, “Engkau tidak kagumkah dengan kehebatan pemerintahan kita ini?“.

Balas Umar lagi, “Bahkan yang paling hebat dan mengagumkan adalah orang yang mengenali Allah kemudian mendurhakai-Nya, mengenali setan kemudian mengikutinya, mengenali dunia kemudian condong kepada dunia“.

Jika Khalifah Sulaiman adalah pemimpin biasa, pasti ia akan marah dengan kata-kata Umar bin Abdul-Aziz tersebut, namun tidakdengan Sulaiman. Ia menerima dengan hati terbuka bahkan kagum dengan kata-kata itu.

Naiknya Umar sebagai Amirul Mukminin.

Menjelang wafatnya Sulaiman, penasihat kerajaan bernama Raja’ bin Haiwah menasihati, “Wahai Amirul Mukminin, antara perkara yang menyebabkan engkau dijaga di dalam kubur dan menerima syafaat dari Allah di akhirat kelak adalah apabila engkau tinggalkan untuk orang Islam khalifah yang adil, maka siapakah pilihanmu?“. Jawab Khalifah Sulaiman, “Aku melihat Umar Ibn Abdul Aziz“.

Surat wasiat diarahkan supaya ditulis nama Umar bin Abdul-Aziz sebagai penerus kekhalifahan, tetapi sengaja dirahasiakan dari kalangan menteri dan keluarga. Sebelum wafatnya, Sulaiman memerintahkan agar para menteri dan para gubernur berbai’at dengan nama bakal khalifah yang tercantum dalam surat wasiat tersebut.

Seluruh umat Islam berkumpul di dalam masjid dalam keadaan bertanya-tanya, siapa khalifah mereka yang baru. Raja’ Ibn Haiwah mengumumkan, “Bangunlah wahai Umar bin Abdul-Aziz, sesungguhnya nama engkaulah yang tertulis dalam surat ini“.

Umar bin Abdul-Aziz bangkit seraya berkata,Wahai manusia, sesungguhnya jabatan ini diberikan kepadaku tanpa bermusyawarah dahulu denganku dan tanpa pernah aku memintanya, sesungguhnya aku mencabut bai’at yang ada dileher kamu dan pilihlah siapa yang kalian kehendaki“.

Umat tetap menghendaki Umar sebagai khalifah maka Umarpun menerima dengan hati yang berat, hati yang takut kepada Allah dan tangisan.  Umar menjadi khalifah menggantikan Sulaiman yang wafat pada tahun 716.  Ia di bai’at sebagai khalifah pada hari Jumat setelah shalat Jumat. Hari itu juga setelah ashar, rakyat dapat langsung merasakan perubahan kebijakan khalifah baru ini.

Segala keistimewaan sebagai khalifah ditolak dan Umar pulang ke rumah. Ketika pulang ke rumah, Umar berpikir tentang tugas baru untuk memerintah seluruh daerah Islam yang luas dalam kelelahan setelah mengurus jenazah Khalifah Sulaiman bin Abdul-Malik.  Iapun berniat untuk tidur.

Pada saat itulah anaknya yang berusia 15 tahun, Abdul-Malik, masuk melihat ayahnya dan berkata, Apakah yang sedang engkau lakukan wahai Amirul Mukminin?“.

Umar menjawab, “Wahai anakku, ayahmu letih mengurusi jenazah bapak saudaramu dan ayahmu tidak pernah merasakan keletihan seperti ini“.

Jadi apa yang akan kau perbuat wahai ayah?“, tanya anaknya ingin tahu.

Umar membalas, “Ayah akan tidur sebentar hingga masuk waktu zuhur, kemudian ayah akan keluar untuk shalat bersama rakyat”.

Apa pula kata anaknya mengetahui ayahnya Amirul Mukminin yang baru :

“Ayah, siapa yang menjamin ayah masih hidup hingga waktu zuhur nanti, sedangkan sekarang adalah tanggung-jawab Amirul Mukminin mengembalikan hak-hak  orang yang dizalimi”.

Umar bin Abdul Aziz terus terbangun dan membatalkan niatnya untuk tidur. Ia memanggil anaknya untuk mendekat, mengecup kedua belah matanya sambil berkata “Segala puji bagi Allah yang mengeluarkan dari keturunanku, orang yang menolongku di atas agamaku”

Hari kedua dilantik menjadi khalifah, Umar menyampaikan khutbah umum.

Diujung khutbahnya, ia berkata:

“Wahai manusia, tidak ada nabi setelah Muhammad saw dan tidak ada  kitab setelah Al-Quran, aku bukan penentu hukum, bahkan  aku hanya pelaksana hukum Allah, aku bukan ahli bid’ah bahkan  aku hanya seorang yang mengikut sunnah, aku bukan orang yang paling baik diantara kalian namun justru aku orang yang paling berat tanggungannya diantara kalian,aku mengucapkan ucapan ini sementara aku tahu aku adalah orang yang paling banyak dosa disisi Allah”.

Ia kemudian duduk dan berkata  “Alangkah besarnya ujian Allah kepadaku”.

Setelah itu Umar pulang dan menangis hingga ditegur isterinya:

“Apa yang Amirul Mukminin tangiskan?” 

Beliau menjawab: “Wahai isteriku, aku telah diuji oleh Allah dengan jabatan ini dan aku sedang teringat kepada orang-orang miskin, janda-janda yang banyak  anaknya namun  rezekinya sedikit, aku teringat akan para tawanan, para fuqara’ kaum muslimin. Aku tahu mereka semua ini akan mendakwaku di akhirat kelak dan aku bimbang tidak dapat menjawab hujah- hujah mereka sebagai khalifah karena aku tahu, yang menjadi pembela  mereka adalah Rasulullah saw’’. Mendengar itu istrinyapun turut meneteskan air mata.

Karenanya amirul mukminin ini segera mengembalikan seluruh harta yang didapat ketika ia menjabat gubernur Madinah ke Baitul Mal ( Kas Negara). Demikian juga istrinya. Ia menyerahkan seluruh perhiasan termasuk berlian yang diterima dari ayahnya sebagai hadiah ketika ayahnya menjabat sebagai khalifah. Umar menjadikan keluarganya yang semula terbiasa hidup bermewah-mewahan menjadi keluarga yang sangat sederhana dan bersahaja. Itu sebabnya banyak ahli sejarah menjuluki amirul mukminin ini dengan Khulafaur Rasyidin ke-5.

Pemerintahan Umar bin Abdul-Aziz.

Pemerintahan Umar berhasil memulihkan keadaan negara dan mengkondisikan negaranya seperti saat  keempat  khalifah pertama (Khulafaur Rasyidin) memerintah. Kebijakannya tak kalah dengan kebijakan para sahabat terbaik Rasulullah saw tersebut. Daerah kekuasaannya membentang luas, yaitu seluruh jazirah Arabia, Syam ( Palestina, Yordania, Syria ), Persia ( Iran, Irak dan sekitarnya ), Afrika Utara, seluruh semenanjung Iberia ( Spanyol dan Portugal) bahkan hingga ke Sisilia ( kepulauan di Laut Tengah, sekarang milik Italia).

Pemerintahannya sangat menakjubkan. Pada waktu itu tidak ada lagi kemiskinan hingga dikatakan tak seorangpun rakyatnya yang layak menerima zakat hingga harta zakat yang menggunung itu terpaksa diiklankan bahkan kepada siapa saja yang tidak mampu menikah untuk segera menikah.

Masa pemerintahan Umar diwarnai dengan banyak perubahan dan perbaikan. Ia berhasil menghidupkan sejumlah tanah yang tidak produktif, menggali sumur-sumur baru, memperluas Masjid Nabawi serta membangun banyak masjid baru. Sayangnya, Umar bin Abdul Aziz yang mulai memeritah pada usia 36 tahun ini hanya berkuasa selama 2 tahun 5 bulan 5 hari karena sakitnya.

Hari-hari terakhir Umar bin Abdul-Aziz

Umar bin AbdulAziz wafat disebabkan oleh sakit akibat diracun oleh pembantunya yang di-iming- imingi sejumlah besar uang oleh musuh politiknya. Umat Islam datang berziarah. Melihat kedhaifan hidup khalifah, salah seorang menteri menegur isterinya. “Gantilah baju khalifah itu“. Istrinya menjawab, “Hanya itu pakaian yang dimiliki khalifah”.

Selanjutnya sang mentri bertanya kepada Amirul Mukminin : “Wahai Amirul Mukminin, tidakkah engkau mau mewasiatkan sesuatu kepada anak-anakmu?

Umar Abdul Aziz menjawab: “Apa yang ingin kuwasiatkan? Aku tidak memiliki apa-apa”

Mengapa engkau tinggalkan anak-anakmu dalam keadaan tidak memiliki?”

Jika anak-anakku orang soleh, Allahlah yang menguruskan orang-orang soleh. Jika mereka orang-orang yang tidak soleh, aku tidak mau meninggalkan hartaku di tangan orang yang mendurhakai Allah lalu menggunakan hartaku untuk mendurhakai Allah

Pada waktu lain, Umar bin Abdul-Aziz memanggil semua anaknya dan berkata: “Wahai anak-anakku, sesungguhnya ayahmu telah diberi dua pilihan, pertama : menjadikan kamu semua kaya dan ayah masuk ke dalam neraka, kedua: kamu miskin seperti sekarang dan ayah masuk ke dalam surga (karena tidak menggunakan uang rakyat). Sesungguhnya wahai anak-anakku, aku telah memilih surga.” (ia tidak berkata : aku telah memilih kamu susah).

Anak-anaknya ditinggalkan tidak berharta dibandingkan anak-anak gubernur lain yang kaya. Setelah kejatuhan Bani Umayyah dan masa-masa setelahnya, keturunan Umar bin Abdul-Aziz adalah golongan yang kaya berkat doa dan tawakkal Umar bin Abdul-Aziz.

Wallahu’alam bishawab.

Pau – France, 17 November 2009.

Vien AM.

Dikutip dan diedit dari : http://id.wikipedia.org/wiki/Umar_bin_Abdul-Aziz

Read Full Post »

( Sambungan dari Menilik Jejak Islam Di Eropa (2) – Andalusia ).

IMG_3361IMG_3451Keesokannya kami menuju Ronda. Terus terang sebelum ini tidak pernah terlintas di benak bahwa ada kota bernama Ronda di dunia ini. Sungguh tidak rugi kami berkesempatan mengunjungi kota ini. Ronda adalah sebuah kota yang lain dari pada yang lain. Kota ini dibangun diatas bebatuan tinggi di atas jurang nan terjal. Pemandangannya sungguh memukau sekaligus mencengangkan. Subhanalllah ..

Pada abad ke 8, Ronda adalah provinsi ke 21 dari kekhalifahan Kordoba. Setelah terpecahnya kekhalifahan menjadi kerajaan-kerajaan kecil Islam ( taifa ) pada tahun 1030, Ronda berada dibawah kekuasaan kerajaan Granada. Kota ini jatuh ke tangan kerajaan Kristen hanya beberapa tahun sebelum kejatuhan Granada yaitu pada tahun 1485 M.

Taman Gantung Ronda

Taman Gantung Ronda

Setelah puas memandangi keindahan kota dari atas jembatan, kami menyusuri jalan setapak berbatu menuju La Casa Del Rey Moro. Ini adalah tempat tinggal raja Moor ( Hispanik Muslim). Dari luar kediaman yang dibangun diatas bebatuan curam ini tampak tidak terlalu istimewa. Namun setelah masuk ke dalam dan melihat taman gantung dengan air mancurnya disana sini ternyata pemandangannya sungguh menakjubkan.

IMG_3503Namun yang lebih menakjubkan lagi adalah adanya pintu kecil di balik taman tersebut. Pintu sederhana yang menyerupai pintu gua ini terdiri atas  365 anak tangga yang curam dan berkelak kelok. Tangga yang dalam bahasa Inggris diberi nama The Miria Stairway ini menuju ke dasar lembah yang berujung ke sebuah danau kecil dimana tebing-tebing tinggi mengepungnya. Danau yang airnya berwarna biru jernih ini  terhubung langsung ke sungai Guadalevin.

Bekas kediaman keluarga raja Abu Malik ini kini memang kosong dan tidak ditinggali lagi namun kita tetap bisa menikmati perjalanan menuruni gua buatan yang dibangun di dalam tebing  bebatuan sempit tersebut. Bangunan istimewa ini dulunya selain digunakan sebagai gua rahasia dimana penghuninya sewaktu-waktu dapat dengan mudah menyelamatkan diri dengan  menaiki kapal kecil yang selalu siap menunggu di pinggir danau, juga merupakan tempat penyimpanan rahasia senjata militer kerajaan. Dari sini pula sistim pengaturan air kota diatur. Sebuah  bangunan yang sungguh patut mendapat acungan jempol …

Ironisnya, justru bangunan inilah yang menjadi penyebab utama kejatuhan Ronda. Selama bertahun-tahun rakyat Ronda dengan keras mempertahankan kota mereka padahal kota-kota di sekitarnya telah jatuh. Namun ketika akhirnya La Casa jatuh dan pihak musuh memotong  pasokan air ke dalam kota wargapun terperangah. Tanpa air tidak mungkin mereka bertahan.  Tidak ada pilihan bagi penduduk selain menyerah.  Maka  jatuhlah Ronda untuk selamanya. ( Tiba-tiba terbesit di benak ini, inikah maksud busuk  pemerintah pendudukan Israel membatasi pasokan air bersih bagi warga Palestina di Tepi Barat ?? Astaghfirullah…. )

Tidak berapa jauh dari La Casa berdiri reruntuhan bangunan pemandian ala Arab ( Bain Arab )yang tampaknya dulu merupakan tempat pusat kebugaran. Pemandian semacam ini dapat ditemui tidak hanya di kota-kota besar namun juga hampir di semua kota kecil di Andalusia. Pemandian umum ini biasanya tertutup dan dihiasi dengan kubah-kubah indah yang diberi penerangan. Pemandian ini dipisahkan antara bagian lelaki dan perempuan.

Benteng Ronda

Benteng Ronda

Seperti kota-kota Islam lainnya,  Ronda juga mempunyai tembok pertahanan kota atau benteng ( Alcazaba). Hingga kini benteng tersebut masih berdiri walaupun disana sini telah rusak. Gereja utama yang ada di kota ini sama dengan nasib kota-kota Andalusia lain adalah bekas masjid agung yang telah direnovasi.

jalanan samping gereja Jerez

jalanan samping gereja Jerez

gereja Jerez

gereja Jerez

Esok siangnya kami menuju Jeres di sebelah barat. Di kota ini kami kembali menemui benteng tua dan masjid agung  yang telah direnovasi menjadi gereja. Dari sini tampak bahwa kehidupan umat Muslim tidak pernah jauh dari kegiatan masjid. Masjid agung di semua kota Andalusia selalu berada di tengah-tengah pemukiman padat penduduk dimana di sekitarnya terdapat pasar, pusat kegiatan bisnis yang tidak henti-hentinya berdenyut kecuali pada waktu-waktu shalat. Allahu Akbar …

Selanjutnya kami beristirahat di Marbella, sebuah kota pantai di pesisir laut Mediterania yang cukup ramai. Namun sebelumnya kami sempat mampir ke kota San Roque, sebuah kota yang terletak di perbatasan Gibraltar di ujung selat yang memisahkan Eropa dari benua Afrika. . Dari sini gunung karang raksasa yang menjadi lambang kebanggaan Gibraltar jelas terlihat. Sayang ketika itu matahari telah  masuk keperaduannya sementara kamera kamipun telah ‘lowbat’. Akibatnya kami tidak bisa merekam gambar gunung tersebut … apa boleh buat ..

salah satu pintu gereja Malaga

salah satu pintu gereja Malaga

Pintu utama benteng Malaga

Pintu utama benteng Malaga

Gereja Malaga

Gereja Malaga

Kunjungan terakhir adalah Malaga. Sebenarnya banyak yang dapat dikunjungi di kota ini. Namun karena waktu yang amat terbatas hanya sedikit yang dapat kami nikmati.  Seperti yang sudah diperkirakan,  di Malaga ini terdapat benteng besar kuno peninggalan Islam ( Alcazaba) dan masjid agung yang telah direnovasi  total menjadi gereja yang amat cantik dan megah  Sayang ternyata kami datang tepat pada hari dimana benteng selalu tutup yaitu  hari Senin. L. Terpaksa kami hanya puas melihat dari luar dan di kejauhan pula.

IMG_3856

Benteng Malaga dari kejauhann

Benteng megah Malaga terletak tinggi di atas bukit. Benteng ini dibangun pada abad 11 untuk melindungi istana raja Nasrid yang memerintah pada akhir zaman keemasan Islam di Granada. Peninggalan istana khas arsitektur Islam ini tampak masih dirawat dengan baik. Dari ketinggian ini, kota  Malaga yang saat ini merupakan salah satu kota pelabuhan Mediteranian terbesar dan terpenting di Spanyol terlihat jelas. Karena letaknya yang strategis, pelabuhan Malaga banyak dikunjungi wisatawan yang datang dengan kapal pesiar ( Croisiere ).

Di luar sejarah peradabannya yang menarik, berkat pembangunannya yang pesat kota metropolis ini memang pantas untuk dikunjungi. Malaga adalah gabungan antara kota tua yang sarat dengan jalan-jalan sempit berbatu serta berliku khas kota Islam masa lalu, bangunan bergaya campuran Gothic, Mudejar, Renaissance, Baroque dan Neoclassical yang relatife baru serta areal pedestrian luas yang dipenuhi butik-butik terkenal dunia. Kami bahkan sempat tersesat di areal ini padahal hotel kami sebetulnya tidak jauh dari tempat tersebut.

Salah satu peninggalan peradaban Islam yang pantas dibanggakan adalah masalah air. Sebagaimana kita ketahui kehidupan umat Islam hampir tidak pernah terlepas dari air. Karena sebelum shalat kita  wajib berwudhu. Nah, bagi yang sering bepergian dan harus menginap di hotel tentu tahu bahwa toilet di hotel  biasanya hanya menyediakan tissue. Namun tidak demikian di Andalusia. Semua hotel yang kami kunjungi selalu memiliki  closet dengan fasilitas air pembasuh.

Jangan lupa aquaduct ( sistim saluran air, biasanya yang terbayang di benak umum adalah aquaduct romawi yaitu saluran air yang dibangun di atas tembok besar kuno yang mengelilingi kota) di masa kejayaan Islam 10 abad yang lalupun  telah menjadi bagian penting dari kehidupan Muslim dan selalu mendapat perhatian khusus. Contohnya ya The Miria Stairway di atas tadi. Juga General Life yaitu taman luas indah nan asri yang terdapat di perbukitan istana Alhambra di Granada.

General Life, Alhambra

General Life, Alhambra

General Life, Alhambra

General Life, Alhambra

Di dalam taman ini banyak sekali dijumpai kolam-kolam dengan air mancur di sana sini. Bahkan sejumlah arsitek taman terkemuka dunia mengakui bahwa taman istana Versailles di Perancis dan juga taman-taman di istana Inggris terinsiprasi oleh General Life. Sebaliknya terlihat jelas bahwa para pemimpin dan raja-raja Islam di masa lalu membangun taman-taman indah dengan kolam-kolamnya, air mancur dan sungai yang gemericik suaranya serta tanaman yang beraneka ragam buah dan bunganya karena terinspirasi ayat-ayat  Al-Quran.

Perumpamaan syurga yang dijanjikan kepada orang-orang yang takwa ialah (seperti taman). mengalir sungai-sungai di dalamnya; buahnya tak henti-henti, sedang naungannya (demikian pula). Itulah tempat kesudahan bagi orang-orang yang bertakwa; sedang tempat kesudahan bagi orang-orang kafir ialah neraka)”.( QS. Ar-rad (13): 35).

Peninggalan lama di luar Islam yang menjadi ciri khas kota-kota di Andalusia dan Spanyol pada umumnya adalah Plaza de Torro yaitu gelanggang pertunjukkan Matador. Pertarungan dimana anak muda ditantang untuk dapat menaklukkan banteng dengan hanya bermodalkan secarik kain berwarna merah darah atau sering juga berwarna merah muda ini hingga kini masih dipertandingkan dan dapat disaksikan di beberapa kota yang memiliki stadion untuk itu. Walaupun sejak beberapa tahun belakangan sering diprotes para anggota klub pecinta lingkungan hidup karena dianggap mempermainkan mahkluk hidup lain (banteng ) selain juga karena kerap memakan korban luka-luka parah bahkan meninggal.

Wallahu’alam bi shawab.

Semoga bermanfaat.

Pau – France, 10 November 2009.

Vien AM.

Read Full Post »

Bila orang Perancis biasa menyapa dengan kata “Bonjour”  maka “Ola” adalah sapaan yang akrab terdengar di telinga ketika kita pergi mengunjungi  kota-kota di Spanyol. Namun demikian warga Andalusia, wilayah Spanyol yang terletak diujung selatan semenanjung Iberia ini, meng-klaim bahwa mereka adalah warga Spanyol yang paling ramah dan hangat dibanding saudara-saudara  mereka yang tinggal di wilayah lain. Dan ini memang terbukti. Karena selama kurang lebih satu minggu kami berada di Andalusia, mulai dari penjaga pintu tol, resepsionis hotel hingga orang-orang yang kami temui dan tanyai ketika kami tersesat atau membutuhkan informasi, tanggapan dan sambutan mereka selalu baik dan ramah.

Perjalanan ke Andalusia yang dikenal dengan peninggalan dan sejarah Islamnya yang sangat kental ini, dimulai dari Pau- Perancis Selatan, dimana kami tinggal untuk sementara. Tujuan utama adalah kota Malaga. Berhubung  tidak ada penerbangan langsung dari Pau maka dengan mengendarai kendaraan pribadi kami melaju  ke Bilbao – Spanyol, sekitar 250 km ke arah barat Pau. Setelah menitipkan kendaraan di airport,   kamipun terbang menuju Malaga selama 1 jam 20 menit. Pesawat take off pada pukul 9 malam. Ini adalah satu-satunya penerbangan Bilbao – Malaga. Apa boleh buat kami harus merelakan satu malam untuk istirahat di hotel sebelum memulai perjalanan panjang.

Esoknya dengan kendaraan sewaan yang kami ambil di airport Malaga, kami menuju Granada. Jarak Granada – Malaga sebenarnya hanya sekitar 120 km. Namun karena jalan yang kami pilih bukan autoroute  maupun jalan toll karena kami ingin melihat keindahan kota-kota sepanjang pantai yang bakal kami lalui maka diperlukan waktu hampir 3 jam untuk sampai ke tujuan.

Granada adalah sebuah kota sarat sejarah. Wilayah ini selama 8 abad lamanya berada dibawah kekuasaan kerajaan Islam, yaitu sejak tahun 749 M – 1492M. Setelah kerajaan yang tadinya bersatu kemudian terpecah-pecah Granada adalah merupakan kerajaan kecil  Islam di Eropa yang terakhir kali jatuh. Kota ini berkembang pesat dibawah pemerintahan dinasti Almoravid dan Almohad yang memerintah antara tahun 1090 M – 1238 M.

Adalah Abdul Rahman ad-Dakhil bin Muawiyah, raja terakhir bani Umayyah yang pada masa akhir kejatuhannya berhasil lari dari kejaran bani Abbasiyyah. Tujuannya adalah semenanjung Iberia yang ketika itu telah ditaklukan oleh panglima Muawiyah, Thariq bin Ziyad . Dengan menyeberangi selat yang memisahkan antara benua Afrika dan benua Eropa, bersama panglima besar Musa bin Nushair, Thariq berhasil mengalahkan raja Ludzrig dari kerajaan Wisigoth, pada tahun 710 M. Selat tersebut dikemudian hari dikenal dengan nama selat Jibraltar. ( Berasal dari kata Jabar dalam bahasa Arab berarti gunung dan Thariq. Di selat tersebut memang berdiri sebuah gunung karang ).

Abdul Rahman menjadi raja Andalusia dengan menjadikan Cordoba sebagai ibu kota kerajaajannya pada tahun 755 M. Kerajaan Andalusia makin lama makin berkembang hingga akhirnya pada tahun 976 M meliputi seluruh semenanjung Iberia. ( Saat ini adalah wilayah yang meliputi Spanyol dan Portugal).

Namun tidak sampai seratus tahun kemudian karena rajanya yang lemah Andalusia terpecah-pecah menjadi lebih dari 20 kerajaan kecil yang terpencar-pencar ( taifa atau muluk thawaif’ ) hingga sedikit demi sedikit  jatuh  ke tangan raja Kristen Spanyol. Ini dikarenakan kerajaan-kerajaan tersebut selalu bertikai, saling fitnah dan selalu dalam peperangan antar mereka sendiri. Meskipun secara ekonomi, sains dan peradaban mereka maju pesat.

Kelihatannya mereka lupa pada hadits tentang pentingnya kesatuan, persaudaraan dan silaturahmi. Padahal dalam shalat berjamaah yang dipimpin oleh seorang imam dan hukumnya setengah wajib bagi kaum lelaki ini terutama ketika Isya dan Subuh tersirat hikmah betapa pentingnya persatuan dan kesatuan pimpinan.

Abdullah bin Umar RA mengatakan, Rasulullah SAW bersabda: “Orang muslim adalah saudara bagi saudaranya yang lain, tidak berbuat zalim kepadanya dan tidak menghinakannya. Barang siapa peduli pada kebutuhan saudaranya, maka Allah akan memenuhi kebutuhannya. Barang siapa menghilangkan kesusahan seorang muslim, maka Allah akan menghilangkan kesusahannya pada hari kiamat kelak. Dan barang siapa menutup aib seorang muslim, maka Allah akan menutup aibnya pada hari kiamat kelak “.. ( Hadits Riwayat Mutafakkun ‘Alaih).

Yang dimaksud Andalusia saat ini adalah provinsi paling selatan Spanyol yang meliputi kota-kota seperti Malaga, Granada, Cordoba, Sevilla, Ronda, Almeira, Marbella  dll. Napak tilas dimulai dari istana Alhambra yang dalam bahasa Arab berarti Istana Merah.

Salah satu gerbang Alhambra, Granada

Salah satu gerbang Alhambra, Granada

Alhambra20Alhambra8Istana yang dibangun pada sekitar tahun 1240 M ketika Granada berada dibawah pemerintahan  dinasti Nasrid ini terletak di ketinggian di sebelah Timur Laut kota. Dengan tembok tuanya  yang terbuat dari bata merah lengkap dengan 27 buah menara pengawasnya yang tinggi menjulang, istana kelihatan sangat mencolok. Selain sebagai pembatas, tembok sepanjang 1,4 km ini berfungsi sebagai benteng pertahanan ( Alcazaba ) pusat pemerintahan. Dari sinilah segala kebijaksaan kerajaan diambil.

Kecantikan istana yang kental dengan nilai seni Islam yang amat tinggi ini terlihat begitu kita memasuki pintu gerbangnya. Makin kedalam kecantikan tersebut semakin memukau. Kaligrafi yang sungguh menakjubkan dengan detil gambar bunga dan dedaunan diantara huruf-hurufnya ini tampak menghiasi seluruh permukaan dinding dan langit-langitnya.

Alhambra9Alhambra6Alhambra12Alhambra13Alhambra14Bahkan beberapa ruang menampilkan seni yang teramat tinggi. Kaligrafi berwarna biru muda dan putih yang dibuat di langit-langit yang tinggi sedemikian rupa hingga menyerupai sarang lebah yang bertingkat-tingkat. Ukirannya begitu halus dan detil.

Alhambra4Alhambra5Alhambra11Tak syak lagi, pasti dibutuhkan tidak saja ketelitian dan seni yang tinggi namun juga perhitungan matematis yang akurat. Yang lebih menakjubkan lagi di setiap dinding selalu dibuat kaligrafi yang berbunyi “ La illaha illa Allah”, bisa vertikal bisa  juga horizontal. Hebatnya lagi, ukiran-ukiran tersebut masih jelas dan nyata terbaca padahal umurnya telah dari 700 tahun !! Subhanallah ….

Albaycin dari jendela Alhambra

Albaycin dari jendela Alhambra

pasar GranadaSetelah puas menikmati keindahan istana, keesokan harinya kami mengunjungi Kathedral dan Albaycin. Keduanya terletak tidak jauh dari Alhambra. Albaycin adalah kawasan pemukiman Granada tertua dimana umat Islam dulu bertempat tinggal. Ini adalah satu-satunya pemukiman yang tetap terjaga hingga saat ini. Disini pula kini berdiri satu diantara dua masjid di Granada yang kembali berdiri setelah ratusan tahun lamanya dilarang. Sementara gereja raksasa Kathedral Granada dibangun dilokasi bekas masjid raya yang terletak ditengah-tengah pemukiman. Bahkan mihrabnyapun hingga detik ini masih bertahan didalam gereja tersebut. Karena ketika itu masjid berubah fungsi begitu kerajaan jatuh ke tangan Kristen tanpa mereka perlu merubah apa yang ada di dalamnya.

Saya tidak dapat membayangkan bagaimana perasaan saudara-saudara kita yang hidup di masa tersebut. Bagaimana dengan perasaan tertekan  mereka terpaksa merelakan masjid yang biasa mereka pergunakan untuk shalat sehari-hari tiba-tiba dijadikan rumah ibadah agama lain. ( Dalam hati saya bertanya-tanya  inikah nasib yang bakal dialami masjid Aqsho dan Masjid Kubah Batu di Yerusalem bila kita terus saja diam membisu ketika pihak Israel dengan diam-diam terus merangsek kedalam kedua masjid agung tersebut ?? Astaghfirullah … ).

Tidak cukup itu saja, umat Islam Granada ini bahkan dipaksa meninggalkan ajaran Islam dan berganti agama bila mereka ingin bertahan hidup dan tinggal di kota kelahiran  mereka. ( click   “ https://vienmuhadi.com/2009/08/21/menilik-jejak-islam-yang-hilang-di-eropa-1-%e2%80%93-aragon/ “  untuk mengetahui sejarah Andalusia yang lebih lengkap). Maka sejak saat itulah musnah sikap toleransi dan saling menghargai antar agama yang telah susah payah dibangun umat Islam di Spanyol. Saat ini dapat kita buktikan dengan adanya perbandingan jumlah gereja dan masjid yang ada di Indonesia yang mayoritas Muslim dan Negara-negara Barat yang mayoritas Kristen.

IMG_3234Namun demikian kesedihan hati ini sedikit terobati ketika kami melewati sebuah toko kecil yang dimiliki oleh seorang Muslimah ( awalnya terlihat dari jilbabnya). Dari percakapan ala tarzan inilah , karena ia hanya bisa sedikit berbahasa Inggris, akhirnya kami tahu bahwa jumlah Muslim di Granada saat ini cukup banyak. Bahkan kami juga sempat mendengar alunan ayat suci Al-Quran yang keluar dari salah satu toko souvenir yang berada di sepanjang jalan menuju Alhambra. Alhamdulillah….

Itulah (karunia Allah yang dilimpahkan kepadamu), dan sesungguhnya Allah melemahkan tipu daya orang-orang yang kafir “. (QS. Al-Anfal(8):18).

( Bersambung, ke  “ Menilik Jejak Islam Di Eropa (3) – Andalusia , click di sini).

Wallahu’alam bi shawab.

Semoga bermanfaat.

Pau – France, 10 November 2009.

Vien AM.

Read Full Post »

Indonesia adalah sebuah negara dengan penduduk mayoritas Muslim. Kita telah ketahui bersama bahwa Islam memiliki kitab pegangan, yaitu Al-Quranul Karim  yang isinya menjelaskan berbagai hal termasuk tata cara hidup bermasyarakat diantaranya bagaimana dasar hubungan  antar laki-laki dan perempuan. Disamping itu, kita juga memiliki As-Sunnah, yaitu contoh keteladanan Rasulullah SAW.

Dari keduanya  dapat kita lihat dan ketahui bahwa Islam tidak mengenal kata diskriminasi. Laki-laki dan perempuan memiliki kedudukan yang sama dalam pandangan Allah SWT. Tetapi mengapa hingga kini masih saja terjadi kekerasan dan ketidak-adilan yang kerap kali menimpa diri perempuan? Dimanakah letak kesalahannya? Pada pihak lelakinyakah atau pihak   perempuannya? Atau mungkin  keduanya? Atau ada penyebab lain?

Harus kita akui, pengetahuan maupun pemahaman kita terhadap ajaran Islam saat ini tidaklah sama dengan zaman Rasulullah dan generasi para sahabat. Saat ini kita hidup ditengah budaya Materialisme dan Kapitalisme yang begitu dominan. Hampir semua lapisan masyarakat begitu mengagungkan kekuatan materi, gemerlap dan hingar bingarnya kemewahan dunia dan segala kesenangannya. Kesibukan dalam mengejar kehidupan duniawi inilah yang pada akhirnya hanya  menyisakan waktu yang sangat minim untuk memikirkan hal lain di luar kehidupan duniawinya. Hingga akhirnya orang lupa pada hakikat hidup yang sesungguhnya.

Al-Quran dan As-Sunnah tidak lagi dijadikan pedoman dan pegangan hidup. Keduanya telah dianggap tidak lagi sesuai dengan keadaan sekarang  alias kuno dan ketinggalan zaman. Bahkan karena Islam mulanya datang dari tanah Arab dan bahasa Al-Qur’anpun adalah bahasa Arab, maka segala sesuatu yang ‘ber-bau Arab dan ke-Arab2an’ pun dianggap ‘kolot. Islam, Al-Quran dan As-Sunnah dianggap identik dengan dunia Arab. Sebagai gantinya, hukum Barat yang dijadikan patokan dan standard hidup. Inilah dunia modern dengan budaya baratnya yang serba ‘wah’ dan jauh dari keislaman.

Hijab (Jilbab) yang merupakan lambang kekuatan dan kepercayaan diri yang menjadi  identitas khas Muslimah, kaum perempuan Islam, pun mulai ditanggalkan. Kaum Muslimah mulai meyakini bahwa daya tarik keperempuanan adalah kecantikan fisik bukan lagi kekuatan hati dan pikiran. Mereka berpendapat bahwa kecantikan dan kemolekan tubuh perempuan tidak layak disembunyikan.

Terus dicekoki pemikiran bahwa tubuh adalah miliknya, bahwa kecantikan adalah anugerah Allah yang tidak boleh disembunyikan maka merekapun berpendapat adalah haknya pula untuk memperlihatkan dan mempertontonkannya sesuka mereka. Batas aurat menjadi tidak jelas dan tidak pasti.  Maka mulailah kaum perempuan  terperosok dalam lomba keberanian berbusana seronok, memamerkan keindahan dan kemolekan tubuh mereka tanpa rasa malu dan risih sedikitpun.

Di lain pihak, kaum lelaki yang mulanya ditakdirkan sebagai  pemimpin kaum perempuan, minimal bagi istri dan keluarganya tidak menjalankan tugasnya dengan baik. Banyak diantara mereka  rupanya juga sudah jauh dari kehidupan religiusnya. Alih-alih menasehati dan mengingatkan, merekapun malah mulai terpedaya dengan daya tarik seksual magnetis ini.   Nafsu seksual yang memang merupakan fitrah manusia yang tadinya dijaga  sesuai syariat kini mulai kehilangan kendali. Keimanan yang dari awal memang sudah tidak begitu terpelihara sekarang makin goyah. Syaitan mulai beraksi. Ialah yang mula-mula membisikkan bahwa ajaran Islam telah menutup dan menghalangi mereka dari memandang sebuah keindahan yang sudah semestinya menjadi hak kaum lelaki. Inilah awal petaka.

Rasa saling hormat serta rasa saling kagum dari jenis yang memang berbeda ini akhirnya berubah menjadi liar dan tidak terbingkai dengan baik. Perbedaan sifat dan karakter antara keduanya akhirnya hanya menonjolkan perbedaan fisik semata. Kelembutan, kesabaran, kecekatan, sifat keibuan dan berbagai sifat  dasar dan fitrah perempuan liannya menjadi samar. Yang tampak hanya tampilan fisik yang seksi dan menggairahkan lelaki.

Maka ketika umat, baik lelaki maupun perempuan tidak lagi saling  menasehati, tidak lagi saling mengingatkan   maka Allah SWT pun berlepas diri. Tidak ada paksaan dalam Islam. Namun hukum Islam tidak lagi dapat melindungi mereka dan sebagai akibat setiap diri harus mau menerima konsekwensinya.

Saat ini umat Islam, khususnya negri kita tercinta Indonesia, telah memilih hukum Barat sebagai pedoman hidup. Budaya Materialisme menjadi pegangan dan sandaran pemikiran. Nilai sebuah keberhasilan dan kebahagiaan hidup telah bergeser. Nilai keutuhan sebuah keluarga menjadi kurang begitu diperdulikan. Menjadi kaya dengan cara apapun adalah sebuah cita-cita dan kehormatan. Karena hanya orang kayalah yang berhak  menentukan aturan.

Maka dimana-mana terlihatlah laki-laki dan perempuan berlomba bekerja keras mencari dan mengumpulkan uang. Keduanya sibuk mengurusi hal yang sama, lupa akan pembagian kerja dan tanggung jawab dalam keluarga yang mereka bina dengan susah payah. Dengan penuh ketegaan mereka tinggalkan anak-anak yang dilahirkan  atas dasar kasih sayang tersebut ke dalam pengawasan pembantu rumah tangga yang begitu doyan duduk berjam-jam di depan pesawat televisi menikmati pelbagai tayangan yang tidak mendidik. Para orangtua ini  berkeyakinan bahwa hanya dengan uang sajalah segalanya dapat tercapai. Mereka menyangka hanya uanglah sumber kebahagiaan dan ketenangan. Mereka lupa kebutuhan anak tidaklah hanya sebatas materi saja.

Sebagai akibat,   ketika harta  yang dikejar tidak kunjung selalu mencukupi segala kebutuhan yang memang sangat relatif dan cenderung selalu bertambah dan terus bertambah, karena harta berapapun banyaknya tidak akan pernah memuaskan si pemburu, maka muncul perasaan tertekan, timbul kekhawatiran yang berlebihan terhadap kegagalan dan tidak berhasilnya mendapatkan uang sebanyak mungkin. Maka muncullah  berbagai penyakit  stres. Stres inilah  yang berpotensi melahirkan berbagai kekerasan dalam rumah tangga. Hingga dapat kita dengar  hari-hari belakangan ini ada seorang ibu, bahkan  tidak hanya satu-dua kasus, yang tega membunuh anak-anaknya karena khawatir akan kelaparan dan kemiskinan!

Di sisi lain si kayapun karena tidak lagi memegang keimanannya dengan teguh, ia membuat aturan yang hanya menguntungkan keluarga dan kaumnya.  Maka si miskin  dan si lemah, termasuk kaum perempuan dan terutama anak-anakpun menjadi korban. Mereka makin tertindas. Kaum lelaki lupa bahwa kaum perempuan  sesungguhnya membutuhkan mereka sebagai pelindung dan pengayom bukan hanya harta dan kekayaannya. Sebaliknya kaum perempuanpun juga  lupa bahwa kaum lelaki membutuhkan cinta, hati serta perhatian mereka bukan hanya kecantikan dan daya tarik seksual semata.

Itu sebabnya perempuan yang menurut hukum Islam adalah mahluk yang diagungkan dan dimuliakan akhirnya menjadi menderita hidupnya. Padahal Islam mengajarkan, perempuan sebagai kaum calon ibu dan ibu, kedudukannya begitu dihormati. Tidak hanya kelembutan dan kasih sayangnya yang begitu diharapkan dan dinantikan namun juga kehadirannya. Ia adalah pendidik utama bagi anak-anak terutama anak-anaknya  sendiri sebagai generasi penerus. Karenanya seharusnya seorang perempuan adalah lembut, santun, pandai dan terpelajar.

Dari Bahaz bin Hakim dari ayahnya dari neneknya ra, ia berkata, aku bertanya : “ Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus baik?”. Beliau bersabda: ”Ibumu”. Aku bertanya lagi: ”Kemudian siapa?. Beliau bersabda: ”Ibumu”.  Aku bertanya lagi :”Kemudian siapa?”. Beliau bersabda: ”Ibumu”. Aku bertanya lagi : ”Kemudian siapa?”.Beliau bersabda : “ Ayahmu, kemudian yang lebih dekat”. (HR Abu Dawud dan Tarmidzi).

Bagaimana mungkin seorang yang tidak memiliki kepekaan, kelembutan serta keimanan dapat menjadi pendidik, menjadi panutan dan keteladanan bagi anak-anaknya? Bagaimana mungkin seorang yang tidak memiliki ilmu dapat  diharapkan mampu meneduhkan,  berkomunikasi dan bertukar pendapat dengan suaminya?

Bagaimana mungkin pula seorang yang diharapkan dapat mewariskan ilmu dan perhatian kepada anak-anak bangsa ini harus menguras waktunya untuk bekerja keras membanting tulang demi mendapatkan sesuap nasi atau mungkin sepiring berlian?? Pun ketika seorang yang diharapkan kehadirannya sebagai pendidik dan panutan menghabiskan waktunya diluar rumah walaupun untuk kegiatan amal dan sosial ketika putra-putrinya, terutama balita masih membutuhkannya. Sama halnya ketika seorang ibu seharian di rumah namun tidak memberikan keteladanan bagi anak-anaknya. Karena  sesungguhnya pelajaran terbaik untuk anak adalah contoh keteladanan, sikap dan prilaku yang  dilihatnya  sehari-hari.

Disamping itu, belakangan ini makin banyak perempuan yang karena tidak lagi merasa tergantung kepada lelaki secara finansial, memilih untuk hidup membujang. Sementara berdasarkan pengamatan kasar, terlihat bahwa jumlah lelaki yang menganggur dengan berbagai alasan  makin hari makin bertambah. Kondisi seperti ini tidaklah baik.  Maka kalaupun mereka menikah, umur pernikahan tersebut tidak lebih dari seumur jagung. Ini hanya salah satu contoh penyebab perceraian.

Dengan berbagai macam penyebab dan alasan, perceraian makin  meraja-lela dan telah menjadi trend. Fenomena ini tidak hanya terjadi di kota-kota besar namun juga merambah hingga ke kota-kota kecil dan pedesaan di pelosok. Tampak bahwasanya perkawinan bukan lagi hal yang patut diagungkan dan disakralkan. Nilai sosial sebuah keberhasilan dan kebahagiaan hidup telah bergeser dari nilai-nilai Islam. Maka yang menjadi korban adalah anak yang tidak bersalah dan belum mengerti apa-apa.  Padahal kehidupan sekarang jauh lebih sulit dari pada masa lalu. Pergaulan bebas, bahaya narkotika dan obat terlarang, kejahatan dll  terus mengintai kehidupan sehari-hari anak-anak. Mereka masih sangat membutuhkan perhatian dan kasih sayang kedua orang-tuanya, terutama ibu secara nyata. Namun begitulah  potret perempuan masa kini.

Wallahu’alam bishawab.

Jakarta, April 2009.

Vien AM.

Baca lengkap eBook click :   perempuan-dan-lelaki-dalam-pandangan-islam-mitra-atau-rival

Read Full Post »

PEREMPUAN DAN KELUARGA DALAM ISLAM

Syahdan, Jum’at (18/3/2005), adalah hari ‘bersejarah’ bagi umat Islam. Bagaimana tidak? Setelah kurang lebih 14 abad lamanya, semenjak Islam lahir, baru kali ini ada seorang perempuan tampil menjadi khatib, sekaligus imam shalat jum’at! Peristiwa langka ini terjadi di Amerika Serikat. Perempuan yang memancing berita kontroversial itu bernama Amina Wadud. Dia adalah seorang profesor Studi Islam di Virginia Commonwealth University, AS. Bertempat di sebuah bangunan gereja Anglikan di New York, karena sejumlah masjid di negara tersebut menyatakan penolakan terhadap diadakannya shalat jum’at yang dipimpin seorang perempuan, Wadud memimpin sekitar 100 jamaah laki-laki dan perempuan yang dikabarkan bercampur dalam shaf yang sama dimana sebagian jamaah perempuannya juga dikabarkan tanpa menutup kepala mereka sebagaimana lazimnya muslimah shalat.

Ada apakah ini? Lupakah kita bahwa dalam urusan ibadah ritual / syariat, kita ( baik lelaki maupun perempuan) harus tunduk tanpa syarat pada apa yang diperintahkan-Nya dalam Al-Qur’an dan Hadis? Tidak cukupkah perintah Allah SWT yang mengatur masalah duniawi, yang menyangkut hubungan sosial / mu’amalah, kita boleh berlomba-lomba untuk terus berkarya, dan berkreasi? Tidakkah kita dapati bahwa hal tersebut sungguh amat bijak dan sangat sarat dengan nuansa perikemanusiaan? Allah tidak menghendaki hambanya menanggung beban berat dalam hal ibadah, apalagi sampai menyusahkan diri sendiri dalam hal-hal yang sudah jelas digariskan-Nya. Masih dirasa kurangkah tanggung jawab perempuan hingga harus melibatkan dengan hal yang bukan menjadi tanggungannya? Rasulullah memang pernah mengizinkan seorang muslimah yang ahli ibadah, Umm Waraqah menjadi imam shalat fardhu dalam keluarganya yang terdiri dari lelaki dan perempuan. Namun lelaki yang dimaksud dalam keluarga tersebut adalah seorang lelaki tua, yang kemungkinan telah tidak memiliki tenaga dan ilmu yang cukup untuk mengimami keluarganya. Ini adalah sebuah pengecualian. Disamping itu, Umm Waraqah memang dikenal sebagai salah seorang pengumpul/penghafal Al-Quran yang sangat sholehah.

Islam dengan jelas menerangkan bahwa lelaki adalah pemimpin bagi kaum perempuan. Ini adalah ketentuan Allah swt. Oleh karena itulah secara umum Ia menciptakan fisik lelaki lebih kuat dan perkasa daripada perempuan. Sebenarnya secara naluripun orang yang berakal pasti faham bahwa dalam suatu sistim (apapun) tidak mungkin ada dua orang pemimpin. Karena keberadaan 2 orang pimpinan akan melahirkan ketidak teraturan bahkan pertentangan. Namun ini bukan berarti bahwa Allah lebih menyayangi kaum lelaki daripada kaum perempuan. Bukan pula berarti bahwa lelaki lebih terhormat daripada perempuan. Sebaliknya ini justru tugas dan beban bagi lelaki.

Masyarakat Arab sebelum Islam datang 1400 tahun silam, terbiasa mengubur bayi perempuan yang baru dilahirkan ibunya. Hal ini mereka lakukan karena di benak mereka telah tertanam kuat pemikiran bahwa memiliki anak perempuan adalah hina. Melahirkan bayi perempuan adalah hal memalukan, suatu hal yang dapat menurunkan derajat dan martabat keluarga. Dalam pikiran mereka, hanya dengan memiliki anak lelaki sajalah martabat dapat diwariskan. Kebiasaan mereka menjelang kelahiran, istri diajak ke tempat terpencil dan sunyi. Dan bila ternyata yang lahir adalah bayi perempuan, si suami dengan segera melemparkan dan menguburkan bayi tersebut hidup-hidup kedalam lubang yang telah disiapkan terlebih dahulu! Namun begitu Islam datang, perbuatan tersebut dikutuk dan dilarang.

apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya, karena dosa apakah dia dibunuh,”(QS.At-Takwir(81):8-9)

Ironisnya, berabad-abad kemudian perempuan Eropa pada abad pertengahan masih juga berkubang dalam kegelapan dan keterbelakangan. Ketika itu bahkan pihak gerejapun pernah mempertanyakan hakikat perempuan. Mereka mempertanyakan apakah perempuan itu termasuk mahluk?? Perlukah orang berbuat baik terhadap mereka? Perempuan dianggap sesuatu yang menyesatkan dan harus disingkirkan. Mereka dimasukkan kedalam kategori syaitan.

Jean d’Arch adalah salah satu contoh perempuan muda Eropa yang mengalami tuduhan tersebut. Dengan menyamar sebagai seorang pemuda, gadis Perancis berusia 17 tahun ini berhasil memimpin pasukan negri tersebut dari cengkeraman Inggris. Menurut kabar, gadis ini adalah seorang yang taat akan agamanya. Namun hanya karena ia adalah perempuan, kerajaan dan gereja menuduh Jean sebagai tukang tenung hingga akhirnya ia harus menjalani hukuman bakar hidup-hidup. Ini terjadi pada tahun 1431 M.

Ada pula suatu masa dimana perempuan hanya dianggap sebagai pemuas nafsu lelaki. Perempuan bebas dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan seks lelaki. Bahkan Sigmund Freud, pendiri aliran Psikoanalisa, seorang dokter syaraf Yahudi berkebangsaan Austria yang hidup di awal tahun 1900an mengambil kesimpulan bahwa nafsu seksual tidak boleh dihalangi karena akan menyebabkan timbulnya suatu penyakit. Nafsu ini harus disalurkan dan ironisnya perempuan-perempuan ini digauli tanpa ada kewajiban harus dinikahi terlebih dahulu. Berbagai pesta yang sering kali diadakan oleh pihak penguasa selalu melibatkan sejumlah perempuan sebagai penghibur laki-laki.

Sebenarnya ini adalah dampak dari vonis gereja masa lalu yang mengumumkan bahwa perempuan adalah mahluk jahat yang harus dijauhi dan disingkirkan. Akibatnya kaum lelakipun harus kehilangan pasangan, teman dan tempat dimana ia dapat berbagi termasuk dalam hal penyaluran seksual sebagai fitrah manusia.

Fenomena ini masih terlihat hingga detik ini. Sayangnya, sebagian perempuan tidak menyadari bahwa sesungguhya mereka sedang dimanfaatkan. Dengan dalih kebebasan dan persamaan hak, mereka dicekoki pemikiran bahwa permainan tersebut tidak hanya menyenangkan dan menguntungkan kaum lelaki namun juga kaum perempuannya. Padahal kenyataannya kaum perempuanlah yang menderita. Merekalah yang harus menanggung resiko kehamilan, melahirkan, membesarkan dan menanggung beban hidup bayi yang dilahirkannya, yang tentunya jumlahnya tidak sedikit. Belum lagi berbagai penyakit yang mengancam hidup mereka seperti AIDS, berbagai penyakit kelamin dan sebagainya.

Lebih celakanya lagi, masih menurut teori Freud, bayi memilki insting cemburu terhadap orang-tuanya. Bila bayi itu laki-laki, ia menginginkan kedudukan ayahnya agar ia dapat memiliki ibunya secara ’lahir-batin’ sebaliknya bila bayi itu perempuan, ia menginginkan kedudukan sang ibu agar ia dapat memiliki ayahnya secara ’lahir-batin’. Inilah yang disebutnya Oedipus Complex. Pemikiran ini sesungguhnya diinspirasi oleh mitos Yunani kuno, yaitu Oedipus, seorang raja Yunani yang demi keinginan menikahi sang ibu, Jocasta, ia tega membunuh ayah kandungnya sendiri. Ini adalah sebuah pembenaran dari sebuah penyimpangan. Tampaknya sial betul nasib perempuan sebagai ibu!

Tidak demikian dengan Islam. Banyak sekali ayat-ayat Al-Quran yang menerangkan betapa Islam begitu menghargai dan mengagungkan perempuan, apalagi kaum ibu. Bahkan pada khutbah hari Arafah, hari-hari akhir kehidupan Rasulullah, beliau dengan serius mengingatkan bahwa umat Islam, khususnya kaum lelaki harus memperhatikan kedudukan, kehormatan dan hak kaum perempuan.

Berikut petikan khutbah beliau : ”……… Takutlah pada Allah dalam memperlakukan kaum perempuan karena kalian mengambil mereka sebagai amanat Allah dan kehormatan mereka dihalalkan bagi kalian dengan nama Allah…….”.

Dalam hadisnya, Rasululah menegaskan bahwa kaum ibu memiliki hak 3 tingkatan lebih tinggi dibanding kaum bapak. Karena ibu telah mengandung, melahirkan dan menyusui anak-anaknya. Sesuatu yang mustahil dapat dilakukan kaum lelaki. Dari Bahaz bin Hakim dari ayahnya dari neneknya ra, ia berkata, aku bertanya : “ Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus baik?”. Beliau bersabda: ”Ibumu”. Aku bertanya lagi: ”Kemudian siapa?. Beliau bersabda: ”Ibumu”. Aku bertanya lagi :”Kemudian siapa?”. Beliau bersabda: ”Ibumu”. Aku bertanya lagi : ”Kemudian siapa?”.Beliau bersabda : “ Ayahmu, kemudian yang lebih dekat”. (HR Abu Dawud dan Tarmidzi).

Dan telah Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu,hanya kepada-Kulah kembalimu”.(QS. Luqman( 31):14)

Ali bin Abu Thalib ra adalah salah satu sahabat yang tidak suka ketika seseorang tidak menghargai perempuan, apalagi bila orang itu adalah istrinya sendiri. Suatu hari, ia berpapasan dengan seorang perempuan berjalan gontai kesana kemari seakan sedang mencari seseorang. Ali kemudian menegurnya, ”Siapa yang sedang anda cari ?”. ”Aku mencari seorang laki-laki yang dapat melindungiku dari ancaman suamiku ”, jawabnya dengan suara bergetar. ” Ia telah berulang kali menampar dan memukulku ”, tambahnya memberi alasan. ” Sungguh terkutuk ! Antar aku ke rumahmu! ” seru menantu Rasulullah itu.

Setelah melewati beberapa lorong sempit, akhirnya tibalah keduanya didepan sebuah rumah. Ali segera mengetuk pintu rumah tersebut sementara perempuan tadi terlihat ingin menyembunyikan diri dibalik Ali. Tak lama kemudian pintu terbuka dan muncul seorang lelaki berwajah kasar, berperawakan kekar di depan pintu. Dengan tenang namun tegas Ali bertanya ” Engkaukah lelaki yang suka menganiaya istrimu padahal setiap malam kau rasakan kehangatan tubuhnya ?” ” Apa urusanmu dengan istriku ?” seru lelaki itu geram. Rupanya ia tidak mengenali wajah sahabat Rasulullah itu. ” Tidak perlu engkau banyak bertanya, rasakanlah balasan ini ! ”, seru Ali sambil mengayunklan gagang pedangnya . Seketika jatuhlah tubuh kekar tersebut. ” Demi Allah, jika kau masih mengulangi lagi perbuatan busuk itu, aku tebas batang lehermu!” tambah Ali. Dengan sempoyongan lelaki tadi berusaha berdiri. Perlahan ia mengenali wajah lelaki di hadapannya, Ali bin Thalib! Karena malu dan takut, akhirnya lelaki tersebut mengakui perbuatannya dan berjanji tidak akan lagi berlaku sewenang-wenang terhadap istrinya.

Keluarga adalah satuan terkecil dalam masyarakat. Dari rumah tangga yang seperti ini pulalah akan lahir anak-anak yang akan menambah kebahagiaan dan keceriaan sebuah keluarga. Islam mengajarkan hubungan yang sangat baik antara ayah, ibu dan anak. Islam mengajarkan betapa pentingnya menyayangi anak dan memperlihatkan kasih sayang tersebut.

Dari Abu Hurairah ra, ia berkata : ” Rasulullah saw mencium Hasan bin Ali dan disisinya ada Al Aqro bin Habis At-Tamimi sedang duduk. Lalu Al Aqro berkata : ” Sesungguhnya aku mempunyai 10 anak. Aku tidak mencium salah seorangpun dari mereka”. Lalu Rasulullah memperhatikan Aqro kemudian berkata: ”Barangsiapa tidak menyayangi tidak akan disayangi.”

Begitu pula sebaliknya, Al-Quran dengan tegas melarang seorang anak berkata-kata dengan kasar apalagi membentak terhadap kedua orang-tuanya terutama ketika mereka telah lanjut usia, bahkan berkata “ ah” sajapun Allah SWT melarangnya.

” ……. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia ”. (QS.Al-Isra’(17):23).

Tidak seperti hubungan antara suami-istri yang bisa saja tidak kekal dan abadi, hubungan antara anak dan kedua orang-tuanya mustahil terputus. Itu sebabnya Islam melarang adopsi atau mengangkat anak. Memelihara anak yatim piatu dan memperlakukannya seperti anak sendiri apalagi di rumah sendiri pula memang sangat mulia namun bukan mengakuinya sebagai anak kandung. Hak dan kewajiban manusia selaku anak kandung maupun selaku orangtua dan ibu yang pernah melahirkan seorang anak tidak pernah mungkin bisa dicabut. Hal ini terlihat jelas ketika seorang anak, terutama anak perempuan akan menikah, juga dalam hal waris.

Allah sekali-kali tidak menjadikan bagi seseorang dua buah hati dalam rongganya; …… dan Dia tidak menjadikan anak-anak angkatmu sebagai anak kandungmu (sendiri). Yang demikian itu hanyalah perkataanmu di mulutmu saja. …… Panggillah mereka (anak-anak angkat itu) dengan (memakai) nama bapak-bapak mereka; itulah yang lebih adil pada sisi Allah, dan jika kamu tidak mengetahui bapak-bapak mereka, maka (panggillah mereka sebagai) saudara-saudaramu seagama dan maula-maulamu”.(QS.AlAhzab(33):4).

Dalam dunia kesehatan modern, pelarangan adopsi dengan menghilangkan asal usul keluarga aslinya, terbukti sangat penting. Ini terkait ketika anak adopsi akan melakukan pernikahan. Karena perkawinan incest / perkawinan antar anggota keluarga yang memiliki hubungan darah yang dekat dapat mengakibatkan penyakit / cacat seumur hidup. Ini bisa saja terjadi diantaranya karena ketidak tahuan bahwa calon pasangan pengantin tersebut mungkin sebenarnya bersaudara. Karena salah satu diantara mereka adalah anak adopsi yang tidak diketahui asal-usul kedua orang-tuanya.

Jadi jelas, dalam Islam tidak hanya kedudukan laki-laki dan perempuan yang sama, namun anakpun memiliki hak yang sama sebagaimana orang tua dalam mendapatkan perhatian dan kasih sayang.

Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka(adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh(mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka ta’at kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (At Taubah 9:71)

Pada tahun ke 8 H, pada peristiwa penaklukan kota Makkah (Fathu-Makkah) yang ketika itu masih merupakan pusat perlawanan terhadap Islam, Rasulullah melakukan pembaiatan, yaitu janji untuk senantiasa mendengar dan taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Selesai Rasulullah membaiat kaum lelaki, Rasulullah membaiat kaum perempuan. Dalam baiat/sumpah tersebut, dinyatakan bahwa mereka tidak akan pernah mempersekutukan Allah dengan sesuatu apapun, tidak mencuri, tidak berzina, tidak membunuh anak-anak mereka dan tidak berbohong.

Peristiwa ini menunjukkan betapa Rasulullah sangat menghargai kaum perempuan sehingga beliau merasa harus membaiat kaum perempuan secara khusus dan terpisah. Namun sebagaimana firman-Nya bahwa Ia menciptakan segala yang ada di alam semesta ini dalam bentuk berpasang-pasangan, begitu juga manusia. Laki-laki dan perempuan adalah pasangan. Adalah mustahil bagi segala sesuatu yang berpasangan itu sama. Jelas mereka harus dan pasti berbeda.

Allah menjadikan mereka dengan tujuan yang sama namun dengan fungsi yang berbeda agar dapat saling melengkapi dan menutupi. Bila salah satunya tidak berfungsi dengan baik maka akan terjadi ketimpangan yang berakibat rusaknya tatanan kehidupan ini. Mereka adalah bagaikan matahari dan bulan. Diperlukan pengaturan dan kerja sama yang sempurna diantara keduanya. Mustahil bagi mereka untuk saling ingin mendahului, saling bertukar tempat dan merasa lebih hebat karena masing-masing telah memiliki jalur dan jalannya masing-masing.

Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya”. (QS. Yaasiin (36):40).

Laki-laki dan perempuan wajib saling mengingatkan dan saling menasehati dalam kebaikan. Mereka harus hidup saling tolong menolong karena satu sama lain saling membutuhkan. Perumpamaan mereka adalah seperti sepasang kaki atau sepasang tangan. Keduanya harus bekerja sama dalam mencapai tujuan yang sama. Namun tidak mungkin mereka bertukar tempat karena masing-masing telah dibuat sesuai dengan kebutuhannya. Sebagaimana kaki kanan dan kaki kiri sama-sama membutuhkan sepatu namun tidak mungkin bertukar sepatu, kaki kanan tidak akan mungkin bisa mengenakan sepatu kiri dengan penuh kenyamanan begitu pula sebaliknya. Laki-laki dan perempuan diciptakan berbeda agar saling melengkapi, saling mengisi. Fisik lelaki normalnya jauh lebih kuat dari pasangannya. Itulah sebabnya lelaki berkewajiban mencarikan nafkah, melindungi dan memberikan rasa keamanan bagi pasangan dan keluarganya.

”…… Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang ma’ruf ”.(QS.Al Baqarah 2:233).

Rasullullah saw bersabda :“Dinar yang kamu nafkahkan di jalan Allah,dinar yang kamu nafkahkan untuk budak,dinar yang kamu sedekahkan kepada orang miskin dan dinar yang kamu nafkahkan kepada keluargamu. Yang lebih besar pahalanya adalah yang kamu nafkahkan kepada keluargamu”.

Itu pula sebabnya utusan yang dikirim Allah SWT kepada umat manusia selalu laki-laki. Karena tugas kerasulan adalah tugas maha berat yang tidak saja memerlukan fisik yang tangguh namun juga tanggung-jawab yang besar.

Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum perempuan, oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka(laki-laki) atas sebagian yang lain(perempuan), dan karena mereka(laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. ” (QS.An Nisaa’ (4):34).

Sang Pencipta yang mengatur semua ini, kita, kaum perempuan tidak perlu dan tidak sepantasnya iri dan dengki. Lagipula ayat diatas sama sekali tidak mencerminkan bahwa kedudukan perempuan menjadi direndahkan. Perumpamaan rumah tangga atau keluarga adalah bagaikan kapal yang sedang berlayar mengarungi samudra luas yang penuh tantangan dan berbahaya. Bila kapal ingin berjalan selamat sampai tujuan maka diperlukan hanya seorang nakhoda dalam mengarahkan kapalnya. Namun ia tetap memerlukan wakil, penasehat yang dapat terus mendampinginya, menasehati sekaligus mengingatkannya bila ia lalai. Disinilah kedudukan perempuan.

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya”.(QS.AlBaqarah(2):286)

Allah SWT tidak akan membebani mahluknya dengan sesuatu yang tidak akan sanggup ditanggungnya. Allah SWT menciptakan segala yang ada di alam semesta ini dengan penuh keseimbangan. Itulah sebabnya Allah SWT tidak memerintahkan kaum hawa untuk bekerja mencari nafkah untuk membiayai keluarganya. Ini adalah tanggung-jawab para suami sebagai seorang kepala keluarga. Ini pula yang menyebabkan mengapa hukum waris Islam menyatakan bahwa bagian antara anak lelaki dan perempuan adalah 2 banding 1.

Allah mensyari`atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu. Yaitu: bahagian seorang anak lelaki sama dengan bahagian dua orang anak perempuan; ………Ini adalah ketetapan dari Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”.(QS.An-Nisa’(4):11).

Allah telah menetapkan bahwa pada harta dan kekayaan seorang lelaki berkeluarga ada sebagian hak dan milik istri serta anak-anaknya yang harus dipenuhi. Sebaliknya harta dan kekayaan seorang perempuan adalah sepenuhnya milik dan hak perempuan itu sendiri. Namun demikian, bila seorang perempuan/istri memilki harta berlebih, di lain pihak sang suami tidak memiliki apa-apa ( miskin ), si istri boleh memberikan sebagian hartanya itu kepada suami. Ini adalah bagian dari sedekah istri.

Abu Sa’id al-Khudri ra berkata : ” Zainab, istri Ibnu Mas’ud, bertanya, Ya Nabi Allah, hari ini engkau menyuruh mengeluarkan sedekah dan aku mempunyai perhiasan yang hendak aku sedekahkan. Tetapi menurut anggapan Ibnu Mas’ud ( suaminya) , ia beserta dan anaknya adalah orang-orang yang paling berhak menerima sedekah itu dari saya. Nabi saw bersabda , ” Benarlah apa yang dikatakan Ibnu Mas’ud itu. Suami dan anakmu adalah orang yang paling berhak menerima sedekah darimu”. (HR Bukhari).

 “ Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu’allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai sesuatu ketetapan yang diwajibkan Allah; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”.(QS.At-Taubah(9):60).

Laki-laki dilebihkan atas kaum perempuan, ini dikarenakan adanya penekanan bahwa kaum lelaki wajib bekerja mencari nafkah untuk menghidupi istri dan anak-anaknya. Lelaki, khususnya para suami dibebani tugas semampunya untuk memberikan fasilitas sandang, pangan dan papan bagi keluarganya. Sebagai imbalan maka perempuanpun sebagai seorang istri yang baik musti mempertanggung-jawabkan apa yang telah diberikan suaminya tersebut. Ia wajib menjaga ( mempergunakan dengan baik) harta yang dengan susah payah dicari suaminya itu. Disamping itu, selama kepergiaan suami mencari harta, si istri dituntut agar pandai menjaga dirinya.

Syahdan pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab adalah seorang laki-laki yang ingin melaporkan kecerewetan istrinya kepada sang khalifah. Namun apa yang didapati lelaki tersebut? Begitu ia sampai di depan pintu rumah Umar, ia mendengar suara istri Umar yang sedang mengomel. Suaranya begitu kencang dan penuh emosi, terdengar bahkan lebih cerewet dari istri yang ingin diadukannya. Sebaliknya tak sedikitpun terdengar suara Umar.

Maka dengan diam-diam lelaki itupun pergi meninggalkan tempat tersebut. Ia berpikir dengan heran apa yang menyebabkan sang khalifah yang dikenal begitu gagah dan tegas itu diam seribu bahasa menghadapi kecerewetan istrinya itu. Dan bila Umar saja dapat bersabar menghadapi masalah tersebut mengapa pula ia harus kecewa terhadap tingkah laku istrinya? Selidik punya selidik akhirnya ia tahu apa yang menyebabkan Umar diam. Umar berkata bahwa istri patut sekali-sekali melampiaskan kekesalannya karena tugas istri memang berat. Dan sudah sepantasnya bila si suami ridho menerimanya.

Alasan pertama mengapa seorang suami harus ridho adalah karena seorang istri telah membebaskan suami dari fitnah nafsu syahwat yang senantiasa dihadapi seorang suami sebagai laki-laki ketika ia harus berada di luar rumah untuk mencari nafkah. Dengan kata lain istri adalah penghalang api neraka. Yang kedua, istri telah dengan susah payah selama 9 bulan mengandung anak-anaknya dan kemudian mendidiknya pula. Yang ketiga karena dengan adanya istri di rumah yang mau menjaga harta yang dengan cucuran keringat dicarinya, maka seorang suami dapat bekerja dengan tenang tanpa rasa khawatir kehilangan hartanya tersebut dan juga karena istrinya ia termotivasi untuk bekerja. Alasan terakhir, karena istrinya ia dapat pulang ke rumah dengan harapan istrinya itu akan menyambutnya dengan suka cita, memberikan perhatian, kasih sayang sekaligus menyediakan makanan sebagai ganti energi yang telah terkuras sepanjang hari karena bekerja keras.

Disamping mencari nafkah, suami bertugas untuk mengayomi, melindungi sekaligus mendidik istri dan anak-anaknya. Sebaliknya para istri sebagai kaum perempuan telah diciptakan-Nya dalam keadaan memiliki kehalusan dan kelemah-lembutan yang nantinya akan diperlukan dalam rangka mendidik dan merawat anak-anaknya. Kaum ibu selain ratu dalam keluarga ia juga adalah guru dan keteladanan bagi anak-anaknya.

Itulah sebabnya perempuan harus pandai. Ia harus menuntut ilmu agar ia mengerti tugas dan tanggung jawabnya. Pendidikan moral dan etika pergaulan seperti kejujuran, kesopanan, menjaga kehormatan, menjaga hubungan baik dengan tetangga, amanah dll adalah salah satu pendidikan penting yang harus ditanamkan kepada anak sejak dini. Keimanan harus ditanamkan bahkan ketika masih didalam kandungan karena sebenarnya ketika itu bayi sudah dapat merasakan hal tersebut.

Oleh sebab itu seorang ibu yang sedang mengandung dianjurkan untuk memperbanyak zikir, baik melalui shalat maupun membaca Al-Quran/mengaji. Ilmu yang wajib dimiliki seorang perempuan sebagai ibu selain ilmu untuk mengenal Allah SWT adalah ilmu apapun yang dapat mendekatkan diri dan anak-anaknya kepada Sang Pencipta. Mengenal lingkungan, baik lingkungan tetangga maupun lingkungan alam, mencintai dan menyayangi segala yang ada di alam semesta, contohnya ilmu agama, adalah bagian dari ilmu yang harus dikuasai seorang perempuan. Karena dengan pengetahuan tersebut seorang anak dapat mengenal Tuhannya.

Ilmu yang seperti ini hukumnya adalah fardhu’ ain, artinya wajib dimiliki oleh setiap diri. Sedangkan ilmu pengetahuan umum yang sifatnya hanya untuk kepentingan duniawiyah saja seperti ilmu Matematika, ilmu Ekonomi, Fisika, Kimia, Bahasa, Sejarah dll hukumnya adalah fardhu kifayah yaitu wajib dimiliki oleh setiap kelompok orang, bukan setiap diri. Ilmu seperti ini diperlukan karena dapat mempermudah kehidupan dunianya. Dan tentu saja bila dengan ilmunya tersebut seseorang bisa menolong sesamanya dari kesulitan sehingga orang tersebut menjadi berusaha mendekatkan diri kepada-Nya maka Allah SWT akan membalas perbuatan tersebut dengan imbalan yang setimpal pula.

Rasullulah menegaskan, tiga hal yang tidak terputus pahalanya & terus mengalir bagi manusia walaupun ia telah tiada, yaitu : amal-shalehnya, ilmunya yang terus diamalkan untuk kebaikan umat dan doa anak yang shaleh.

Allah berfirman : ”Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal shaleh, baik laki-laki maupun perempuan sedang ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya sedikitpun”.(An-Nisaa’ 4:124)

Perempuan-perempuan yang menguasai minimal ilmu pengetahuan agama kemudian mencontohkannya dalam prilaku kesehariannya dapat dipastikan kelak akan mencetak manusia-manusia berkwalitas, manusia-manusia bermoral yang akan mampu memimpin sebuah bangsa besar. Mereka adalah bibit unggul yang akan menghasilkan benih-benih yang unggul pula. Baginya kemenangan di dunia dan di akhirat. Tampaknya pepatah yang berbunyi “ Maju-mundurnya sebuah bangsa tergantung kaum perempuannya” ataupun “ Surga dibawah telapak kaki ibu” tidaklah keliru.

Wallahu’alam bishawab.

Jakarta, April 2009

Vien AM.

Read Full Post »