Kesiapan tuan rumah dalam menyambut tamu-tamu Allah mulai dari pembagian konsumsi selama kami di Mina dan Arafah, pembagian air minum dalam kemasan dan snack sejak dari perjalanan masuk ke kota Mekah, berlimpahnya buah-buahan dan air baik di toilet maupun di tempat-tempat wudhu, jujur, membuat saya takjub. Takjub karena tanah Arab adalah tanah yang gersang. Belum lagi dengan adanya program penghijauan di sejumlah tempat. Inilah cara Sang Khalik memenuhi janji-Nya.
Dulu, sebelum datangnya Islam, Mekah dengan Ka’bahnya sudah menjadi pusat berkumpulnya jamaah paganisme. Mereka tidak hanya melakukan tawaf dan sa’i, yang merupakan ritual warisan nenek moyang, namun juga berkumpul untuk memamerkan kebolehan dan kehebatan mereka dalam bersyair. Juga sebagai tempat pusat pertukaran perdagangan.
Tentu saja ini merupakan tambahan pendapatan bagi penduduk Mekah. Apalagi Mekah bukanlah tanah yang subur. Jadi, bagi mereka, berdatangannya para tamu dari negri-negri yang jauh, bukan hanya sekedar gengsi dan kehormatan namun juga berkah.
Itu sebabnya ketika Islam datang, dan Allah swt kemudian melarang orang-orang musyrik datang ke Makah untuk berhaji, banyak penduduk kota ini yang keberatan. Mereka khawatir mereka akan hidup dalam kesulitan dan jatuh miskin.
Kini, terbuktikah kekhawatiran mereka ?? Sama sekali tidak !! Justru sebaliknya …
Tiap tahun berbondong-bondong umat Islam dari seluruh penjuru dunia datang untuk memenuhi panggilan haji. Tiap waktu umat Islam datang untuk ber-umrah. Arab Saudi kini benar-benar kaya raya. Pendapatan tidak saja datang dari kegiatan ibadah namun juga dari isi buminya yang dilimpahi minyak oleh Sang Pemilik Alam semesta ini, Allah Azza wa Jalla. Masya Allah … Inilah balasan nyata bagi orang-orang yang takwa.
“Alif Laam Miim. Kitab (Al Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Qur’an) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat. Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung”.(QS.Al-Baqarah(2):1-5).
Hotel-hotel mewah, jalan-jalan layang dan yang terakhir rencana pembangunan jalur kereta api cepat semacam metro di Perancis atau subway di Singapore sedang dibangun. Ini semua demi kenyamanan para tamu Allah yang begitu dimuliakan oleh-Nya. Begitupun Royal Mecca Tower Clock Hotel, hotel mewah dengan tulisan raksasa “ALLAH” dimana kami tinggal. Tepat di atas tempat tidur masing-masing kamar hotel tersebut, terpasang sebuah pengeras suara yang siap mengumandangkan suara azan dari Masjidil Haram. Termasuk azan yang berkumandang 1 jam sebelum subuh. Allahuakbar ! Tidak ada yang lebih besar dan lebih penting dari Sang Khalik, Allah Azza wa Jalla, Yang Maha Suci dan Terpuji.
Pergi berhaji berdua dengan suami juga mempunyai arti lain. Perjalanan religius ini bisa menjadi honey moon alias bulan madu dengan nuansa yang benar-benar menakjubkan. Hadist yang bunyinya “Barangsiapa mencintai karena Allah, membenci karena Allah, memberi karena Allah dan menahan (tidak memberi) karena Allah. Sungguh ia telah menyempurnakan keimanan.” benar-benar pas dan berkesan sangat dalam. Meski tidak dapat dipungkiri, hal-hal kecil seperti perbedaan pendapat, sedikit keras kepala dan kurang sabar kadang-kadang juga bisa saja timbul. Maklum kami kan hanya manusia biasa . … 🙂
Selain beribadah kegiatan lain yang juga biasa dilakukan jamaah adalah belanja, mencari oleh-oleh untuk handai taulan. Biasanya tasbih, sajadah dan kurma yang menjadi sasaran utama. Juga abaya, pakaian Muslimah khas Arab Saudi yang biasanya berwarna hitam itu.
“ Lihat apa yang saya beli”, kata Fousia suatu pagi, sambil menunjukkan isi tas plastik besar bawaannya. “ Kamu ini ngapain sih,” potong suaminya setengah marah. “ Buat apa kamu beli pakaian sebanyak itu”. “ Ini kan bagus dan lagi murah .. G sampai 10 euro !”, jawab Fousia membela diri.
Saya dan suami tersenyum melihat keduanya berdebat. Saya hanya berharap semoga mualaf bule bernama asli Francine ini sekembalinya ke Perancis nanti mau mengenakan pakaian muslimah yang dapat menutup auratnya dengan baik. Teringat kata-katanya suatu hari di tenda Mina beberapa hari lalu : “ Saya pergi haji bukan karena mau menutup aurat tetapi untuk menjalankan rukun Islam ke 5”. Ini adalah jawaban pertanyaan saya kepadanya apakah sepulang haji nanti ia mau memakai pakaian Muslimah.
“Hai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mu’min: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.(QS.Al-Ahzab(33):59).
Saya sendiri hal yang paling saya kejar adalah mencari wall paper gambar Ka’bah. Ketika haji 11 tahun lalu, kami membeli wall paper Masjidil Haram ukuran sekitar 2×4 meter. Wall paper tersebut hingga saat ini masih menjadi hiasan dinding musholla mini rumah kami di Jakarta. Sayangnya gambar Ka’bah di dalam wall paper tersebut terlalu kecil. Itu sebabnya pada kesempatan haji kali ini saya merengek suami tercinta agar mau menemani saya ‘hunting’ wall paper bergambar besar Ka’bah. Meski tidak mudah akhirnya kami menemukannya di sebuah toko yang lumayan jauh dari pintu Masjidil Haram yang menjadi ‘daerah kekuasaan’ kami, yaitu pintu 1 atau pintu King Abdul Azis. … Alhamdulillah.
Kini tibalah saatnya untuk kembali ke kehidupan sehari-hari. Selasa, 15 November, usai shalat subuh kami langsung melaksanakan thawaf Wada atau thawaf perpisahan. Thawaf ini wajib dilakukan oleh semua jamaah. Sekitar pukul 10 pagi kami meninggalkan Mekah dan langsung menuju Jedah. Di bandara khusus haji ini kami harus menunggu selama hampir 13 jam sebelum akhirnya diterbangkan menuju Paris dengan transit terlebih dahulu di Amman, Yordania.
Namun perjuangan kesabaran dalam rangka meraih ridho’Nya belum selesai. Di bandara Amman kami masih harus menunggu lagi 5 jam. Sambil menunggu subuh, dengan beralaskan jaket dingin masing-masing para jamaah memanfaatkan waktu tersebut dengan tidur di kursi-kursi bandara. Bahkan ada juga yang di lantai bandara. Paris saat ini adalah musim dingin. Itu sebabnya jamaah membekali diri dengan jaket dingin.
Sekitar pukul 7 pagi pesawat take off. Penerbangan berjalan lancar. Hingga 1 jam sebelum tiba di Paris, awak penerbangan mengumumkan bahwa pesawat terbang terpaksa harus berbalik menuju Jenerwa, Switzerland ! Karena bandara Charles de Gaulle – Paris, tertutup kabut tebal hingga menyulitkan pendaratan.
Kami hanya bisa ber-istighfar. Yakin, bahwa ini adalah ketetapan Allah yang terbaik. Alhamdulillah, setelah 2 jam menanti di dalam pesawat di bandara Jenewa, pesawat kembali mengangkasa. Sekitar pukul 2 siang kami tiba di Paris dalam keadaan selamat.
Kamipun kemudian saling bersalaman dan berpelukan, tentu saja yang muslimah dengan muslimah dan yang muslimin dengan muslimin, saling meminta maaf dan akhirnya saling bertukar email address dengan saudara-saudari seiman yang selama 18 hari ini selalu bersama, dalam susah dan senang.
Ya Allah, terimalah ibadah haji kami ini. Bersihkanlah kami sebagaimana bersihnya bayi yang baru dilahirkan. Berilah kami kemauan dan kemampuan untuk mengisi sisa hidup ini dengan amal kebajikan yang Engkau ridhoi dengan mencontoh keteladanan Rasulullah Muhammad saw. Ya Allah, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka. Amiiin Ya Robbal ‘Alamiin …
“Apabila kamu telah menyelesaikan ibadah hajimu, maka berzikirlah (dengan menyebut) Allah, sebagaimana kamu menyebut-nyebut (membangga-banggakan) nenek moyangmu, atau (bahkan) berzikirlah lebih banyak dari itu. Maka di antara manusia ada orang yang berdo`a: “Ya Tuhan kami, berilah kami (kebaikan) di dunia”, dan tiadalah baginya bahagian (yang menyenangkan) di akhirat”.(QS.Al-Baqarah(2):200).
“Dan di antara mereka ada orang yang berdo`a: “Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka“..(QS.Al-Baqarah(2):201).
Yang tertinggal kini hanya flue yang terus betah menempel di tubuh ini hingga sebulan lebih. Tampaknya guyonan khas sesama haji “ Hanya unta yang tidak terkena flue” memang benar adanya. Semoga Allah membalas kesabaran dalam menghadapi penyakit ringan tapi cukup mengganggu ini dengan yang lebih baik, amiin …
Wallahu’alam bish shawwab.
Semoga bermanfaat.
Jakarta, 1 Februari 2012.
Vien AM.
Leave a Reply