Feeds:
Posts
Comments

Archive for March 17th, 2021

Ayana Jihye Moon, adalah seorang muslimah asal Korea Selatan yang namanya cukup di kenal di kalangan muslimah, Indonesia dan Malaysia khususnya. Selebgram berparas cantik khas K-Pop ini pernah menjadi brand  ambassador Wardah, beberapa kali muncul sebagai tamu acara televisi, serta menjadi pembicara sejumlah kajian. Terakhir Ayana terlihat di Istora Senayan Islamic Book Fair (IBF) di JCC Jakarta pada acara peluncuran bukunya yang berjudul ‘Ayana Journey To Islam’. Kisah ke-Islaman gadis Korea kelahiran tahun 1995 ini memang menarik untuk diikuti. 

Ayana lahir dan besar di tengah keluarga ekonomi menengah atas yang tidak begitu peduli agama di sebuah kota di Korea Selatan. Ia mendengar adanya agama Islam pertama kali karena keluarganya sering membicarakan aksi teror 911 dan perang Amerika di Irak dan Afghanistan. Ketika itu usia Ayana baru 7 tahun. Namun ia juga mendengar bahwa kaum Muslimin berpuasa, shalat dan berjilbab. Kebetulan salah satu pamannya ada yang telah lama memeluk Islam. Hal yang amat sangat langka terjadi di negaranya. Islam adalah kaum minoritas dan tidak banyak orang mengenal agama ini. Rata-rata orang Korea Selatan adalah atheis.  

Untuk mengatasi rasa penasaran dan keingin-tahuannya yang begitu tinggi menjelang remaja Ayana sering googling. Hebatnya lagi karena ketika itu ia belum fasih berbahasa Inggris iapun menggunakan kamus untuk belajar memahami apa yang ingin diketahuinya. Selama beberapa tahun ia melakukan hal tersebut.  Berkat Googling pula Allah swt mempertemukannya dengan seorang profesor yang menguasai ajaran Islam.

Maka setelah dirasa cukup memahami konsep Islam, ditambah bantuan dari pamannya, pada usia 16 tahun akhirnya Ayanapun memeluk Islam. Namun sayang keinginannya untuk mengenakan hijab yang merupakan kewajiban bagi kaum Muslimah untuk sementara terpaksa ia singkirkan. Di negaranya tidak mungkin murid sekolah memakai hijab ke sekolah. Ayana ketika itu duduk di bangku sekolah menengah atas.

Hai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mu’min: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha penyayang”. ( Terjemah QS. Al-Ahzab(33):59).

Menjelang lulus SMA orang-tuanya baru mengetahui bahwa putri mereka satu-satunya itu telah berganti keyakinan. Merekapun tidak mau lagi menanggung kehidupan finansialnya. Namun Ayana tidak mau menyerah meski menyadari pasti akan sangat berat. Apalagi ia ingin sekali meneruskan pendidikan ke yang lebih tinggi, yaitu berkuliah.

Saat itu aku tidak punya pilihan. Aku tahu orangtuaku tidak akan menanggung biaya kehidupanku jika aku pindah ke agama lain, atau menjadi ateis seperti mereka. Sehingga dengan situasi ekstrem seperti itu, justru menguatkanku. Aku lakukan apa yang bisa aku lakukan,” kenangnya.

Bahkan, sebelum aku pergi ke Malaysia, aku harus melakukan banyak sekali pekerjaan sampingan di Korea Selatan, seperti menjadi guru les matematika, menjual ikan kering di pasar, menjadi part-timer di restoran kecil, dan sebagainya. Meski begitu, alhamdulillah aku bisa dapat beasiswa penuh karena aku adalah siswa teladan,” tambahnya.

Berkat kegigihannya mempertahanlan ke-Islam-annya tak heran bila Allah Azza wa Jala memberinya jalan keluar. Apalagi Ayana memang seorang anak yang cerdas hingga berhasil mendapatkan beasiswa.  Dengan modal beasiswa dan tekad kuat pada tahun 2014 di usianya yang ke 19 tahun, Ayanapun meninggalkan negaranya menuju Malaysia. Sebelumnya ia sempat mempertimbangkan Mesir sebagai tujuan kuliah sambil memperdalam pengetahuannya tentang Islam. Disana sudah pasti ia bisa memakai hijab, sesuatu yang diimpikannya.  Tapi karena situasi politik yang tidak memungkinkan ia memilih Malaysia sebagai gantinya.  

Sebagai gadis muda yang baru pertama kali hidup sendiri jauh dari orang-tua dan keluarga di negara dimana ia tidak mengenal seorangpun, tanpa restu dan bekal orang tua pula, dapat dipahami bila suatu ketika ia sempat mengalami kesulitan dan sempat nyaris putus asa. Ibunya bahkan khusus datang menjemputnya untuk membawanya pulang ke negaranya. Namun Allah subhana wa ta’ala kembali menyelamatkannya. Seorang kenalan instagramnya di Indonesia menawarkan pekerjaan sebagai bintang iklan kosmetika Wardah di Jakarta. Iapun langsung menerima tawaran tersebut.

Dan selama kontrak tersebut Ayana merasa ditrima dengan sangat baik. Ia banyak menerima undangan wawancara terutama tentang kisah ke-Islamannya. Ayanapun lebih tenang dan mendapatkan kembali rasa percaya dirinya yang sempat goyah. Usai kontrak 1 tahun Ayana kembali ke Malaysia untuk melanjutkan kembali kuliahnya di program studi komunikasi. Ayana dapat merasakan betapa bedanya kehidupannya di Korea Selatan dengan di Malaysia dan di Indonesia.

Rasanya menyenangkan karena bisa menjalani shalat di mana pun. Aku bisa makan makanan halal, rasanya menyenangkan“. “Di Korea aku tidak bisa shalat di mana saja dan tidak ada makanan halal. Aku cuma bisa makan seafood, sangat sulit,” ujarnya.

Dalam pengakuannya, kini ia lebih bisa tersenyum, hidup lebih bermakna, dan selalu bersyukur. Hingga sang adik, heran dengan sifat kakaknya yang tadinya galak dan mudah marah berubah menjadi baik. Maka berita gembirapun datang. Aydin, adik satu-satunya dengan beda usia 8 tahun, pada tahun 2019 lalu mengikuti jejaknya memeluk Islam.

Dalam Instagramnya Ayana memamerkan foto diri dan adiknya yang menjalani Ramadhan di rumah mereka di Korea Selatan. Orang-tua mereka tampaknya sudah bisa menerima ke-Islaman keduanya.  

Ramadhan pertama kita yang sangat spesial, dia adalah satu-satunya yang selalu membuatku nyaman. Aku bertanya pendapatnya dalam segala hal. My very smart tutor and the best sister till Jannah,” tulis Aydin dalam keterangan fotonya.

Ayana juga memamerkan sebuah video bersama ibu dan adiknya di dalam sebuah masjid. Ibunya memang belum bersedia masuk Islam tapi Ayana sangat mengharapkan doa orang-orang yang melihat video tersebut.

“Ini adalah masjid tempat aku dan Aydin sering berkunjung. Aku berharap ibu akan lebih sering ke sini, Insya Allah, Aku harap,” ujar Ayana menutup videonya.    

Dalam salah satu wawancaranya, Ayana menceritakan rencana masa depannya.  Ia juga menjawab sebuah pertanyaan apakah ia sudah cukup merasa puas dengan aktifitasnya sebagai Selebgram yang memiliki lebih dari 3 juta followers. Ayana menjawab bahwa profesi tersebut hanya batu loncatan. Lingkungan keluarganya yang banyak berkecimpung dalam dunia politik menyebabkannya ikut tertarik memikirkan hal tersebut. Minimal ia ingin agar muslimah berhijab di negaranya bisa mendapat kemudahan dalam mencari pekerjaan dan kesetaraan.  

Aku ada rencana ingin melanjutkan jenjang pendidikan di bidang politik ke Inggris, setelah menyelesaikan pendidikan di Malaysia. Ada banyak cara aku berkontribusi bagi negaraku. Misalnya, membantu politisi dalam membuat kebijakan, tanpa harus terjun ke dunia politik,”, jelasnya.

Barakallah Ayana, semoga Allah swt senantiasa memudahkan perjalanan hidupnya. Semoga dapat menjadi inspirasi para muslimah yang terlahir Islam agar dapat menjadi muslimah yang lebih baik dan bermanfaat bagi orang lain.      

Wallahu ‘alam bish shawwab.

Jakarta, 16 Maret 2021.

Vien AM.

Note.

– Usia 7 tahun adalah usia seorang anak mulai kritis. Ia menjadi pemerhati segala kejadian yang dilihatnya. Oleh sebab itu orang-tua  harus waspada. Tak salah bila pada usia ini Islam mulai mengajarkan anak untuk shalat.

Ajarilah anak kalian mengerjakan salat ketika berumur 7 tahun, dan pukullah ia jika telah mencapai 10 tahun ia mengabaikannya” (HR Abu Daud, Al-Tirmidzi, Al-Baihaqi, Al-Hakim dan Ibn Khuzaimah). 

– Menjadi Islam sejak lahir adalah suatu anugerah yang harus disyukuri. Tentu kita sering mendengar bagaimana beratnya perjuangan menuju Islam seperti yang dialami Ayana di atas.

Setiap anak yang lahir dilahirkan di atas fitrah hingga ia fasih (berbicara). Kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi”. Nasrani, atau Majusi.” (HR. Muslim).

Read Full Post »