Telekomunikasi, dari hari ke hari, makin canggih saja. Dewasa ini, di pelosok kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya dll hampir semua orang bisa dibilang mempunyai apa yang disebut telpon genggam, telpon seluler atau HP ( Hand Phone). Alat telekomunikasi canggih yang beberapa tahun lalu masih dianggap barang mewah ini sekarang sudah menjadi hal yang biasa-biasa saja. Dari presiden hingga sopir, kenek bus, pembantu rumah tangga dan tukang sampah. Dari orang dewasa, kakek-nenek hingga anak SD, laki-laki maupun perempuan, semua punya HP, dengan berbagai merk, model dan tingkat kecanggihannya masing-masing.
Bukan lagi pemandangan yang aneh, ketika dalam kemacetan, kita tengok kiri kanan kita, semua memegang HP, termasuk yang sedang mengemudikan kendaraan ! Ada yang untuk keperluan dasar yaitu menelpon, ada yang sms-an atau bbm-an, namun ada juga yang main game. Bahkan pada acara kumpul-kumpul, katakanlah reunian teman lama, yang belakangan ini memang sedang marak, HP seolah sudah menjadi bagian dari tubuh. Sambil mengobrol kesana kemari, tangan tetap lincah ‘ berzikir”, alias ber-sms ria atau ber-BB ria.
HP di zaman super canggih ini, memang tidak hanya berfungsi sebagai alat komunikasi. Tetapi juga sebagai alat pemotret, perekam suara, surfing di dunia maya, game, musik dan film, GPS alias penunjuk jalan, juga untuk membaca Al-Quran, bila kita mau.
Namun fenomena HP yang paling membuat saya tertegun adalah ketika HP disambungkan dengan head phone, sementara HP itu sendiri diselipkan di saku pakaian hingga tidak terlihat dari luar ( HP wireless; bluetooth). Yang dengan demikian, seseorang yang sedang menelpon tidak tampak sedang menelpon. Sepintas mungkin seperti orang ‘miring’ karena ia tampak sedang bercakap-cakap bahkan tersenyum-senyum atau tertawa-tawa, sendiri !
Syukurlah ketertegunan tersebut segera hilang. Yang muncul kemudian adalah perasaan takjub. Ingatan saya langsung berbalik kepada saat-saat ketika seseorang sedang shalat atau berdoa. Tentu saja bukan dalam hal tertawa-tawa atau tersenyum-senyumnya, melainkan ‘seolah’ berbicara sendirinya itu. Untuk kita, orang Indonesia, yang sebagian besar memang orang beriman mungkin hal ini tidak terpikirkan. Apalagi yang hampir tidak pernah bersinggungan dengan orang Barat.
Sebagian besar orang Barat dewasa ini adalah atheis alias tidak percaya akan adanya Tuhan. Bagi mereka Tuhan adalah absurb, mistik. Orang beragama dan mempercayai adanya Tuhan bagi mereka adalah kuno, ketinggalan zaman, terbelakang dan jauh dari kata modern. Bagi mereka orang modern adalah orang berakal, yang berpikiran kritis dan tidak mempercayai hal-hal ghaib, hal-hal yang tidak dapat dibuktikan keberadaanya dengan data-data empiris.
Kembali kepada orang yang sedang menelpon, dengan kedua tangan berada di dalam saku celana, head phone mini nyaris tak terlihat. Namun ia terlihat serius berbicara sendiri, sekali-kali berteriak, mengeluarkan salah satu tangannya dari saku lalu memukul kepalanya sendiri. Atau tiba-tiba tertawa keras. Orang gilakah ini?
Tidak ! Ia sedang berbicara dengan seseorang di ujung dunia sana. Tahunya? Ambil saja head phonenya .. Ada suara orang kan? Iya sih .. tapi bagaimana bisa yakin ada seseorang di ujung kabel sana?? Bagaimana kalau itu hanya suara rekaman seperti answering machine , misalnya, yang tidak jarang bisa mengecoh seseorang. Itulah tehnologi telekomunikasi yang makin hari makin canggih saja.
Patut dicatat, perusahaan telpon pertama di dunia baru ada pada tahun 1875. Adalah Alexander Bell yang umumnya dikenal sebagai penemu tehnologi telpon yang ketika itu berhak mendapatkan paten atas penemuan Antonio Meucci, sang penemu aslinya. Dua tahun setelah berdirinya perusahaan tersebut, baru 300 buah telpon yang dapat dihasilkan. Tahun berikutnya menjadi 10.000 telpon dihasilkan.
Sementara telepon tanpa kabel atau wireless, pertama kali digunakan pada tahun 1915, yaitu pada waktu Perang Dunia I berkecamuk. Itulah pertama kalinya komunikasi telpon lintas negara mulai terjalin. Selanjutnya tahun 1971 barulah perusahaan telekomunikasi mandiri untuk keperluan bisnis mendapat izin untuk dikembangkan. Maka berjuta-juta saluran teleponpun mulai digunakan masyarakat luas.
Dua tahun kemudian yaitu, tahun 1973, ponsel alias telepon seluler alias telepon genggam atau hp ( Hand Phone) pertama berhasil diciptakan, dengan berat 2 kg dan biaya US$1 juta atau 9 milyard rupiah ! Sedangkan telepon genggam ringan nan canggih yang mampu browsing internet dengan harga relative terjangkau baru lahir belakangan saja, yaitu tahun 2000-an.
Artinya, kemudahan fasilitas telekomunikasi yang sehari-hari kita nikmati saat ini sebenarnya adalah benar-benar hasil kerja keras dan percobaan berkali-kali sejumlah pakar teknologi yang menghabiskan waktu hingga puluhan tahun dengan biaya luar biasa besarnya. Suara yang dikeluarkan orang yang berbicara di depan mike telepon diubah menjadi sinyal listrik dan menjadi energi gelombang radio. Energi tersebut kemudian dikirim melalui jalur khusus tertentu di udara agar sampai ke tempat tujuan yang diminta, untuk kemudian diubah lagi menjadi suara yang dapat di dengar orang di seberang sana.
« Demi langit yang mempunyai jalan-jalan, » (QS.Adz-Dzariyat(51) :7).
Bagi orang awam mungkin ayat di atas biasa-biasa saja, alias tidak istimewa. Tetapi bagi para ilmuwan, khususnya para peneliti teknologi komunikasi diatas pasti ayat diatas membuat mereka terpana. Karena ‘jalan-jalan di langit’ itu memang benar adanya, diantaranya yaitu tadi, jalur komunikasi telepon, jalur dimana gelombang suara yang begitu rumit itu berseliweran, tanpa khawatir saling bersinggungan, kecuali sekali-sekali saja. Padahal ayat di atas sudah ada sejak 14 abad yang silam ! Allahuakbar …
Tak dapat dipungkiri, alangkah besarnya jasa para penemu komunikasi telepon ini. Berkat teknologi HP, kita dapat berkomunikasi dengan orang-orang yang kita cintai di ujung dunia manapun ia berada. Bahkan jika mau, kita dapat mengikuti dan mengetahui apa yang mereka sedang kerjakan dan lakukan, dari waktu ke waktu. Begitulah kira-kira Sang Khalik yang tidak pernah mengantuk dan tidur mengawasi hamba-hamba-Nya. Sungguh, bukan hal yang mustahil bagi-Nya !
“Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa`at di sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar”.( QS. Al-Baqarah(2):255).
Jadi sebenarnya agak aneh juga bila di zaman modern ini sebagian besar orang Barat yang mengaku sebagai orang pandai dan maju masih juga tidak mempercayai adanya Tuhan. Padahal telah tercatat betapa banyaknya ilmuwan Barat yang takluk terhadap kebenaran Al-Quran dan kemudian memeluk Islam berkat temuan ilmiah yang mereka temukan, yang ternyata kemudian cocok dengan ayat-ayat Al-Quran. Albert Einstein, fisikawan terkemuka asal Jerman yang pada tahun 1905 memperkenalkan teori Relatifitas, adalah salah satu contohnya.
Sementara dari Jepang, seorang dokter bernama Masaru Emoto, pada tahun 1992, menerima sebuah sertifikat bergengsi berkat pengobatan alternatifnya dengan air. Dalam tesisnya ia berhasil membuktikan bahwa air bersih ternyata bereaksi terhadap bacaan. Bila bacaan tersebut bacaan yang positif maka akan terbentuk kristal hexagon yang sangat indah. Kristal ini mampu membuang racun dalam darah serta mampu meningkatkan effisiensi metabolisme cairan dalam tubuh. Sebaliknya bila dibacakan bacaan buruk/kasar maka kristal akan menjadi berantakan, tanpa bentuk.
Saya juga pernah membaca berita bahwa ruangan yang di dalamnya selalu dibacakan bacaan positif, ruangan akan menjadi lebih hangat dan adem. Masjid adalah contoh yang paling nyata.
“ Dan apabila dibacakan Al Qur’an, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat. Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai”.(QS.Al-Araf(7):204-205).
Kembali kepada fenomena HP canggih di awal tulisan ini. Bila saat ini banyak orang terlihat cuek berteriak-teriak seolah sedang berbicara sendiri mengapa pula kita, umat Islam, harus malu ketika sedang shalat, berzikir atau berdoa dengan suara agak keras hingga terdengar oleh telinga sendiri, seolah berbicara sendiri, padahal kepada Allah kita sedang berbicara. Yang bahkan telah terbukti melalui berbagai penelitian mampu membuat kita dan aura di sekitar kita menjadi teduh, bila dilakukan dengan benar.
“Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al Qur’an yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. … “.(QS.Az-Zumar(39):23).
Jadi, komunikasi dengan Sang Pencipta, raja dari segala raja, melalui shalat, zikir dan doa, bukan sekedar keimanan belaka namun juga bagian dari teknologi canggih, teknologi milik-Nya. Al ‘Alim, Yang Menguasai Segala Ilmu, yang sengaja dibuka-Nya bagi orang-orang yang mau mencari dan memikirkan kehebatan dan kedasyatan jagad raya ciptaan-Nya ini. Allahuakbar …
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering) -nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; Sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan“.(QS.Al-Baqarah(2):164).
Sudah tiba waktunya umat Islam ini harus percaya diri, diantaranya dengan membaca Al-Quranul Karim, dimanapun berada, di dalam kendaraan pribadi, kendaraan umum, ruang tunggu, atau di tempat umum manapun, sebagaimana orang Barat membaca buku apapun, dimanapun.
Wallahu’alam bish shawwab.
Paris, 5 April 2012.
Vien AM.
Leave a Reply