“ Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barangsiapa yang melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa (nya), (yakni) akan dilipat gandakan azab untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina”.(QS.Al-Furqon(25): 68 – 69).
Inti ajaran Islam adalah Tauhid yaitu menyembah hanya kepada-Nya, Sang Khalik yang telah menciptakan langit, bumi dan segala isinya. Dialah tempat bergantung, tempat memohon, tempat mengadu. Tidak ada yang selain Dia, tidak pula yang bersama Dia. Penyembahan mutlak yang dilakukan dengan hati yang ridho’, ikhlas dan tulus hanya kepada-Nya yang bila diikuti dengan amal perbuatan shaleh kelak akan mengantarkan manusia untuk kembali ketempat yang mulia disisi-Nya, yaitu Surga. Sesungguhnya perbuatan syirik, membunuh tanpa alasan yang sesuai syariat dan berzina adalah dosa-dosa besar yang tak terampuni. Allah SWT amat murka dan tidak meridho’i manusia yang berbuat demikian.
Namun disebabkan kecintaan Allah SWT yang begitu besar kepada manusia maka bila orang yang telah tersesat jauh tersebut mau memohon ampunan yang sebenar-benar ampunan, ampunan dan taubat yang disertai janji bahwa ia tidak ingin dan tidak akan mau mengulangi kesalahan-kesalahan tersebut serta kemudian ia mengerjakan amal saleh maka Allah SWT, Sang Pemberi Taubat akan membukakan pintu maaf dan pintu ampunan bagi siapa yang dikendaki-Nya.
“ kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; maka kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan orang yang bertaubat dan mengerjakan amal saleh, maka sesungguhnya dia bertaubat kepada Allah dengan taubat yang sebenar-benarnya”.(QS.Al-Furqon(25): 70 – 71).
” Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, …………….”QS.At-Tahrim(66):8).
Namun Allah SWT mengingatkan Dia tidak akan menerima taubat yang dilakukan ketika seseorang dalam keadaan sakratul maut, yaitu saat-saat menjelang kematian ketika tidak ada jalan lain baginya kecuali harus menyerah dan mengakui kesalahan serta terpaksa mengakui ke-Besar-an dan ke-Esa-an-Nya.
”Maka tatkala mereka melihat azab Kami, mereka berkata: “Kami beriman hanya kepada Allah saja dan kami kafir kepada sembahan-sembahan yang telah kami persekutukan dengan Allah. Maka iman mereka tiada berguna bagi mereka tatkala mereka telah melihat siksa Kami. Itulah sunnah Allah yang telah berlaku terhadap hamba-hamba-Nya. Dan di waktu itu binasalah orang-orang kafir”.(QS.Al-Mukmin(40):84-85).
Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Dzar ra, dia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda : “Aku mengetahui penduduk neraka yang terakhir keluar dari neraka dan penduduk surga yang terakhir masuk ke surga. Ada seseorang ditampilkan. Allah berfirman :“ Enyahkanlah dosa-dosanya yang besar dan lucutilah dosa-dosanya yang kecil”. Kemudian dikatakan kepadanya, “ Kamu telah melakukan anu dan anu pada hari anu ”. Orang itu membenarkannya. Dia tidak dapat mengelak sedikitpun. Kemudian dikatakan: ” Setiap keburukanmu menjadi kebaikan”. Dia berkata : ” Ya Tuhanku, aku telah melakukan aneka kesalahan. Namun aku tidak melihatnya dalam catatan amalku ”. Maka Rasulullahpun tertawa hingga terlihat gigi taringnya.” ( HR Muslim ).
”Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihatnya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihatnya pula”.(QS. Al-Zalzalah(99):7-8).
Hanya berkat rahmat-Nyalah seseorang bisa masuk surga, karena sesungguhnya sebesar apapun pahala dan amal ibadah seseorang tidak mungkin mampu menebus apa yang telah Allah SWT limpahkan kepada manusia. Namun sebagai penghormatan dan tanda kasih sayang-Nya terhadap Rasulullah Muhammad SAW, Allah SWT memberikan izin kepada beliau untuk memberikan syafaat , yaitu memohonkan ampunan kepada-Nya bagi seorang yang mau meminta kepada beliau. Dan bila orang tersebut sebelumnya telah pula memohon ampunan kepada-Nya maka Allah SWT pun akan berkenan memberikan pengampunan kepada orang tersebut.
“Dan kami tidak mengutus seseorang rasul, melainkan untuk dita`ati dengan seizin Allah. Sesungguhnya jikalau mereka ketika menganiaya dirinya datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah, dan Rasulpun memohonkan ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.”(QS(An-Nisa’(4):64).
“ Katakanlah: ” Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS.Az-Zumar(39):53).
Demikianlah janji Allah SWT, Sang Maha Pengasih, Sang Maha Penyayang, Sang Maha Pengampun. Ia memberikan harapan kepada siapa yang dikehendaki-Nya, ampunan yang seluas-luasnya sebagai tanda kasih-sayang-Nya kepada seluruh umat manusia. Allah SWT tidak menghendaki rasa putus-asa menyelimuti hati mahluk yang dicintai-Nya.
Wallahu’alam bi shawab.
Jakarta, 25/9/2007.
Vien AM.
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah…
Vien, tulisanmu bagus dan bermakna dalam.
Ini hanya sharing saja Vien, saya pernah dengar khutbah bahwa Islam itu terdiri atas 3 pilar yang menjadi satu kesatuan yang utuh (kaffah) yaitu : Tauhid, Syari’at dan Akhlaq.
Tauhid adalah pemahaman ruh untuk mengenal Allah, yang terdiri atas ilmul yaqin, ainul yaqin dan haqqul yaqin dan setiap manusia ada dalam rentang itu.
Syariat adalah pemahaman zahiriah untuk melaksanakan segala perintah NYA (dasarnya rukun Islam)
Akhlaq adalah buah dari Tauhid dan syariat yang terperangaikan dlm perilaku kita di wilayah hablumminnanas.
Konsistensi pengamalan dari ketiga pilar itu akan mewujudkan manusia seutuhnya yang tingkatannya disebut Muttaqin (Takwa). Barangkali ini rukun dan syarat bagi manusia yang ingin masuk surga.
Ayat yang Vivien sitir di tulisan di atas menggelitik pikiran saya.
“Sesungguhnya jikalau mereka ketika menganiaya dirinya datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah, dan Rasulpun memohonkan ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.”(QS(An-Nisa’(4):64).
Kata para ustadz berdoa itu harus langsung kepada Allah tidak boleh pakai perantara. Sedangkan ayat di atas, orang yg telah menganiaya diri itu harus datang kepada Rasul dan Rasul yang berdoa.
Terus kalau di jaman sekarang, misal saya telah menganiaya diri, saya harus datang ke siapa? Karena Rasul sudah lama berlindung. Apakah boleh saya datang ke Ulama, karena kata hadist Ulama adalah pewaris Nabi.
Yah itu hanya sharing dan diskusi saja, barangkali Vivien punya jawabannya.
Ok, Vien sukses atas terbitnya blog.
Semoga bisa jadi media dakwah yang efektif
Salam
Wahyu
Asswrwb.
(Wahyu sorry, sebenarnya saya sdh jawab hari itu juga, Jumat,23/1/08, tapi berhubung masih gaptek :-), maklum masih baru di wordpress jadi saya salah kirim alamat.Beikut saya forward lagi ya.. )
Makasih atas doa dan dukungannya..
Benar sekali mengenai 3 pilar yang Wahyu sebutkan.
Sebagai seorang mukmin sebaiknya kita memang harus masuk kedalam Islam secara kaffah ( Al-Baqarah ayat 208). Itu sebabnya saya menyitir ayat 64 surat An-Nisa, karena semasa hidup Rasulullah ada orang yang enggan menuruti nasehat Rasulullah. Dalam tafsir Ibnu Katsir disebutkan bahwa orang yang seperti itu dimasukkan kedalam golongan orang yang tidak kaffah.
Saya senang Wahyu sudi memberi kepercayaan kepada saya untuk mencoba mendiskusikan keraguan Wahyu. Kebetulan saya termasuk yang rajin dan haus belajar ajaran Islam. Sekedar info, saat ini saya terdaftar sebagai mahasiswi semester 4 jurusan Penyiaran Islam di Al-Hikmah, sebuah sekolah tinggi agama Islam di jln. Bangka-Mampang ( jangan ketawa ya..nenek-nenek masih kuliah haha ). Kalau punya waktu ikut aja, khusus akhwan senin,rabu, jumat jam 16.30-20.00. Banyak ilmu yang dapat kita timba di tempat tersebut..dan pasti bermanfaat.
Begini, saya coba jawab pertanyaan Wahyu ya..
Syafaat hanya diberikan khusus kepada Rasulullah. Karena beliau telah wafat otomatis syafaat tdak ada lagi. Namun ada ulama yang berpendapat, syafaat masih bisa diterima dengan banyak bershalawat bagi Rasulullah…Tentu saja shalawat saja tidak cukup namun harus dibarengi taubatan nasuha, yaitu berjanji tidak lagi mengulangi kesalahan, perbanyak amal sunah, seperti puasa, sedekah dll…Insya Allah dosa kita akan diampuni,amin. Ulama memang pewaris nabi dalam hal meneruskan dakwah namun tidak dalam hal pemberian syafaat.Hati2 lho, ini yang terjadi pada ajaran Nasrani…pengampunan dosa melalui pastur2 nya. Islam melarang perbuatan tersebut.
Mudah-mudahan jawaban saya tidak salah dan dapat memuaskan Wahyu…
Sekali terima kasih atas doa dan dukungannya…
Wass.
Salam buat keluarga.
Visit MyBlog : vienmuhadi.wordpress.com