IV. Hikmah penciptaan malaikat bagi manusia.
( bersambung dari ” Malaikat, pasukan Sang Khalik ).
Malaikat adalah mahluk ghaib yang khusus diciptakan Allah swt dalam rangka kelancaran urusan manusia termasuk diantaranya adalah dalam urusan penetapan umur, rezeki, jodoh dan amal manusia.
Diriwayatkan dari bapak Abdir Rahman, yaitu Abdullah bin Mas’ud ra. Katanya: Telah menceriterakan kepada kami Rasulullah saw: ”Sesungguhnya salah seorang dari kamu sekalian dikumpulkan kejadiannya dalam perut ibunya selama empat puluh hari berupa air mani. Kemudian menjadi segumpal darah dalam waktu empat puluh hari. Kemudian menjadi segumpal daging dalam waktu empat puluh hari. Lalu diutus seorang malaikat kepada janin tersebut dan ditiupkan ruh kepadanya dan malaikat tersebut diperintahkan untuk menuliskan empat perkara, yaitu: menulis rizkinya, batas umur-nya, pekerjaannya dan kecelakaan atau kebahagiaan hidupnya”.
Berbeda dengan manusia yang sengaja diciptakan condong selalu ingin berpikir menggunakan akalnya, menuruti hawa nafsunya, menolak bahkan melawan perintah-Nya, malaikat adalah mahluk yang taat dan selalu menurut perintah Sang Khalik. Ini adalah fitrah yang memang telah digariskan dan dikehendaki-Nya.
”Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui“.(QS.Al-Baqarah(2):30).
Malaikat menjalankan tugas dan kewajiban persis sesuai dengan perintah-Nya, tidak lebih dan tidak kurang. Mereka tidak memiliki hak apapun yang perlu dituntut. Inilah pasukan, bala tentara Allah swt yang benar-benar takwa dan tidak perlu diragukan kesetiaan, ketaatan dan kepatuhannya. Ini adalah perbedaan mencolok antara manusia dengan malaikat.
Allah memang memerintahkan manusia agar bertakwa, agar menjalankan perintah serta menjauhi larangan. Namun Allah swt tidak pernah memaksa kita agar mentaati perintah tersebut. Kita diberi kebebasan untuk memilih, bertakwa atau mendustai-Nya. Namun resikonya jelas, surga bagi yang bertakwa dan neraka bagi yang mendustai-Nya.
Allah tidak memiliki kepentingan terhadap kita. Karena apapun yang dikehendaki-Nya pasti terjadi. Berikut adalah contohnya.
Suatu ketika umat Muslim diperintahkan agar berjihad melawan kaum musyrik Mekah. Ini adalah peristiwa dalam Perang Badar, perang yang pertama kali dilakukan umat Islam.
Ketika itu kaum Muslimin yang hanya berjumlah 315 orang harus menghadapi hampir 1000 orang lawan. Itupun dalam keadaan lemah karena mereka tidak memiliki perbekalan yang memadai, baik perbekalan senjata maupun perbekalan makanan. Namun berkat keimanan dan kesabaran yang tinggi ternyata mereka mampu mengalahkan lawan yang tiga kali lebih banyak dan ditopang perbekalan dan pengalaman yang jauh lebih baik pula. Apa yang sebenarnya terjadi ? Berikut firman Allah swt dalam surat Ali Imran ayat 123 – 128.
123. Sungguh Allah telah menolong kamu dalam peperangan Badar, padahal kamu adalah (ketika itu) orang-orang yang lemah. Karena itu bertakwalah kepada Allah, supaya kamu mensyukuri-Nya.
124. (Ingatlah), ketika kamu mengatakan kepada orang mu’min: “Apakah tidak cukup bagi kamu Allah membantu kamu dengan tiga ribu malaikat yang diturunkan (dari langit)?”
125. ya (cukup), jika kamu bersabar dan bertakwa dan mereka datang menyerang kamu dengan seketika itu juga, niscaya Allah menolong kamu dengan lima ribu Malaikat yang memakai tanda.
126. Dan Allah tidak menjadikan pemberian bala-bantuan itu melainkan sebagai khabar gembira bagi (kemenangan) mu, dan agar tenteram hatimu karenanya. Dan kemenanganmu itu hanyalah dari Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
127. (Allah menolong kamu dalam perang Badar dan memberi bala bantuan itu) untuk membinasakan segolongan orang-orang yang kafir, atau untuk menjadikan mereka hina, lalu mereka kembali dengan tiada memperoleh apa-apa.
128. Tak ada sedikitpun campur tanganmu dalam urusan mereka itu atau Allah menerima taubat mereka, atau mengazab mereka, karena sesungguhnya mereka itu orang-orang yang zalim.
Sebaliknya dalam Perang Hunain. Ketika itu jumlah kaum Muslimin jauh lebih banyak dari pihak lawan. Mereka nyaris kalah kalau saja Allah tidak menurunkan bala bantuan berupa bala tentara yang tidak terlihat yaitu para malaikat.
025. Sesungguhnya Allah telah menolong kamu (hai para mu’minin) di medan peperangan yang banyak, dan (ingatlah) peperangan Hunain, yaitu di waktu kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlahmu, maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfa`at kepadamu sedikitpun, dan bumi yang luas itu telah terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari ke belakang dengan bercerai-berai.
026. Kemudian Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya dan kepada orang-orang yang beriman, dan Allah menurunkan bala tentara yang kamu tiada melihatnya, dan Allah menimpakan bencana kepada orang-orang yang kafir, dan demikianlah pembalasan kepada orang-orang yang kafir .(QS. At-Taubah (9):25-26).
Hanya berdasarkan ayat-ayat diatas saja kita dapat memahami bahwa sesungguhnya kita ini tidak ada artinya di sisi Allah. Hanya ketakwaan sajalah yang dituntut-Nya. Karena seseungguhnya Allah memang tidak memiliki kepentingan apapun terhadap kita. Ia telah memiliki pasukan dan bala tentara yang dapat diandalkan, yaitu pasukan malaikat yang selalu taat kepada perintah-Nya. Walaupun bila saja Allah menghendaki para malaikatpun tidak berguna bagi-Nya. Karena malaikat berbuat segala sesuatu atas izin-Nya.
Ini pula yang terjadi saat ini. Kita diperintahkan agar menegakkan agama Allah, mengumandangkan kalimat Tauhid, Laa illah ha illa Allah. Allah berjanji bahwa menjelang akhir zaman nanti Islam akan menyinari dunia.
Janji ini memang belum sepenuhnya terpenuhi. Namun dapat kita saksikan dewasa ini betapa orang mulai berbondong-bondong memeluk Islam. Penduduk negara-negara kafir seperti Perancis, Inggris, Itali, Amerika dan Australia mulai mengakui kebenaran ajaran yang dibawa rasulullah Muhammad saw 15 abad silam ini. Hukum-hukumnya yang ternyata amat sesuai dengan segala zaman ini benar-benar menarik hati mereka.
Dengan atau tanpa dakwah kita sebagai Muslim yang lebih awal tidak akan mengacaukan rencana-Nya. Kita sendiri yang akan merugi bila tidak segera ikut berpartisipasi dalam menyebarkan Islam sebagi rahmatan lil’alamin. Karena sesungguhnya kita ini ibaratnya adalah pemain figuran dalam sebuah teater raksasa yang disutradarai seorang sutradara besar kawakan. Allahuakbar ..
”Sesungguhnya kehidupan dunia hanyalah permainan dan senda gurau. Dan jika kamu beriman serta bertakwa, Allah akan memberikan pahala kepadamu dan Dia tidak akan meminta harta-hartamu”.(QS.Muhammad(47):36).
Wallahu’alam bi shawab.
Pau – France, 15 Maret 2010.
Vien AM.
Leave a Reply