Feeds:
Posts
Comments

Posts Tagged ‘Demokrasi’

Bunuh diri dalam Islam hukumnya jelas, dosa bahkan masuk dosa besar! Bunuh diri dengan alasan apapun tidak bisa dibenarkan. Allah melaknat perbuatan ini karena bunuh diri sama dengan tidak bersyukur , tidak menghargai pemberian nikmat hidup yang diberikan-Nya. Hidup adalah ujian, batu loncatan untuk menuju kehidupan yang lebih abadi yaitu kehidupan akhirat. Kehidupan didunia adalah tiket yang harus dipergunakan sebaik mungkin agar dinegri akhirat nanti  tidak terjebak ke dalam derita,  duka nestapa dan penyesalan yang tiada akhir di neraka. 

 Kesulitan  hidup di dunia baik itu kemiskinan, penyakit, kegagalan dalam membina keluarga, kegagalan dalam cinta, kegagalan dalam karier maupun kegagalan-kegagalan lain dalam hidup ini tidak ada artinya sama sekali dibanding siksa neraka. Ini adalah cobaan yang harus dihadapi dengan penuh kesabaran. Dan balasan yang akan diterima seseorang itu tergantung dari tingkat cobaan serta kesabaran yang diperlihatkannya. Makin tinggi dan berat cobaan makin tinggi pula kesabaran yang dibutuhkan. Oleh karenanya ganjaran pahalanyapun  lebih banyak lagi. Disamping itu Allah juga berfirman bahwa Ia tidak akan memberi cobaan lebih dari kemampuan seseorang.

 Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya……”. (QS. Al-Baqarah (2): 286).

 Begitupun membunuh manusia lain. Betapapun miskinnya Allah melarang seseorang membunuh anak-anak mereka.

 “ Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kamilah yang akan memberi rezki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar”(QS.Al-Isra (17):31).

Namun tidak semua perbuatan membunuh itu dilarang. Dengan beberapa alasan Allah membolehkannya. Contohnya yaitu ketika dalam perang. Tetapi dengan catatan  tidak boleh dengan nafsu amarah. Perang dalam Islam yang diperbolehkan adalah dalam rangka menegakkan kebenaran, menegakkan keadilan,melawan kezaliman. Islam adalah agama yang cinta damai tetapi tetap tegas.

Berikut  pengalaman Ali bin Thalib yang amat patut untuk dicontoh.

Pada suatu pertempuran, Ali bin Abi Thalib menjatuhkan lawannya. Kemudian ia meletakkan kakinya di atas dada lawannya lalu menempelkan pedangnya ke leher lawan tersebut. Tetapi ia tidak segera membunuh orang itu.

Mengapa engkau tidak segera membunuhku?” Orang itu berteriak dengan marah.

Aku adalah musuhmu. Mengapa kamu hanya berdiri saja?

Lalu ia meludahi muka Ali. Mulanya Ali menjadi marah, tetapi kemudian dia mengangkat kakinya dari dada orang itu dan menarik kembali pedangnya.

Aku bukan musuhmu”. Ali menjawab. “Musuh yang sebenarnya adalah sifat-sifat buruk yang ada dalam diri kita. Engkau adalah saudaraku, tetapi engkau meludahi mukaku. Ketika engkau meludahi aku, aku menjadi marah dan keangkuhan datang kepadaku. Jika aku membunuhmu dalam keadaan seperti itu, maka aku akan menjadi seorang yang berdosa, seorang pembunuh. Aku akan menjadi seperti semua orang yang kulawan. Perbuatan buruk itu akan terekam atas namaku. Itulah sebabnya aku tidak membunuhmu”.

Sebaliknya Allah swt mengizinkan seseorang untuk menuntut balas atas kematian yang dilakukan seseorang secara sengaja dan zalim terhadap keluarganya. Tetapi dengan syarat tidak melampaui  batas. Apalagi bila si pembunuh telah mengakui kesalahan, meminta maaf serta membayar diat. Maka tidak ada lagi alasan bagi seorang ahli waris untuk membalas kematian tersebut.

Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya), melainkan dengan suatu (alasan) yang benar. Dan barangsiapa dibunuh secara zalim, maka sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepada ahli warisnya, tetapi janganlah ahli waris itu melampaui batas dalam membunuh. Sesungguhnya ia adalah orang yang mendapat pertolongan”.(QS.Al-Isra (17):33).

Bagaimana dengan bom bunuh diri yang belakangan ini makin marak saja terjadi. Saya secara pribadi berpendapat bahwa bom bunuh diri termasuk kasus khusus. Bom bunuh diri yang dilakukan dengan niat mengakhiri berbagai masalah dan kegagalan dalam kehidupan sudah pasti dilarang, haram.hukumnya alias dosa. Namun bom diri yang dilakukan dalam rangka perang  sama hukumnya dengan yang berlaku dalam perang. Bom bunuh diri yang banyak terjadi di wilayah perang seperti di Palestina adalah contohnya.

Harus diakui, seluruh permukaan tanah Palestina adalah wilayah perang. Karena pemerintahan dan negara Israel yang berdiri diatas tanah Palestina dan diakui oleh PBB pada tahun 1948 tidaklah  berdiri atas kemauan dan kehendak rakyat yang mendiami wilayah tersebut.

Sekedar untuk diketahui, Palestina sebelum berdirinya Israel adalah negri yang diakui sebagai negri yang memliki toleransi amat tinggi. Mayoritas penduduknya yang etnis Arab Muslim mampu hidup berdampingan dengan Arab Nasrani, Armenia maupun Yahudi secara rukun dan damai. Berdasarkan sensus penduduk yang dilakukan mandatari  Inggris yang menguasai Palestina sejak tahun 1917, pada tahun 1922 perbandingan jumlah penduduk antara Muslim, Yahudi dan Nasrani adalah 78 : 11 : 10. Pada tahun 1931 adalah 74 : 17 : 9 dan pada tahun 1945 adalah 60 : 31 : 8. Total penduduk ketika itu adalah 1.845.560 jiwa. Gaza, Hebron, Nablus dan Ramallah adalah 4 kota terbesar yang dikuasai Muslim yaitu antara 83 hingga 99 %. Sementara berdasarkan kepemilikan tanah pada tahun 1945 perbandingan Muslim dan Yahudi adalah adalah 84 : 2.

( click : Rahasia Israel Yang Tidak Dipublikasikan )

Namun sejak Israel bercokol ditanah tersebut, kerusuhan dan ketegangan terus saja terjadi setiap hari. Dengan berdatangannya orang-orang Yahudi dari seluruh pelosok dunia,     etnis Arab Muslim yang semula mayoritas makin lama makin terpinggirkan. Mereka terus ditekan, dikucilkan dan terusir. Saat ini mereka hanya menduduki  Gaza dan Tepi Barat yang tidak lebih dari 25 % dari seluruh Palestina sebelum 1948. Itupun letaknya terpisah ratusan km. Dan dengan dibangunnya tembok-tembok pembatas di dalam kota-kota Tepi Barat seperti yang terjadi di Yerusalem Timur, Bethlehem, Jericho dll  sejak tahun 2001 wilayah Palestinapun makin lama makin menyempit. Hingga akhirnya yang tersisa hanya tinggal 12 % saja. Disinilah mereka hidup berdesak-desakan.

Belum lagi dengan kwalitas hidup yang serba dalam kesulitan. Karena otoritas Israel hanya menyalurkan 15 % air bersih dan  listrik ke wilayah ini. Keadaan mereka benar-benar sangat memprihatinkan. Mereka tertindas di tanah air mereka sendiri dan ironisnya lagi seluruh dunia mengetahuinya! Dapatkah kita merasakan bagaimana tertekannya perasaan mereka?  Bagaimana dan dengan apa mereka harus melawan ? Bagaimana mereka dapat meng-agung-kan-Nya, mendirikan ibadah dengan tenang ? Siapa yang mau membela dan melindungi anak-anak mereka ??

Maka bom bunuh diripun akhirnya menjadi pilihan terakhir. Untuk menghindari agar korban sipil dapat ditekan tampaknya agak sulit. Mereka memang tinggal di wilayah yang padat penduduk dengan pos penjagaan tentara yang tersebar dimana-mana. Setiap waktu setiap saat selalu terjadi keributan. Untuk pergi mencari nafkah, ke sekolah, ke pasar  bahkan ke dokterpun mereka musti berkali-kali melalui pos penjagaan yang super ketat. Dibawah todongan senjata pula ! Maka jalan satu-satunya hanya meledakkan diri didepan pos-pos penjagaan tersebut.

Namun bila kemudian aksi bom bunuh diri ini divonis sebagai kejahatan perang, tentunya banyak pihak yang harus dilibatkan dan dipersalahkan. Begitu pula dengan timbulnya kesan kebencian yang begitu mendalam terhadap Amerika Serikat. Amerika Serikat adalah negara adi daya yang menjadi sekongkol Israel. Tanpa dukungan dan perlindungan negri paman Sam ini mustahil Israel dengan Zionisnya mampu berbuat semena-mena terhadap rakyat Palestina. Sebenarnya bahkan umat Kristiani Palestinapun membenci kebijaksanaan Israel. Bagaimanapun mereka merasa bahwa dibawah bendera Palestina Muslim ( dulu) mereka aman. Toleransi diantara pemeluk Islam, Nasrani dan Yahudi sangat tinggi dijunjung.             

Saya sering mendengar dan membaca berita mengenai korban kejahatan perang melalui berbagai media, baik televisi, koran maupun internet. Namun baru kali ini saya mendengar sendiri dari mulut anak perempuan saya yang berumur 15 tahun. Ia murid sebuah SMA di Pau, kota kecil di Perancis Selatan. Di sekolah inilah ia berkenalan dengan seorang remaja Chechnya. Darinya ia mengetahui bahwa temannya tersebut adalah pengungsi korban perang Chechnya.

Chechnya adalah salah satu negara bagian Rusia yang berjuang untuk melepaskan dan memerdekakan diri dari Rusia. Karena letaknya yang berdekatan dengan Turki Ustmaniyah sejak abad 15 mayoritas penduduknya adalah Muslim. Namun dibawah pemerintahan Rusia mereka sangat sulit menjalankan ajaran Islam. Walaupun pada tahun 1991 dengan bubarnya Republik Federasi Rusia, Chechnya berhasil memproklamirkan diri, perang sengit tetap saja terjadi. Rupanya Rusia tidak ingin kehilangan wilayah yang dikabarkan kaya akan minyak ini. Perang yang berlangsung sejak tahun 1994 dan menelan korban meninggal ratusan ribu jiwa, jutaan anak yatim piatu dan cacat serta menghancurkan sebagian besar infrakstuktur negri ini hingga kini sesekali masih saja berlangsung.    

Click : Distruction of Chechnya

Bella, demikian nama remaja tersebut, menceritakan bahwa ia masih dapat mengingat bagaimana kedua saudara lelakinya ditembak tentara Rusia di depan matanya hingga meninggal ketika mereka sedang dalam perjalanan pulang dari sekolah menuju rumah. Menurut anak saya, temannya yang cantik dan santun itu kelihatan kurang percaya diri dan agak pendiam serta pemalu. Saya katakan itu adalah trauma akibat dari apa yang pernah terjadi terhadap dirinya. Ayah Bella hingga saat ini masih sering pulang ke negaranya untuk membantu perjuangan saudara dan teman-temannya. Sementara kakak lelakinya bekerja di salah satu kota di Perancis bagian utara. Dengan gaji yang pas-pasan ia harus menyantuni hidup Bella, adik dan kedua orang-tuanya yang hingga saat ini masih   mengontrak sebuah apartemen sempit di Pau. Bella sendiri bisa sekolah karena bea siswa Perancis.

Suatu hari anak saya juga bercerita bahwa Bella hanya hafal beberapa surat pendek saja dan tampaknya sering meng-qodho shalat Zuhur dan  Asar dengan Magrib! Hampir semua murid di Perancis memang sulit menjalankan shalat Zuhur pada waktunya. Karena selain sekolah tidak menyediakan tempat shalat suasananya juga  kurang mendukung. Biasanya mereka memang meng-qodhonya dengan Asar. Namun dengan Magrib??

Inilah salah satu dampak perang yang nyata terlihat. Anak-anak tidak saja hanya kehilangan orang-tua dan sanak keluarga namun juga bimbingan dan pegangan agama. Bella masih lumayan karena bagaimanapun ia masih menjalankan shalatnya. Namun bagaimana dengan yang lain.. Karena banyak korban perang yang kemudian diadopsi oleh penduduk setempat yang pada umumnya pemeluk Nasrani atau malah Atheis !

Belum lagi dengan nasib mereka yang terpaksa hidup mengemis, tinggal di tenda-tenda pengungsian yang kumuh. Mereka hidup hanya berdasarkan belas kasihan orang lain. Mereka adalah para korban perang yang datang dari berbagai negara seperti Irak, Palestina, Afganistan, Serbia dan Chechnya.

Ironisnya, bahkan sesungguhnya kitapun, rakyat Indonesia yang sebagian besar penduduknya memeluk Islam secara tidak langsung telah ikut andil dalam penghancuran tersebut. Sebab dengan berbelanja dan mengkonsumsi berbagai produk Zionis yang dibungkus label barat berarti kita telah memberikan keuntungan kepada Israel. Dan dengan kekayaan yang makin menggunung itulah  mereka menekan saudara-saudara kita dimanapun berada.

Sungguh mengherankan, di zaman modern ini dimana kata demokrasi, keadilan, persamaan hak dll begitu sering dikumandangkan namun nyatanya penindasan, monopoli, pemaksaaan pikiran bahkan perang masih saja terjadi di hadapan kita. Ironisnya, sebagian umat Muslim dengan begitu na’ifnya tetap saja merasa bahwa mereka sedang tidak ditekan. Padahal jelas apapun dalih dan alasannya yang selalu menjadi korban adalah negara-negara Islam yang mayoritas penduduknya tegar dalam menegakkan agamanya. Setelah Turki Otoman jatuh pada 1924, dunia Islam benar-benar terpuruk. Palestina, Irak, Afganistan, Serbia, Chechnya .. siapa berikutnya .. Iran? Indonesia?  

Sebahagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran. Maka ma`afkanlah dan biarkanlah mereka, sampai Allah mendatangkan perintah-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”. (QS.Al-Baqarah(2):109)

Wallahu’alam bishawab.

Pau – France, 24 Oktober 2009.

Vien AM.

Read Full Post »

Khilafah Islamiyah adalah kerajaan Islam yang menaungi negara-negara Islam di dunia, yang membentang dari Andalusia di Spanyol, sepanjang Afrika Utara, seluruh semenanjung Arab, Asia Kecil, Asia Tengah, Eropa Timur dan Yunani hingga perbatasan timur negri China juga termasuk didalamnya daerah-daerah yang dahulunya dikuasai pihak kafir, yaitu kekuatan Barat (Nasrani) di Turki dan kekuatan Timur (Majusi) di Persia.( lihat bab ‘Khilafah Islamiyah’). Kejayaaan ini berlangsung secara bertahap mulai abad ke 7 hingga awal abad ke 20. Kejayaan tersebut juga kemudian hancur secara bertahap hingga akhirnya lenyap sama sekali pada tahun 1923 ketika berada dibawah kekuasaan khilafah Utsmaniyah yang berpusat di Konstatinopel atau yang sekarang dinamakan Istanbul, Turki.

Namun tidak berarti selama masa kejayaan yang amat panjang tersebut sama sekali tidak terjadi gangguan yang serius. Adalah Paus Urban, seorang pemimpin yang berkedudukan di Perancis Selatan. Ialah yang menyeru umat Nasrani di seluruh dunia agar merebut Yerusalem dari tangan kaum Muslimin. Hal ini terjadi sekitar 350 tahun setelah pasukan Muslim tanpa kekerasan berhasil menguasai kota suci tersebut. Sejarah mencatat, penyerahan kunci kota berlangsung secara khusus dan damai, dari pemuka ( patriakh) Yerusalem langsung kepada Umar bin Khatab RA, sang khalifah Islam. Didampingi pemuka tersebut, khalifah Umar memasuki gerbang kota dan berkeliling melihat keadaan. Dengan penuh ketakjuban penduduk menyaksikan betapa sederhananya pimpinan tertinggi Islam tersebut.

Akan tetapi apa yang terjadi pada tahun 1099 adalah kebalikannya. Pasukan bentukan Paus Urban yang kemudian dikenal dengan nama Pasukan Salib memang berhasil menguasai Yerusalem. Namun setelah berperang selama 3 hari 3 malam dengan membantai lebih dari 30.000 penduduk kota, termasuk perempuan dan anak-anak Muslim yang berlindung di dalam masjid Al-Aqsa. Mereka juga membunuhi kaum Yahudi yang bermukim disekitar kota tua tersebut dan juga kaum Yahudi yang hidup di perkampungan sepanjang perjalanan mereka dari Perancis ke Yerusalem secara brutal dan kejam.

Delapan puluh delapan tahun kemudian yaitu pada tahun 1187, dibawah kekuasaan Sultan Salahuddin, pasukan Muslim kembali berhasil menguasai Yerusalem. Dan sebagaimana pendudukan Yerusalem oleh pasukan Muslim pada kali pertama, kali inipun tidak terjadi pembantaian. Bahkan para penguasa yang ditaklukkan tersebut selain diampuni juga diberi keleluasaan untuk meninggalkan kota dengan membawa seluruh harta bendanya. Peristiwa bersejarah ini pada tahun 2005 pernah diabadikan dengan sangat baik dalam film “The Kingdom of a Heaven” yang disutradarai oleh Sir Ridley Scott dan dibintangi aktor kenamaan Orlando Bloom. Peperangan yang kemudian dikenal dengan nama “Perang Salib” ini terus terjadi hingga beberapa kali selama hampir 200 tahun namun pihak Salib tidak pernah berhasil menguasai kembali Yerusalem.

Sesungguhnya perseteruan antara Islam dan para ahli kitab telah terjadi sejak masa awal kerasulan di Madinah. Orang-orang Yahudi yang ketika itu memang banyak bermukim di kota tersebut amat kecewa ketika mengetahui bahwa nabi yang dijanjikan dalam kitab mereka, Taurat (dan juga Injil) ternyata bukan datang dari kaum mereka, melainkan datang dari bangsa Arab, bangsa yang selama ini mereka remehkan. Inilah bibit awal kebencian dan kedengkian sebagian ahli kitab.

Namun mereka akhirnya menyadari bahwa pasukan Muslim tidak akan pernah dapat ditaklukan secara perang terbuka. Perang di jalan Allah untuk mempertahankan kebenaran bagi umat Islam adalah jihad, imbalan bagi mereka adalah surga, kemenangan yang hakiki adalah di akhirat. Oleh sebab itu mereka tidak mengenal kata takut mati. Sebaliknya pihak Nasrani (bergabung dengan orang-orang Yahudi) mereka mendambakan kemenangan dunia. Kematian adalah kekalahan dan amat menakutkan. Jadi mereka mengambil kesimpulan bahwa untuk mengalahkan umat Islam harus dicari jalan lain, bukan dengan perang senjata secara terbuka. Tipu daya apakah yang sebenarnya mereka rencanakan itu?

Sebahagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran. Maka ma`afkanlah dan biarkanlah mereka, sampai Allah mendatangkan perintah-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”(QS.Al-Baqarah(2):109)

Dan mereka memang ternyata berhasil. Sayangnya, umat Islam tidak menyadarinya. Apa yang sebenarnya mereka lakukan?

Yerusalem dibawah kekuasaan khilafah Islamiyah sejak abad 7 memang tidak pernah tertutup bagi umat agama lain. Mereka bebas mengunjungi kota suci bagi 3 agama besar didunia ini. Namun ia tidak hanya menarik karena sejarah ritualnya namun juga karena kota ini pada waktu itu telah berkembang menjadi kota intelektual. Ilmu berkembang pesat disini. Orang-orang Nasrani ( ahli kitab) datang tidak hanya sekedar untuk melakukan ibadah dan kunjungan keagamaan melainkan juga untuk mempelajari ilmu baik ilmu pengetahuan umum dan sains maupun ilmu hukum termasuk juga belajar tentang Islam dan Al-Quran.

Sayangnya, sebenarnya banyak diantara mereka ini, datang dengan tujuan untuk mencari celah dan kemudian menyerang Islam secara diam-diam. Mereka kemudian melemparkan fitnah yang keji baik terhadap nabi Muhammad SAW maupun terhadap ajaran itu sendiri. Mereka menuduh bahwa Islam adalah agama pedang, Islam disebarkan dengan cara paksa dan kekerasan. Hal tersebut disengaja untuk menyakiti dan memancing emosi umat Islam. Dari sini mereka mencoba menaklukkan Islam sebagai ganti kekalahan mereka pada perang-perang yang terjadi sebelumnya. Mereka mencoba mengusik rasa kesatuan, keimanan dan kebanggaan umat Islam terhadap agamanya dengan berbagai cara.

Inggris contohnya. Ratu Inggris berkenan untuk menganugerahkan gelar kehormatan “Sir” kepada pengarang buku “Ayat-ayat Setan “atau yang di Barat dikenal “The Satanic Verses”, Salman Rushdi. Padahal buku karangannya tersebut jelas-jelas melecehkan ajaran Islam dan telah melukai perasaan umat Islam di seluruh dunia. Apa kepentingan dan keinginan pemerintah Inggris dengan adanya pemberian penghargaan tersebut ??

Mereka juga menyerang dengan terobosan-terobosan baru dalam bidang kebudayaan dan peradaban, yang tidak semuanya sesuai dengan akidah Islam, yaitu dengan melontarkan berbagai pemikiran seperti feminisme , demokrasi, sekulerisasi (pemisahan agama dari Negara), sukuisme dan nasionalisme yang berlebihan. Dengan alasan itu pula pemerintah Perancis mengeluarkan larangan resmi pemakaian jilbab bagi perempuan yang bekerja di instansi pemerintah, termasuk pula murid sekolah negri.

Juga di Denmark, salah satu negara Skandinavia ini dikenal sering sekali memancing emosi kaum Muslim dengan berbagai karikatur Rasulullah. Bahkan saat ini salah satu partai di negara tersebut, dengan dalih kebebasan berpendapat, mereka menggunakan gambar Rasulullah sebagai lambang partai mereka! Ntah apa tujuan utamanya. Yang Padahal pasti mereka tahu bahwa hal tersebut sangat menyakitkan hati umat Islam karena Islam memang melarang penggambaran/ilustrasi Rasulullah dalam bentuk apapun. Berbagai hal diatas sengaja dilakukan dengan maksud dan harapan agar rasa persatuan Islam menghilang. Ini yang kelak disebut Perang Pemikiran atau Al-Ghazw Al-Fikri.

Saat ini dapat kita amati dengan jelas hampir semua negara-negara Islam di dunia memiliki wajah baru yang tidak sedikitpun menyisakan ke-Islam-annya. Budaya Barat telah jauh merasuk kedalam kehidupan masyarakat. “Barangsiapa yang menyerupai (kebiasaan jelek) suatu kaum maka ia termasuk golongan mereka”. (HR Ibnu Daud).

Dengan dalih demi kemajuan, kebebasan dan modernisasi penyerbuan peradaban ini masuk secara sistematis, perlahan namun pasti sehingga umat pada umumnya tidak menyadarinya. Hal ini menyusup melalui media cetak dan elektronik, slogan-slogan pendidikan dan hiburan yang jauh dari ajaran Islam. Umat terus dicekoki dengan pemikiran, nilai dan norma Barat yang cenderung bebas dan materialistis sebagaimana halnya dengan ekonomi kapitalis yang samasekali tidak Islami hingga akhirnya umat melupakan seluruh nilai-nilai dan sendi-sendi Islam. Bahkan para tokoh agamapun bobol pertahanannya. Hingga lahirlah apa yang disebut JIL ( Jaringan Islam Liberal) dan berbagai jaringan dan aliran Islam lainnya, yang mengedepankan SIPILIS yaitu Sekulerisasi ( pemisahan kehidupan beragama dengan kehidupan sehari-hari), Pluralisasi ( semua agama adalah benar) dan Liberalisme ( penafsiran Al-Quran sebebas-bebasnya), dan akhirnya berkembang liar tanpa dapat dicegah, hingga hari ini.

“…….. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)”. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.”(QS.Al-Baqarah(2):120).

Hal ini pula yang sebenarnya mempercepat kejatuhan kekhilafahan Ustmaniyah pada masa lalu selain tentunya berbagai penyebab seperti ketidak-adilan, perpecahan antar umat, tidak majunya ilmu pengetahuan dan juga kebobrokan iman sebagian pemimpinnya. Mereka telah menukar keimanan dengan keduniawian.

“Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?”(QS.Al-Maidah(5):50).

Dan seakan belum puas dengan semua ini, saat ini kaum kafir tengah menambah gempurannya dengan serangan psikologi mutakhirnya yaitu dengan melempar isu Terorisme dan Extrimisme seperti tercermin dengan adanya peristiwa biadab 11 September 2001. Umat dipojokkan seakan ajaran Islam identik dengan kekerasan. Jihad mereka artikan identik dengan kekerasan dan harus dienyahkan. Mereka terus mencekoki umat bahwa jihad sama dengan tidak menghargai nyawa manusia yang juga berarti melanggar hak asasi manusia sebagai simbol peradaban modern.

Padahal ini adalah fitnah besar. Sesungguhnya tidak saja sebagian besar muslimin yang meyakini bahwa peristiwa tersebut adalah sebuah rekayasa, namun juga sejumlah pakar sains. Salah satunya adalah Professor Thomas W Eager, seorang guru besar Material Engineering and Engineering System pada sebuah institut terkenal di Amerika Serikat. Berdasarkan pengalamannya sebagai peneliti struktur bangunan baja, ia berpendapat bahwa mustahil sebuah bangunan sekokoh menara WTC dapat ambruk hanya dikarenakan ditabrak 2 pesawat komersial. Bahkan sebenarnya dari cara Pemerintahan Bush membersihkan lokasi reruntuhanpun terkesan begitu terburu-buru sehingga menimbulkan kecurigaan seolah-olah ia ingin segera menghilangkan bukti-bukti penting.

Cara tersebut ternyata terbukti ampuh. Karena risih dan sungkan akhirnya sebagian besar pemimpin Islam pun mengumumkan bahwa karena Islam adalah agama perdamaian maka sedikit demi sedikit istilah jihadpun dihapuskan dan dipinggirkan. Kaum Musliminpun akhirnya menjadi lupa akan sumpah setia mereka kepada Sang Pencipta, Allah SWT untuk menegakkan ajaran Tauhid, untuk menegakkan kebenaran. Pasukan Muslimin telah dengan sukarela melepaskan kekuatan jihad yang sangat ditakuti musuh. Inilah yang ditunggu dan diharapkan! Padahal mereka tetap mempersiapkan diri untuk berperang. Namun kali ini mereka tidak perlu lagi khawatir terhadap perang senjata secara terbuka. Bagi umat yang kurang keimanannya hal ini dapat menyebabkan mereka menjadi benci dan malu terhadap agama mereka sendiri dan mereka menjadi tidak percaya diri yang pada akhirnya dapat mengakibatkan kemurtadan. Ini adalah akibat sampingan namun fatal.

Selain itu tampak bahwa negara-negara Islam juga dihambat kemajuannya agar mereka tetap terus dalam kemiskinan dan terus bergantung kepada Barat hingga akhirnya mereka jatuh. Padahal sebaliknya, mari kita perhatikan. Amerika Serikat adalah sebuah negara besar yang sering membanggakan diri sebagai sebuah negara yang mengedepankan kedamaian dan keamanan. Namun sesungguhnya justru negara inilah yang menjadi penyulut peperangan di berbagai tempat, seperti di Irak, Afganistan dan Timur Tengah. Mereka tengah melempar batu sembunyi tangan.

Negara-negara Muslim tersebut tengah diadu domba disaksikan sang sutradara, Amerika Serikat, sebuah negara produsen senjata terbesar di dunia. Menurut harian The Strait Times, 24 Mei 2007, negara ini pada 2001 meraup US$ 10 milyar hingga US$ 13 milyar dari penjualan senjata. Dan angka ini terus melonjak tiap tahunnya. Negara adi kuasa, mitra kental Yahudi ini memang punya kepentingan pribadi dengan adanya perang yang terus diupayakan terjadi agar keuntungan yang diraihnya terus berkepanjangan setelah sebelumnya mencekoki rakyatnya dengan barang-barang kebutuhan sehari-hari produksi mereka. Sebuah modus yang mirip dengan produsen obat-obatan terlarang yang dilakukannya ke berbagai negara. Jadi siapakah sesungguhnya sang raja teroris?

Namun sesungguhnya serangan yang bertubi-tubi tersebut bila dihadapi umat Islam secara kompak dan bersatu tentu mereka tidak akan mampu melumpuhkan dan mengalahkan umat ini. Bila saja umat memiliki sikap, keteguhan dan keimanan sebagaimana para sahabat di masa lampau tentu kita akan menang.

Rasulullah SAW bersabda : ”Aku memohon kepada Tuhanku atas tiga perkara. Maka Allah mengabulkan dua perkara untukku sedangkan yang satu ditolak. Aku memohon kepada Tuhanku agar jangan membinasakan umatku dengan musim paceklik maka Dia mengabulkannya. Aku memohon kepada Tuhanku agar jangan membinasakan umatku dengan air bah (banjir bandang) maka Dia mengabulkannya. Aku mohon pada-Nya agar tidak menjadikan mereka saling berperang namun Dia menolak permohonanku itu”. (HR Muslim).

Akan tetapi hadis diatas bukanlah alasan bagi kita untuk terus menjadi pasrah dan menerima kenyataan tersebut. Seharusnya kita malah lebih berhati-hati agar perbedaan yang ada, selama masih sesuai dengan nash-nash Al-Quran dan hadits,  tidak menjadikan kita berperang sendiri sehingga kita mudah dikalahkan.

Beruntung Allah SWT berkenan menepati janji-Nya untuk terus menegakkan Islam dimuka bumi. Hal ini terbukti dengan malah makin banyaknya orang yang berpindah dan memeluk agama Islam secara sukarela.

“Mereka ingin memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir benci.”(QS.Ash-Shaff(61):8).

Dan kebanyakan dari mereka ini justru lebih baik akidah dan keimanannya daripada orang-orang yang terlahir Islam. Lalu kita sebagai umat yang disebut belakangan ini alias Islam ‘terlahir’ bagaimanakah sikap kita? Akankah kita ini hanya menjadi bagian dari yang menyaksikan kebesaran Islam tanpa ikut serta didalamnya??

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan menjadi pemimpin-pemimpin (mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.”(QS.Al-Maidah(5):51).

Wallahu’alam bishawab.

Jakarta, Agustus 2008

Vien AM.

Read Full Post »