Minggu, 25/5/2008 sekitar pukul 07.00 waktu Jeddah, pesawat dengan no penerbangan RJ 701 jurusan Amman dari Jeddah, Arab Saudi itu lepas landas. Setelah mengudara kurang lebih 2 jam lamanya, maka pesawatpun mendarat di lapangan terbang Queen Alia di Amman, Yordania. Dengan menggunakan bus resmi milik pemerintah Yordania yang dikemudikan oleh seorang sopir berseragam militer Yordania ( ?celana dan kemeja biru + pangkat di bahu) perjalanan langsung berlanjut. Bus melaju pasti menuju Yerusalem, yang diaku oleh Israel.
Setelah lolos dari pemeriksaan rutin di perbatasan oleh pihak pemerintah Yordania, bus terus berjalan mendekati ‘check point’ di Allenby Bridge. Menjelang memasuki daerah ini, kedua orang guide, baik guide lokal berkebangsaan Palestina maupun guide dari Travel tanah air, kembali mengingatkan untuk tidak memotret dan merekam daerah tersebut. Dari kejauhan terlihat banyak sekali gardu-gardu pos penjagaan bertiang tinggi lengkap dengan kamera pengintai dan senapan panjangnya. Dengan rasa was-was kami terus berdoa memohon kemudahan kepada Allah swt, semoga kami lolos dari pemeriksaan.
Bus berhenti sejenak di sebuah pos penjagaan. Dari balik pos tersebut tampak seraut wajah lumayan cantik namun dingin tak ber-ekspresi. Setelah mengajukan beberapa pertanyaan terhadap pengemudi bus, bus berjalan kembali. Tak lama kemudian, kami tiba di tempat pemeriksaan. Terlihat beberapa orang sipil berkaca-mata gelap dengan menenteng senapan dan pistol di pinggang berjalan mondar-mandir. Di depan tempat tersebut digantungkan spanduk berukuran raksasa, mengumumkan sebuah nama Islami yang di’wanted’!
Kami semua harus turun dari bus, tak terkecuali semua barang bawaan termasuk air zam-zam!( kami melakukan perjalanan ini memang setelah ibadah umrah ). Dengan super teliti kami diperiksa satu persatu ( oleh petugas yang hampir kesemuanya perempuan yang memasang wajah angker !). Selanjutnya kami memasuki babak pemeriksaan surat-surat keimigrasian. Disini kami di uji kesabaran dalam menanti giliran pemeriksaan. Sebelumnya kami telah diingatkan, bahwa beberapa kemungkinan bisa terjadi. Pemeriksaan 1 jam, 2 jam, 3 jam atau lebih dan yang terparah bisa saja ditolak masuk!
Alhamdulillah, dengan pertolongan Allah ternyata kami hanya menghabiskan waktu 3 jam ditempat tersebut. Rupanya hanya orang-orang muda dan mereka yang mempunyai nama berbau Islam sajalah yang dihambat, mereka dianggap bermasalah. Mereka ini bolak balik di interogasi dengan berbagai pertanyaan. Tampaknya mereka ingin memastikan bahwa anak-anak muda tersebut tidak memiliki hubungan apapun dengan orang-orang yang mereka aggap teroris. Yaah begitulah bila orang suka menzalimi orang lain, bawaannya curiga teruus… dan akhirnya jadi Paranoid…
Setelah makan siang/sore di Jericho, sekitar pukul 4 kami memasuki Yerusalem Timur. Yerusalem adalah sebuah kota yang terletak di atas bukit Zaitun. Dan Masya Allah, dari kejauhan tampak jelas areal Haram as-Syarif yang selama ini hanya kami lihat fotonya saja. Dome Of the Rock / Qubbah As-Sakrah dengan kubah emasnya dan Masjid Al- Aqsho’ yang berkubah kebiruan disebelah kirinya. Kawasan ini di kelilingi tembok kuno tinggi dan terletak lebih tinggi dari bangunan-bangunan lain di sekitarnya. Kawasan ini sekaligus menjadi pemisah antara Yerusalem Barat dan Yerusalem Timur.
Perhatikan perbedaan antara Qubbah As-Sakrah dan Al- Aqsho’ karena saat ini sebagian besar Muslim tidak mengetahuinya dengan pasti.
(Click: http://www.youtube.com/watch?v=_mQ6kYEfiXA&feature=player_embedded ).
Sebelum tahun 1967, yaitu pada peristiwa perang 6 hari / The Six Day War, sebelah barat dikuasai Israel dan sebelah timur dibawah otoritas Yordania. Sekarang secara illegal keduanya berada dibawah Israel karena berdasarkan sebuah resolusi internasional Israel seharusnya mundur dari daerah yang dijajahnya pada tahun 1967 tersebut. Ironisnya , dikabarkan bahwa pada tahun 1980 pemerintahan tersebut secara sepihak malah mengumumkan bahwa Yerusalem secara keseluruhan adalah ibu kota Israel ! Padahal rakyat Palestina sejak lama mendambakan Yerusalem Timur ini sebagai ibu kota wilayah mereka.
Kami baru memasuki kawasan Haram As-Syarif setelah ziarah ke makam Salman Al-Farisi, seorang sahabat yang banyak memberikan andil dalam sejarah Islam. Makam tersebut memang terletak tak begitu jauh dari kawasan Haram As-Syarif. Namun tampaknya, ada suatu hikmah yang ingin disampaikan sang guide. Salman Al-Farisi adalah orang Parsi (sekarang Irak, Iran dan sekitarnya). Sebagaimana penduduk daerah tersebut, mulanya Salman adalah seorang penganut Majusi, penyembah api. Melalui perjalanan panjang mencari sebuah kebenaran, akhirnya ia memeluk Islam.
Darinya Rasulullah menerima usulan dibangunnya parit pertahanan Madinah ketika orang-orang Quraisy yang bersekongkol dengan Yahudi Madinah serta beberapa suku lainnya berniat menyerang Madinah. (Itu sebabnya selain disebut Perang Ahzab (perang gabungan) perang ini dinamakan juga Perang Parit). Ketika itu banyak sahabat yang mempertanyakan kebijakan Rasulullah dalam menerima usulan yang dianggap datang dari orang asing (Parsi). Namun dengan bijaksana, Rasulullah menerangkan bahwa sesama Muslim adalah bersaudara. Masing-masing tidak boleh merasa lebih dan berbeda. Inilah rupanya perasaan dan semangat yang ingin ditularkan sang guide, Mr Karim, ketika kami memasuki kawasan Al-Aqsho’ nanti.
Maka sekitar pukul 5 sore, akhirnya kamipun memasuki kawasan ini. Kami masuk melalui satu-satunya pintu gerbang (dari 8 pintu yang dimiliki) yang dibuka untuk umum, yaitu The Lion’s Gate/St Stephen Gate. Itupun setelah melalui penjagaan ketat polisi Israel! Kami melaksanakan shalat tahiyatul masjid, lalu shalat Zuhur dan Ashar yang di jama’, di Qubbah As-Sakrah. Inilah kiblat pertama umat Islam sebelum Ka’bah di Makkah ditentukan sebagai kiblat seluruh umat Islam.
Tak tampak adanya jemaah ataupun pengunjung lain selain kami di dalam masjid ini. Disana kami melihat dengan mata kepala sendiri batu As-Sakrah, batu terapung di bawah kubah Emas yang diyakini sebagai tempat Mi’rajnya Rasulullah saw ke Sidratul Muntaha di langit. Dibawah batu tersebut terdapat sebuah tempat mirip gua yang tak seberapa luas. Dikabarkan didalam gua inilah Rasulullah beserta para nabi melaksanakan shalat sebelum Mi’raj. Didalam gua kami menjumpai sejumlah gadis remaja Palestina sedang belajar mengaji. Batu raksasa tersebut sebenarnya menyembul hingga ke lantai di atasnya, tepat di bawah kubah masjid. Sayang ketika itu sedang ada renovasi.
Setelah itu, kami menuju Masjdil Al-Aqsho’. Masjid ini terletak di sebelah selatan As-Sakrah di dalam pelataran yang sama, jaraknya lebih kurang hanya sekitar 30 meter. Diantara keduanya terdapat pelataran dan taman dengan sebuah gapura serta kolam untuk berwudhu dengan kursi-kursi kecil terbuat dari batu. Masjid ini terlihat lebih terawat dari pada Qubbah As-Sakrah.
Kami melaksanakan shalat Magrib pada awal waktu secara berjamaah bersama imam masjid dan Muslim Palestina. Jumlah mereka cukup banyak demikian pula Muslimahnya. Dikabarkan pada setiap shalat jumat, Masjid ini dipenuhi oleh Muslimin hingga seluruh pelatarannya, sementara kaum Muslimah turut berjamaah di Qubbah As-Sakrah. Namun pada waktu-waktu tertentu, acapkali pihak otoritas Israel melarang warga Palestina yang berusia diantara 17-40 tahun untuk memasuki kedua masjid! Padahal rumah mereka hanya dibatasi tembok saja ….
Di malam hari, udara di pelataran yang dihiasi dengan lampu-lampu taman ini sangat sejuk. Tak tampak bahwa kota ini menyimpan berbagai permasalahan dan kekerasan. Begitu pula ketika pada pagi dan siang harinya kami pergi menuju Bethlehem, tidak terlihat adanya tanda-tanda tersebut. Rumah-rumah tertata apik dan asri dengan jalan-jalan besar beraspal mulus nan bersih. Mobil-mobil sedan mewah berbagai merk dari Jepang berseliweran. Yang mencolok mata, hanya adanya bendera-bendera Israel yang kelihatannya secara provokatif dipajang di hampir semua rumah sepanjang jalan yang dilalui. Rumah-rumah indah bertembok putih itu memang telah lama berganti penghuni. Mereka adalah para Yahudi penyerobot rumah si empunya tanah!
Sementara sebagian besar pemilik tanah, yaitu orang Palestina, terutama Muslim Palestina tinggal di lorong-lorong sempit di dalam tembok Yerusalem Timur. Bahkan yang menempati kamp-kamp pengungsi diluar tembok dikabarkan lebih menyedihkan lagi keadaannya… Bahkan untuk melaksanakan shalatpun mereka terpaksa melakukannya di jalanan.
Wilayah yang direbut Israel pada perang 6 hari di tahun1967 adalah kawasan Tepi Barat / West Bank yang berbatasan langsung dengan Yerusalem barat. Wilayah ini terdiri dari 28 kota dan perkampungan Palestina, diantaranya adalah Yerusalem Timur, Bethlehem, Yericho, Hebron dan Ramalah. Pemerintah Israel secara mencolok membangun banyak sekali checkpoint. Setiap kali melewati checkpoint, pihak militer Yahudi melakukan pemeriksaan terhadap semua orang terutama rakyat Palestina. Saat ini sekitar 250.000 rakyat Palestina tinggal di Yerusalem Timur. Mereka ini dikenai pajak dan dianggap sebagai penduduk walaupun mereka bukan warga negara Israel. Pemerintah Israel memperlakukan mereka dengan sangat berbeda. Air dan pasokan listrik yang merupakan kebutuhan utama sangat minim dan dibatasi pula.Walaupun tempat tinggal mereka sebenarnya berdekatan namun mereka sama sekali tidak bersentuhan.
Sejak tahun 2003 pemerintah Israel mulai membangun sejumlah tembok yang memisahkan pemukiman Palestina dari pemukiman Yahudi. ( click here : http://www.bethlehemassoc.org/sub_pages/TheWallinBethlehem.htm). Walaupun Mahkamah Internasional telah mengeluarkan perintah untuk menghentikan proyek yang dinilai melanggar HAM, Israel tetap meneruskannya dengan dalih bahwa tembok didirikan untuk melindungi warga Yahudi dari serangan bom bunuh diri warga Palestina. Namun sejatinya tembok-tembok tersebut telah memblokir penduduk Palestina dari kegiatan di dalam kota! Ini adalah salah satu cara Israel memperluas tanah jajahan mereka.
Dengan adanya pembatas ini, rakyat Palestina tidak dapat melaksanakan kegiatan sosial sehari-hari mereka dan pada akhirnya ekonomi merekapun berantakan. Untuk pergi bekerja, berusaha, bersekolah bahkan untuk berobatpun rakyat Palestina harus memutar puluhan km jauhnya. Saat ini tembok raksasa sepanjang hampir 400 km dari rencana 650 km telah berdiri tegak memisahkan Yerusalem Timur, dimana Masjid Al-Aqsho’ dan Masjid As-Saqroh berada didalamnya, dari Tepi Barat. Inilah cara Israel mencaplok Yerusalem Timur, areal Haram Asy-Syarif khususnya, yang memang menjadi target utamanya. Kepercayaan Yahudi mengatakan bahwa berdirinya kembali Bait Allah diatas areal ini akan mempercepat datangnya Sang Messiah, Al-Dajjal!
Banyak cara yang digunakan Israel untuk mengusir rakyat Palestina dari negrinya sendiri baik secara halus maupun kasar dengan secara sistimatis pula. Karim, guide kami, sebagai penduduk Bethlehem menceritakan bahwa keluarganya sejak puluhan tahun tidak mendapatkan hak meninggalkan kota mereka. Apalagi saat ini, setelah otorita Israel membangun tembok sepanjang 8 km mengelilingi Bethlehem, mereka makin terkurung di dalam kota. Hanya orang-orang berprofesi seperti dirinya, yaitu guide, yang masih mendapatkan kesempatan keluar kota. Itupun dengan izin otoritas Israel yang harus diperbarui setiap 3 bulan ! Bayangkan , bagaimana mereka harus mencukupi kebutuhan hidup mereka?
Otoritas Israel juga memberlakukan peraturan bahwa turis dilarang bermalam di Yerusalem Timur maupun Bethlehem. Dengan cara tersebut kedua kota ini tidak mendapatkan keuntungan dari kunjungan turis. Padahal jumlah turis di kota yang menjadi tempat suci ke tiga agama besar di dunia tersebut tidak terhitung banyaknya. Itu sebabnya kami hanya dapat mengunjungi Masjid Al Aqsho’ dan shalat didalamnya sekali saja. Padahal jauh-jauh kami datang karena shalat didalam masjid tersuci ketiga ini balasannya 500 kali lebih besar dari shalat di masjid lain! Yaah,nasib…. itu semua gara-gara Yerusalem tidak berada dibawah kekuasaan Muslim..
“Sholat di Masjidil Haram lebih utama seratus ribu kali lipat daripada sholat di masjid-masjid lainnya. Sholat di Masjid Nabawi lebih utama seribu kali lipat. Dan sholat di Masjidil Aqsa lebih utama lima ratus kali lipat.” (HR Ahmad dari Abu Darda).
Catatan penting:
Selama dalam perjalanan kami dapati ratusan bahkan mungkin ribuan pohon yang kelihatannya baru ditanam. Anehnya pohon-pohon tersebut dari jenis yang sama. Mengapa hanya satu jenis , pikir saya dalam hati. Pohon apakah itu? Jangan2 ….
” Tidak akan datang hari kiamat sehingga kaum muslimin memerangi kaum Yahudi dan membunuh mereka, sehingga bersembunyilah orang-orang Yahudi di belakang batu atau pohon, kemudian batu dan pohon itu berkata:” Wahai Muslim , wahai hamba Allah, ini orang yahudi di belakangku, kemarilah dan bunuhlah dia”, kecuali pohon gharqad, karena sesungguhnya pohon itu adalah pohon Yahudi “. (HR. Bukhari dan Muslim)
Ya Allah, semoga mereka salah tanam…. semoga itu bukan pohon Gharqad yang dimaksudkan-Nya…
Untuk itu secara serius mereka memasarkan penjualan pohon-pohon tersebut ke seluruh pelosok dunia melalui web berikut : http://www.treesfortheholyland.com/order/ dan memberikan sertifikat sebagai tanda terima-kasih mereka ! Hebat bukan ….
Kabar terakhir:
( 22/11/2009) Israel, tanpa peduli terhadap reaksi negatif dunia, mulai membangun 3000 bangunan tempat tinggal warga Yahudi di Yerusalem Timur. Dan demi tercapainya ambisi besar mereka untuk membangun kembali Bait Yahudi yang pernah ada ribuan tahun silam, kini sebuah terowongan telah berdiri di bawah kawasan Haram Asy-Syarif. Terowongan ini jelas sangat beresiko merusak fondasi bangunan diatasnya.
( Click here :
https://www.youtube.com/watch?v=hmb8PGgbx8g
http://www.metacafe.com/watch/411371/in_search_of_tunnels_under_the_dome_of_the_rock/
(4/3/2014)
– Pemerintah Israel mengusulkan secara resmi agar orang Yahudi diizinkan memasuki Al-Aqsho 3.5 jam/hari, dengan dijaga polisi Israel .
– Uni Eropa meski tidak secara resmi, mulai berpikir bahwa Israel selayaknya di boikot secara ekonomi karena pada dasarnya kedudukan mereka di tanah Palestina adalah illegal! Yaah, semoga saja bukan gertak sambal belaka …
– Pemerintah Israel mengatur seberapa keras azan di seluruh pelosok masjid di Yerusalem boleh berkumandang, dengan alasan agar tidak mengganggu ketenangan warga Yahudi yang belakangan makin memenuhi kota, mendesak pemukiman warga Palestina yang telah ribuan tahun menetap di kota tersebut.
Jakarta, 19/6/2008.
Vien AM.
Subhanallah …… perjalanan yg insya allah membawa sejuta experiences yg dapat di bagi pada semua muslim.
Ingin rasanya suatu hari saya juga bisa berkunjung ke Al Aqsa …
Insya Allah, semoga dalam keadaan aman pula,amin..
saya suka dengan artikel ini bagian :
Selama dalam perjalanan kami dapati ratusan bahkan mungkin ribuan pohon yang kelihatannya baru ditanam. Anehnya pohon-pohon tersebut dari jenis yang sama. Mengapa hanya satu jenis , pikir saya dalam hati. Pohon apakah itu? Jangan2 ….
” Tidak akan datang hari kiamat sehingga kaum muslimin memerangi kaum Yahudi dan membunuh mereka, sehingga bersembunyilah orang-orang Yahudi di belakang batu atau pohon, kemudian batu dan pohon itu berkata:” Wahai Muslim , wahai hamba Allah, ini orang yahudi di belakangku, kemarilah dan bunuhlah dia”, kecuali pohon gharqad, karena sesungguhnya pohon itu adalah pohon Yahudi “. (HR. Bukhari dan Muslim)
komentar saya :
menunjukkah bahwa sebenarnya yahudi mengakui kebenaran ajaran agama yg dibawa Rasulullah Shalallahu Alaihi Wa sallam (Islam yang haq), tetapi dgn egonya yahudi menutup mata, telinga bahkan hatinya.
sesungguhnya Allah telah menurunkan rasa ketakutan yg amat sangat pada yahudi…
Betul sekali … saya juga yakin bahwa orang Yahudi sebenarnya memang mengakui kebenaran Islam namun kesombongan menghalanginya.. persis prilaku Iblis yang “GR” merasa lebih baik dan mulia dari Adam as .. Astaghfirullah .. semoga kita diberi kemampuan untuk mengambil hikmah suatu peristiwa …
Syukron komennnya ya ..
Jazakillah khoir ..
Subhanallah mba Vien bisa ziarah ke negeri para nabi..