Berdasarkan situs arkeologis Santorini, kehadiran manusia di pulau ini dimulai pada masa Neolitik, fase-fase akhir zaman batu menuju zaman perunggu. Di tahun 3600 SM peradaban penting di pulau ini telah lahir. Peradaban yang sama dengan peradaban yang ada di pulau Kreta, 110 km selatan pulau ini.
Peradaban tersebut adalah peradaban Minoa. Penemuan di sekitar kota Akrotiri dan pantai Merah di pulau Santorini adalah buktinya. Pada masa itu peradaban ini telah bersentuhan dengan kerajaan lama Mesir, Mesopotamia, Syria, Kanaan dan Siprus Peradaban ini baru ditemukan lagi pada awal abad 20-an oleh Sir Arthur Evans, seorang arkeolog Inggris. Ia menyimpulkan bahwa peradaban kuno yang telah lama hilang ini merupakan cikal bakal peradaban barat yang ada sekarang ini.
Masyarakat Minoa dilaporkan telah memiliki ilmu pengetahuan yang tinggi di bidang kelautan. Mereka membangun koloni-koloni ke pulau-pulau lain dilautan Aegea bahkan hingga ke Yunani daratan. Dalam bidang arsitektur mereka juga sudah maju. Mereka telah berhasil membangun kota-kota beraspal batu dan memiliki selokan serta saluran air yang baik.
Mereka menghias dinding-dinding mereka dengan lukisan-lukisan. Tembikar adalah bentuk seni yang dominan pada bangsa Minoa. Istana-istananya yang indah menambah bukti bahwa Santorini pernah mengalami masa keemasan. Ini tampaknya yang menjadi alasan mengapa banyak sainstis beranggapan bahwa Santorini adalah kota Atlantis yang hilang itu.
Lomba lompat banteng yang dilakukan baik oleh kaum lelaki maupun perempuan dalam berbagai festival keagamaan yang diadakan menunjukkan bukti bahwa kedudukan lelaki dan perempuan kala itu adalah sama. Mungkin ini pula yang menjadi salah satu alasan mengapa Evans menganggap peradaban Minoa adalah awal mata rantai peradaban Barat sekarang ini. Disamping budaya Demokrasi yang tampaknya sudah ada pada masa itu.
“ Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma`ruf. Akan tetapi para suami mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada isterinya. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.(QS.Al-Baqarah(2):228).
“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. … … “. (QS.An-Nisa(4):34).
Sementara Islam mengajarkan bahwa kedudukan lelaki dan perempuan tidak sama persis. Namun perbedaan satu tingkat tersebut tidak menjadikan arti bahwa perempuan adalah mahluk yang rendah apalagi hina. Perbedaan tersebut proposional karena adanya perbedaan fisik, fungsi dan tugas serta tanggung jawab masing-masing. Ada tali keterikatan, ketergantungan dan kebutuhan antara keduanya.
Bangsa Minoa menyimpan kelebihan hasil panen mereka di dalam istana-istananya. Istana-istana ini juga berfungsi sebagai altar para dewi. Ya, masyarakat Minoa memang menyembah dewi-dewi. Dewi Potnia adalah dewi tertinggi mereka. Para dewi dilambangkan dengan simbol ular, banteng, burung, kuncup bunga, dan bentuk-bentuk hewan aneh di atas kepala mereka.
Dan seperti juga peradaban-peradaban kuno lainnya, orang-orang Minoa juga mempunyai tradisi upacara kurban bagi sesembahan mereka. Ironisnya, kurban tersebut adalah manusia!
“Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang menyembah sembahan-sembahan selain Allah yang tiada dapat memperkenankan (do`a) nya sampai hari kiamat dan mereka lalai dari (memperhatikan) do`a mereka?”(QS.Al-Ahqaf(46):5).
Mungkin ini yang menjadi penyebab lenyapnya peradaban Minoa. Tentu kita tahu, berapa banyaknya ayat-ayat Al-Quran yang menceritakan agar suatu kaum tidak mengambil sesembahan lain selain Allah azza wa jalla. Untuk itu dikirim-Nya utusan-utusan untuk mengingatkan hal tersebut. Penyembahan dan pengagungan hanyalah milik-Nya semata. Dewa-dewi atau sesembahan apapun bentuknya tidak akan dapat memberikan manfaat apapun. Tidak pula mudarat.
Dan lagi mana mungkin Tuhan memerintahkan pengurbanan manusia. Perintah yang pernah diberikan Sang Khalik ribuan tahun lalu kepada nabi Ibrahim as agar menyembelih putra satu-satunya hanyalah ujian dan cobaan. Allah swt hanya ingin mengetahui dan menguji seberapa jauh ketakwaan nabi kesayangan-Nya itu. Ini terbukti dengan segera digantinya putra semata beliau dengan domba besar, begitu beliau mengayunkan pedangnya.
Kisah menarik tersebut diabadikan dalam surat As-Shafaat ayat 102 hingga 111 berikut :
Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!”
Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”.
Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis (nya), (nyatalah kesabaran keduanya). Dan Kami panggillah dia: “Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu, sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar”.
Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian, (yaitu) “Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim”.
Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ia termasuk hamba-hamba Kami yang beriman.
—
Begitulah cara orang-orang beriman mensyukuri apa yang telah dikaruniakan Tuhannya. Tidak demikian dengan bangsa Minoa. Kemakmuran, kebesaran dan kejayaan yang dilimpahkan kepada mereka malah membuat mereka lalai. Hingga tibalah keputusan-Nya. Peradaban Minoa tidak mampu bertahan lebih lama lagi. Ia harus mengalami nasib seperti peradaban kaum yang telah dimusnahkan-Nya, yaitu hilang lenyap tanpa bekas.
“ Kemudian Kami ciptakan sesudah mereka umat-umat yang lain. Tidak (dapat) sesuatu umatpun mendahului ajalnya, dan tidak (dapat pula) mereka terlambat (dari ajalnya itu). Kemudian Kami utus (kepada umat-umat itu) rasul-rasul Kami berturut-turut. Tiap-tiap seorang rasul datang kepada umatnya, umat itu mendustakannya, maka Kami perikutkan sebagian mereka dengan sebagian yang lain. Dan Kami jadikan mereka buah tutur (manusia), maka kebinasaanlah bagi orang-orang yang tidak beriman”. (QS.Al-Hajj(22);42-44).
Peradaban Minoa lenyap kemudian muncullah peradaban Mikenai. Perpindahan peradaban ini ditandai dengan lahirnya peralatan dari besi menggantikan peralatan dari perunggu yang biasa digunakan bangsa Minoa. Peradaban Mikenai inilah yang mencoba menceritakan kembali bahwa di dunia ini pernah ada peradaban yang dinamai peradaban Minoa. Namun hingga detik ini sistim penulisan bahasa bekas penduduk Santorini di masa lalu itu belum juga berhasil di temukan.
(Bersambung)
Leave a Reply