5. Mau mendengarkan nasihat orang lain.
– Suatu ketika pada tahun ke 6 setelah hijrah, Rasulullah mengajak para sahabat untuk melaksanakan umrah ke Mekkah. Ketika itu sebagian besar kaum Quraisy penduduk Mekkah belum mau menerima ajaran Islam bahkan sangat memusuhi ajaran tersebut. Oleh sebab itu mereka tidak mengizinkan Rasulullah beserta para sahabat masuk ke kota tersebut meski hanya untuk sekedar melaksanakan umrah.
Rasulullahpun membatalkan niat tersebut. Bahkan malah menanda-tangani sebuah kesepakatan yang intinya mereka tidak mungkin melaksanakan umrah saat itu dan mereka harus mundur dan kembali.Mengetahui hal tersebut para sahabat sangat kecewa. Mereka merasa tidak seharusnya Rasulullah mengalah kepada orang-orang seperti mereka. Umrah adalah perbuatan yang di-ridhoi Allah SWT mengapa harus dibatalkan? Begitu pikir mereka.
Maka ketika kemudian Rasulullah memerintahkan para sahabat untuk menyembelih hewan kurban bawaan mereka serta bercukur layaknya orang yang telah menunaikan ibadah umrah, tak seorangpun sahaat yang mau melakukannya. Hingga 3 kali Rasulullah mengulang perintah tersebut namun tak seorangpun bergeming.Sesuatu yang sebelumnya tidak pernah terjadi.
Rasulullah akhirnya mengeluhkan hal tersebut kepada Ummu Salamah yang ketika itu mendapat giliran untuk menemani Rasulullah menjalankan tugas. Ummu Salamah kemudian menghibur Rasulullah agar tidak usah terlalu kecewa atas sikap para sahabat. Menurutnya lebih baik Rasulullah langsung menyembelih kurban dan bercukur tanpa harus menunggu reaksi para sahabat. Tanpa merasa gengsi Rasulullahpun menuruti nasehat tersebut. Dan memang benar ternyata para sahabat segera meniru perbuatan Rasulullah.
6. Suka memberi nasihat.
Rasulullah selalu memberi nasihat kepada para sahabat agar jangan hasad, iri dan dengki. Juga jangan mudah berselisih. Bila ada sesama Muslim berselisih Rasulullah mendamaikannya.
“Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.” ( QS. Al-Hujurat (49):10).
Itu sebabnya yang dilakukan begitu tiba di Madinah adalah mempersaudarakan sahabat Muhajirin dan Anshor.
7. Suka Membantu Pekerjaan Rumah.
Dari Al-Aswad, ia bertanya pada ‘Aisyah, “Apa yang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lakukan ketika berada di tengah keluarganya?” ‘Aisyah menjawab, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa membantu pekerjaan keluarganya di rumah. Jika telah tiba waktu shalat, beliau berdiri dan segera menuju shalat.” (HR. Bukhari, no. 6039).
“Tidaklah beliau itu seperti manusia pada umumnya, beliau menjahit bajunya, memerah kambing dan melayani dirinya sendiri. (HR. Tirmidzi).
HR At-Tirmidzi, “Sesungguhnya di antara orang-orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah orang yang paling baik akhlaknya dan paling baik kepada keluarganya”.
8. Sayang pada anak2.
Disebutkan bahwa Ya’la bin Murrah pergi bersama Nabi untuk menghadiri undangan makan. Di tengah perjalanan, beliau melihat Husain sedang bermain di jalanan. Beliau langsung maju dan membentangkan kedua tangannya (untuk mendekapnya), sementara Husain berusaha menghindar kesana-kemari, beliau sengaja mencandainya. Akhirnya beliau menangkapnya. Beliau pun memegang dagu dan kepala Husain, lalu menciumnya. (HR Ibnu Majah).
Abu Hurairah menuturkan, suatu ketika kami sholat Isya bersama Rasulullah ﷺ. Saat sujud, Hasan dan Husain naik ke punggung beliau. Saat bangkit, beliau meraih keduanya yang ada di belakang dengan lembut, lalu meletakkan keduanya secara perlahan. Saat kembali sujud, keduanya kembali naik ke punggung beliau. Seusai sholat, beliau meletakkan keduanya di pangkuan paha beliau. (HR Al Hakim).
9. Sekali2 bergurau.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, seorang sahabat bertanya kepada Muhammad SWA, “Wahai, Rasullullah! Apakah Engkau juga bersendau gurau bersama kami?” Rasulullah SAW menjawab, “Benar. Hanya saja saya selalu berkata benar.” (HR Ahmad).
Rasulullah tidak melarang umat Islam untuk bersenda gurau. Namun beliau mengingatkan untuk tidak melontarkan lelucon bohong, dusta, atau merendahkan orang lain. Juga tidak berlebihan. Cukup hanya sebatas pelepas kesuntukan sesaat. Materinyapun sarat dengan pelajaran dan ilmu pengetahuan.
“Celakalah bagi mereka yang berbicara, lalu berdusta supaya dengannya orang banyak yang tertawa. Celakalah baginya dan celakalah.” (HR Ahmad).
Rasulullah tidak pernah tertawa sampai terbahak-bahak. Tertawanya hanya sampai terlihat gigi taringnya saja. Beliau bahkan menganjurkan umatnya untuk lebih banyak menangis ketimbang tertawa. Seorang Muslim hendaknya lebih menyibukkan diri dengan muhasabah dan mengevaluasi dirinya.
Berikut gurauan Rasulullah:
-Dalam suatu riwayat, seorang wanita tua mendatangi Rasulullah SAW. Ia menanyakan perihal surga.
“Wanita tua tidak ada di surga,” sabda Rasulullah SAW.
Mendengar ucapan itu, si nenek pun menangis tersedu-sedu. Rasulullah SAW segera menghiburnya dan menjelaskan makna sabdanya tersebut itu. “Sesungguhnya ketika masa itu tiba, Anda bukanlah seorang wanita tua seperti sekarang.”
Rasulullah pun kemudian membacakan ayat, “Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari itu) dengan langsung. Dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan.“ (QS al-Waaqi’ah [56]: 35-36).
Si nenek tuapun tersenyum bahagia.
Dari Muadz bin Jabal, Nabi Muhammad SAW bersabda, “Penghuni surga kelak masuk ke dalamnya dalam keadaan tak berbulu, muda, dan bercelak mata, sekira usia 33 tahun.” (HR At-Tirmidzi).
– Diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari, bahwa suatu hari Rasulullah sedang makan kurma bersama sahabat Ali bin Abu Thalib dalam satu ruangan. Kebiasaan zaman dulu ketika makan kurma maka akan menaruh bijinya tidak jauh dari samping tempat duduknya.
Pada saat itu Rasulullah Saw memakan satu biji kurma dan meletakkan biji kurma tersebut di pinggir tidak jauh dari wadah kurma dekat dengan tempat duduknya. Sementara Ali memakan kurma dengan banyak sakali sehingga bijinya tak terhitung.
Lantas saja seketika itu muncul keisengan dan humor Ali. Ia menaruh biji-biji kurma bekas kurma yang dimakannya dipinggir samping dekat dengan Rasulullah. Sehingga di samping Ali tidak terlihat satu biji kurmapun.
Ali berkata kepada Rasulullah, “Ya Nabi, engkau memakan kurma banyak sekali. Lihatlah biji-biji kurma itu banyak ada di samping engkau. Sedang aku belum memakannya sama sekali.”
Sambi tersenyum nabi menjawab, “Wahai Ali, kamulah yang telah memakan kurma lebih banyak dariku. Kamu makan kurma bersama biji-bijinya, sedangkan aku hanya memakan kurmanya saja.”
-Diriwayatkan Zayd bin Aslam sebagaimana dimuat Hadist Riwayat Abdari. Diceritakan suatu ketika seorang perempuan datang menghadap Nabi Muhammad SAW. Perempuan ini menyampaikan keinginan suaminya untuk mengundang Rasulullah. Perempuan ini mengaku suaminya sedang sakit.
Mendengar permintaan itu, Rasulullah tak langsung mengiyakan. “Siapa suamimu? Bukankah suamimu adalah orang yang di matanya terdapat warna putih?” tanya Nabi dengan nada gurauan.
Mendengar pernyataan Nabi, perempuan itu setengah terkaget. “Demi Allah, mata suamiku tidak ada warna putihnya!” tegas perempuan tersebut.
Nabi lantas menegaskan, “Sungguh di mata suamimu ada warna putihnya.”
Tanpa menyadari Rasulullah sedang bercanda, perempuan itu bersikeras menanggapi gurauan Nabi. Perempuan itu terus membela suaminya dengan mengatakan tidak ada warna putih di mata suaminya.
Sambil tersenyum Nabipun bersabda, “Tidak ada seorang pun yang di matanya tidak terdapat warna putih.” Dalam riwayat Ibnu Abi Rasulullah berkata “Bukankah di setiap mata terdapat warna putih?.”
Wallahu’alam bish shawwab.
Jakarta, 28 Agustus 2022.
Vien M.