Sejarah mencatat bahwa selama berabad-abad Islam pernah mengalami masa kejayaan. Zaman keemasan tersebut terbagi dua periode yaitu periode Klasik (650-1250M) dan periode Pertengahan (1250-1800M). Kejayaan ini dimulai dengan berdirinya negara Madinah dibawah langsung kepemimpinan Rasulullah Muhammad saw (622–632M) dan Kekhalifahan Khulafaur Rasyidin (632-661M) yang 4, yaitu Abu Bakar ra, Umar bin Khattab ra, Ustman bin Affan ra dan Ali bin Abi Thalib ra.
Pada masa inilah dasar-dasar ajaran Islam dengan pedoman Al-Quran dan As-Sunnah diterapkan secara sungguh-sungguh. Diantaranya dengan berdirinya Baitul Maal. Pada zaman Umar bin Khattab ra berkuasa tidak ada seorangpun rakyat kelaparan. Ini terjadi karena zakat dijalankan dengan sangat baik, tidak ada sistim riba di dalamnya.
Sedangkan periode Klasik adalah masa dimana berkuasa dinasti Umayyah yang beribu-kota di Damaskus (661-750M), kekhalifahan Cordoba yang berkuasa di Andalusia (755 -1031 M), dilanjutkan periode Taifa ( kerajaan-kerajaan kecil di Andalusia ) pada 1031-1492M, serta dinasti Abbasiyah yang berkuasa selama 505 tahun (750-1258 M). Pada masa tersebut, tepatnya pada abad sembilan sampai ketiga belas, dunia Islam dipenuhi dengan era perkembangan ilmiah, religius, filsafat, dan kebudayaan dalam skala kedalaman yang tak tertandingi sejarah, baik sebelum maupun sesudah era tersebut.
Pada masa itulah bermunculan tokoh-tokoh Islam mumpuni yang hingga hari ini namanya masih terus dikenang karena jasanya yang begitu besar dalam dunia Sains. Diantaranya adalah Ibnu Sina/Avicena, Ibnu Rusyd/ Averroes, Abu Musa Jabir bin Hayyan/Geber, Ibnu Batuta dll.
Sementara periode Pertengahan adalah masa kerajaan Mughal di India, Afawiah di Persia dan yang terbesar adalah kekhalifahan Islam Turki Ottoman/Ustmaniyah (1300–1924 M). Pada masa ini kejayaan Islam secara bertahap terus menurun. Puncaknya adalah dengan jatuhnya kekhalifahan Ustmaniyah pada tahun 1924 akibat kalah perang dalam Perang Dunia I hingga tercerai berai menjadi 50 negara.
Kesultanan Turki Ottoman mencapai puncak kejayaan dibawah kepemimpinan Sulaiman I atau Sulaiman Agung (1520-1566M). Kekuasaan kesultanan ini membentang di sebagian benua Eropa, Asia, dan Afrika selama 623 tahun, dengan budaya, agama dan bahasa yang berbeda-beda. Kejayaannya dapat disejajarkan dengan kekaisaran Romawi di masa lalu.
Kesultanan ini runtuh secara bertahap karena banyak hal. Diantaranya adalah lemah dan tidak berwibawanya sejumlah sultan yang berkuasa di akhir abad 18. Penyebab lainnya adalah terlalu banyaknya campur tangan asing, kehidupan mewah dan berlebihan di kalangan pejabat hingga banyak terjadi penyimpangan dalam keuangan negara. Termasuk dana pertahanan militer yang terus digerogoti. Konspirasi Yahudi yang menginginkan tanah Palestina dengan jeli memanfaatkan celah tersebut. Bekerja sama dengan Barat, ia terus menekan para sultan dengan segala cara busuk.
“Selama aku masih hidup, aku lebih rela menusukkan pedang ke tubuhku daripada melihat tanah Palestina dikhianati dan dipisahkan dari Khilafah Islamiyah. Perpisahan adalah sesuatu yang tidak akan terjadi. Aku tidak akan memulai pemisahan tubuh kami selagi kami masih hidup.” Demikian jawaban surat Sultan Abdul Hamid II kepada perwakilan Zionis Yahudi yang berusaha menyogoknya.
Sultan Abdul Hamid II dikenal dekat dengan para ulama dan selalu menaati nasihat-nasihat mereka. Ia berusaha keras memperbaiki kesultanan yang diwarisinya dalam keadaan carut marut. Berbagai upaya ia lakukan termasuk menyatukan umat Islam yang terpuruk, dan membantu mereka agar dapat melawan para penjajah yang menjadi penguasa di negeri mereka sendiri.
Dari sebuah hadist riwayat Ahmad, diberitakan tentang masalah kepemimpinan yang terbagi atas 5 bagian periode perjalanan sejarah umat manusia lebih khusus lagi umat Islam, yaitu:
- Manusia dipimpin oleh para nabi dan para rasul (masa kenabian).
- Manusia dipimpin oleh Khulafaur Rasyidin (masa khilafah sesuai dengan pedoman Rasulullah SAW.
- Manusia dipimpin oleh raja-raja yang menggigit (masa malik ‘adhon).
- Manusia dipimpin oleh raja-raja ada penguasa yang diktator dan tidak berpedoman pada ajaran Islam.
- Manusia dipimpin kembali oleh sistem sesuai pedoman yang dibawa nabi Muhammad SAW.
https://www.dakwatuna.com/2011/12/01/16954/hadits-tentang-periodisasi-kekuasaan/#axzz6K7QBhp4H
Para ulama sepakat bahwa saat ini kita berada di akhir periode 4 menuju periode 5, periode dimana umat kembali menjalankan kehidupannya sesuai Al-Quran dan As-Sunnah. Tentu tidak semudah membalik tangan. Diperlukan usaha dan keseriusan kaum Muslimin untuk bersatu demi menegakkan Islam yang kaffah, Islam yang menjadi rahmat tidak saja bagi umat Islam tapi juga bagi seluruh isi alam semesta ini.
“Dan tiadalah Kami mengutus kamu (Muhammad), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam”. ( Terjemah QS. Al-Anbiya(22):107).
Untuk itu para ulama menyusun 10 karakter yang harus dimiliki setiap Muslim sebagai berikut:
- Salimul Aqidah (Aqidah yang bersih).
Aqidah adalah dasar utama seorang Muslim. Tanpa aqidah yang bersih tidak ada artinya seorang Muslim. Aqidah yang bersih, tidak bercampur sedikitpun dengan kesyirikan, akan melahirkan ketakwaan yang sebenarnya. Ia yakin setiap gerak-geriknya senantiasa diawasi Allah swt, dan segala sesuatu terjadi karena Allah swt. Yang dengan demikian seseorang tidak akan takut kepada selain-Nya. Inilah yang menjadi kunci kemenangan perang Badar di awal periode Islam. Ketika itu jumlah kaum Muslimin hanya 313 orang, 1/3 jumlah musuh, tanpa peralatan perang memadai pula. Namun bisa menang karena modal keyakinan Allah swt senantiasa beserta mereka.
“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur adukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk”. ( Terjemah QS. Al-An’aam(6):62)
- Shahihul Ibadah (Ibadah yang benar).
Yaitu ibadah sesuai dengan apa yang dicontohkan rasulullah saw, tidak mengada-ada. Ini untuk menunjukkan ketaatan tidak hanya kepada Allah swt, tapi juga kepada Rasulullah saw.
“ … Barangsiapa ta`at kepada Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam surga yang mengalir di dalamnya sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah kemenangan yang besar”. ( Terjemah QS. An-Nisa(4):13).
“Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihatku shalat.”. (HR. Baihaqi).
- Matinul Khuluq (akhlak yang kokoh).
Yaitu dengan mencontoh akhlak rasulullah. Diantaranya yaitu jujur, amanah, sabar, tidak sombong, rendah hati dll.
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”. ( Terjemah QS. Al-Ahzab(33):21).
- Qowiyyul Jismi (kekuatan jasmani).
Kekuatan ini tidak hanya diperlukan untuk melakukan berbagai ibadah seperti shalat, puasa, haji dll. Namun juga ketika kita harus menghadapi musuh. Bahkan cara memakai kain ihram yang dibuka pada sisi kanan bahu (idtiba’), bukannya tanpa maksud. Ini untuk menunjukkan pada musuh-musuh Islam bahwa kaum Muslimin itu kuat, jangan coba-coba meremehkannya.
“Muslim yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah subhanahu wa ta’ala daripada Muslim yang lemah.” [HR. Muslim].
- Mutsaqqoful Fikri (Intelek dalam berpikir).
Banyak sekali ayat-ayat Al-Quran yang memerintahkan kita untuk senantiasa berpikir. Alam semesta beserta segala isinya ini diciptakan penuh dengan perhitungan, tidak asal-asalan. Dan kita manusia diberi tugas sebagai khalifah agar dapat mengelola seluruh fasilitas tersebut dengan sebaik mungkin.
“Orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka”. (Terjemah QS. Ali Imran(3):191).
- Mujahadatul Linafsihi (berjuang melawan hawa nafsu).
Seorang Muslim sejati harus selalu sadar bahwa musuh utama manusia adalah syaitan. Syaitan inilah yang pekerjaannya menghembus-hembuskan hawa nafsu agar tidak mentaati perintah Allah swt. Cinta yang berlebihan terhadap kenikmatan dunia adalah awal petaka yang dapat menjerumuskan manusia pada kehinaan. Inilah yang terjadi pada awal mundurnya kesultanan Ottoman.
Dan awal dari segala hawa nafsu yang harus diperangi adalah sifat sombong sebagaimana yang diabadikan ayat 13-18 surat Al-Baqarah berikut:
Allah berfirman:“Turunlah kamu dari surga itu; karena kamu tidak sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya, maka ke luarlah, sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang hina”.
Iblis menjawab: “Beri tangguhlah saya sampai waktu mereka dibangkitkan“.
Allah berfirman: “Sesungguhnya kamu termasuk mereka yang diberi tangguh.”
Iblis menjawab: “Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (ta`at)”.
Allah berfirman: “Keluarlah kamu dari surga itu sebagai orang terhina lagi terusir. Sesungguhnya barangsiapa di antara mereka mengikuti kamu, benar-benar Aku akan mengisi neraka Jahannam dengan kamu semuanya”.
- Harishun Ala Waqtihi (pandai menjaga waktu).
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian,kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran”. ( Terjemah QS. Al-Ashr(103):1-3)
Dari Ibnu Abbas ra: Rasulullah saw bersabda dan menasehati pada seseorang: “Gunakan yang lima sebelum datang yang lima: masa mudamu sebelum masa tuamu, masa sehatmu sebelum masa sakitmu, masa kayamu sebelum masa miskinmu, masa lapangmu sebelum masa sibukmu dan masa hidupmu sebelum masa matimu,” (HR Al-Hakim).
Islam mengajarkan kaum Muslimin untuk menggunakan waktunya sebaik mungkin, diantaranya shalat yang mempunyai waktu-waktu tertentu bahkan gerakan yang sudah ditentukan dan mempunyai batas waktu. Dan yang utama adalah yang di awal waktu. Inilah awal dari kedisiplinan.
- Munazhzhamun fi Syuunihi (teratur dalam suatu urusan).
Dengan kedisiplinan seorang Muslim akan lebih mudah menyelesaikan segala urusan secara tertata/tertib/teratur. Apapun yang dikerjakan, baik yang terkait dengan masalah ubudiyah maupun muamalah, profesionalisme selalu diperhatikan, dikerjakan secara sungguh-sungguh. Dalam ayat 282-283 surat Al-Baqarah Allah swt menerangkan secara terperinci bagaimana cara bermualamah dalam Islam.
Dengan berbekal ilmu seorang Muslim akan mampu menyelesaikan pekerjaannya secara professional, sesuai dengan kedudukan dan jabatan masing-masing. Apakah itu sebagai kepala keluarga, ketua RT/RW/Kelurahan hingga bos perusahaan bahkan mentri dan presiden.
Demikian pula ketika berperang sebagai ayat berikut :
“Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti bangunan yang tersusun kokoh”. (Terjemah QS. Ash-Shaff(61): 4).
“Kebenaran yang tak terorganisir akan dikalahkan oleh kebatilan yang terorganisir.” ( Ali bin Thalib ra).
- Qodirun Alal Kasbi (memiliki kemampuan usaha sendiri/ mandiri).
Muslim sejati adalah yang tidak tergantung pada orang lain yang beresiko menjadikannya tergadai dan terhina. Apalagi bila ketergantungannya itu terhadap orang kafir. Karena yang demikian bisa menyebabkannya tidak saja harga diri yang tergadai tapi bahkan aqidah.
“Tangan yang diatas adalah yang memberi (mengeluarkan infaq) sedangkan tangan yang di bawah adalah yang meminta”.(HR. Bukhari).
- Nafi’un Lighoirihi (bermanfaat bagi orang lain).
Inilah ciri Muslim sejati yang mewakili ajaran Islam Rahmatan Lil Aalamiin. Ia bagaikan pohon rindang yang bisa digunakan orang untuk berteduh, akarnya yang kuat mampu menyangga orang yang bersandar, buahnya lezat, dan bunganya indah dipandang mata.
“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. … “. ( Terjemah QS.Ibrahim (14):24-25).
Sayangnya saat ini kita saksikan kondisi umat Islam secara umum masih saja terpuruk dibawah pengaruh Barat yang sekuler bahkan kafir. Korupsi, khamr, perzinahan, prilaku menyimpang homoseksual dll yang makin merajela. Belum lagi ikatan persatuan sesama Muslim yang sangat rentan hingga mudah di adu domba musuh-musuh Islam.
“Seorang Mukmin dengan Mukmin lainnya seperti satu bangunan yang tersusun rapi, sebagiannya menguatkan sebagian yang lain.” Dan beliau merekatkan jari-jemarinya”. (HR. Bukhari).
Berikut yang dikatakan Abdallah ibn Buluggin, seorang cendekiawan yang melihat langsung awal kejatuhan Kerajaan Cordoba pada tahun 1000-an M hingga tercerai-berai menjadi kerajaan-kerajaan kecil Islam yang saling bertikai.
“Ketika dinasti Amirid (al Mansur) berakhir dan rakyat ditinggal tanpa pemimpin, maka setiap komandan militer bangkit membangun kotanya dan melindungi diri mereka sendiri dengan benteng untuk memperkuat posisinya, membangun tentara dan memperkokoh sumber dayanya sendiri. Orang-orang ini saling bersaing dengan lainnya untuk merebut kekuasaan dan mengalahkan lawan-lawannya.”
Tampaknya baru Turki dibawah Recep Tayyip Erdogan yang terlihat siap menghadapi kebangkitan Islam. Ia berhasil membawa kembali Kesultanan Turki Ustmaniyah yang ambruk nyaris 100 tahun silam ke masa kejayaannya. Hanya Erdogan satu-satunya kepala negara di dunia ini yang berani melawan kejahatan Zionis Israel terhadap Palestina secara terang-terangan. Kaum perempuan di era Erdogan juga berhasil mendapatkan kembali haknya menutup aurat dengan baik setelah puluhan tahun lamanya dilarang dibawah pemerintahan Turki yang sekuler. Demikian pula adzan yang kembali dikumandangkan di seantero negri.
Dilansir dari berbagai sumber, Turki baru dibawah Erdogan telah melakukan lompatan ekonomi yang besar, dari rangking 111 dunia ke peringkat 16, dengan rata-rata peningkatan 10 % pertahun, yang berarti masuknya Turki kedalam 20 negara besar terkuat (G-20) di dunia.
Bahkan selama pandemi Covid19 Turki memperlihatkan kedigjayaannya dengan mengirim bantuan medis ke Italia dan Spanyol sebagai bagian dari upaya memerangi pandemi virus tersebut. Italia dan Spanyol adalah dua negara yang terdampak virus Corona paling parah di dunia. Bantuan medis yang dikirim tersebut berupa masker, pakaian pelindung dan cairan antibakteri yang diproduksi oleh pabrik serta fasilitas jahit milik Kementerian Pertahanan Turki.
Semoga dengan adanya pandemi Covid19 yang menyebabkan kita terpaksa mengurung di dalam rumah masing-masing mampu membuat kita untuk segera berbenah diri, bertobat memohon ampunan-Nya hingga Allah swt pun ridho memberi kita kemenangan dan kejayaan sebagaimana yang pernah dialami para sahabat dan pendahulu-pendahulu kita, bukan sekedar bebas dari virus menular ganas tersebut.
Semoga Allah swt masukkan kita ke dalam bulan Ramadhan yang tinggal menghitung hari tersebut dalam keadaan bukan hanya sehat wal afiat, tapi juga aqidah yang kokoh dan hati yang bersih bebas dari segala kotoran dan buruk sangka.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah Ta’ala berfirman: Aku sesuai persangkaan hamba-Ku. Aku bersamanya ketika ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku saat bersendirian, Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku. Jika ia mengingat-Ku di suatu kumpulan, Aku akan mengingatnya di kumpulan yang lebih baik daripada pada itu (kumpulan malaikat).” (Muttafaqun ‘alaih) [HR. Bukhari, no. 6970 dan Muslim, no. 2675]
Wallahu’alam bish shawwab.
Jakarta, 20 April 2020.
Vien AM.
Leave a Reply