Berbicara mengenai perempuan selalu mengundang banyak perhatian. Tidak dapat dipungkiri, mahluk yang satu ini memang sungguh menarik. Bila perempuan adalah perhiasan maka berlian adalah perumpamaan yang paling tepat baginya. Rasanya tak satupun jenis perhiasan yang dapat mengalahkan ketinggian nilai batu mulia ini.
Itu sebabnya tidak pernah ada cerita berlian di perjual-belikan sembarangan, di pinggir jalan. Toko berlian dapat dipastikan pasti berada di kawasan mewah dan dijaga satpam pula. Tidak cuma itu, berlian-berlian tersebut bahkan ditempatkan di dalam kaca yang terkunci ! Bila ada berlian yang dijual, diobral dan boleh di bolak balik oleh sembarangan calon pembeli, berlian tersebut patut dicurigai sebagai berlian palsu.
Begitulah perumpamaan perempuan. Ia harus dijaga, dilindungi dan dirawat dengan hati-hati. Ia terlalu berharga dan mulia untuk dibiarkan terbuka, tercecer apalagi disentuh dan dicolek tangan-tangan jahil lelaki hidung belang yang bukan menjadi haknya.
“Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mu’min: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS.Al-Ahzab(33):59).
Perempuan, pada umumnya, baik fisik maupun hatinya adalah lemah lembut. Oleh itu, maka Sang Khalik menjadikan lelaki sebagai pelindung, pengayom sekaligus pendidiknya. Lelaki itu adalah lelaki yang secara resmi menjadi suami, ayah anak-anaknya, yang menyayangi, mencintai dan menanggung segala kebutuhannya, baik materi maupun spiritualnya.
“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum perempuan, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka perempuan yang shaleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka …”(QS.An-Nisa’(4):34).
Sebaliknya, dibalik kelembutan seorang perempuan, sebenarnya tersimpan ketegaran yang jauh melebihi kaum lelaki. Gabungan sifat unik inilah yang menjadikan kaum perempuan sangat pas memegang peran sebagai ibu. Menstruasi, hamil, melahirkan dan menyusui anak adalah tugas khas perempuan yang tidak mungkin dapat digantikan kaum lelaki.
“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, .. “.(QS.Al-Ahqaf(46):15).
“Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu ia berkata, “Datang seseorang kpd Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, kpd siapakah aku hrs berbakti pertama kali ?’ Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Ibumu!’ Orang tersebut kembali bertanya, ‘Kemudian siapa lagi ?’ Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Ibumu!’ Ia berta lagi, ‘Kemudian siapa lagi?’ Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Ibumu!’, Orang tersebut berta kembali, ‘Kemudian siapa lagi, ‘Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Bapakmu’ “[Hadits Riwayat Bukhari (AL-Ftah 10/401) No. 5971, Muslim 2548]
Itulah hukum dan aturan Sang Khalik, Allah Azza wa Jalla yang ditujukan untuk kaum perempuan yang begitu disayangi-Nya. Sungguh beruntung bukan kaum perempuan ? Subhanallah ..
Sayangnya, dalam kenyataannya, yang terjadi seringkali adalah yang sebaliknya. Perempuan menjadi bulan-bulanan kaum lelaki yang tidak bertanggung-jawab. Perempuan berkeliaran tanpa menutup auratnya dengan baik. Sementara Barat dengan ringannya mengatakan Islam telah memasung kebebasan perempuan !
Padahal, bila kaum perempuan Muslim mencapai titik terendahnya hanya ‘baru’ beberapa puluh tahun belakangan ini maka perempuan Barat telah menerima perlakuan buruk sejak ribuan tahun lalu! Tanpa mereka sendiri menyadarinya.
Perempuan, khususnya di semenanjung Arabia, terangkat dari keterpurukannya sejak tahun 600-an, yaitu dengan datangnya Islam. Perempuan di tanah tersebut sebelum lahirnya Islam adalah aib. Kehadiran perempuan dianggap hanya menjadi pemicu berbagai masalah. Itu sebabnya bayi-bayi perempuan sering dikubur hidup-hidup begitu mereka dilahirkan.
“ dan apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup, ditanya, karena dosa apa ia dibunuh ?“.(QS.At-Takwir(81):8-9).
Pada zaman dahulu, para lelaki hampir di seluruh pelosok dunia terbiasa hidup berpoligami, tanpa batas. Apalagi di kalangan kerajaan. Adalah hal biasa bahwa para raja dan penguasa memiliki istri yang sangat banyak, Bahkan seringkali tanpa ikatan perkawinan!
Para raja biasa menempatkan istri pertama sebagai permaisuri sedangkan istri-istri yang lain adalah selir. Kedudukan dan hak antara permaisuri dan selir jelas tidak sama. Demikian pula anak-anak mereka.
Inilah yang kemudian diatur ketika Islam datang. Boleh berpoligami asal tidak lebih dari 4 serta mampu memenuhi persyaratannya. Diantaranya adalah berbuat adil, baik kepada para istri maupun anak-anaknya. Tidak ada istilah permaisuri dan selir. Semua memiliki hak dan kedudukan yang sama.
Sebaliknya dengan Barat. Gereja masa lalu, lama beranggapan bahwa perempuan adalah mahluk jahat yang keberadaannya sangat membahayakan. Perempuan adalah penggoda iman. Perempuan adalah ahli sihir. Itu sebabnya pada masa lalu, banyak perempuan yang harus mati di atas tiang kayu bakar.
Lalu bagaimana dengan citra perempuan Barat saat ini? Alhamdulillah, saya mendapat kesempatan untuk mengunjungi sejumlah gereja di beberapa negri Eropa. Bahkan beberapa waktu lalu, saya juga mendapat kesempatan mengunjungi gedung walikota Paris dan melihat bagian dalam beberapa ruang pertemuannya.
Naúdzubillah min dzalik. Saya rasa itulah kata yang paling tepat untuk mengomentari apa yang saya saksikan. Persamaan mencolok pemandangan dalam gereja dan gedung walikota adalah gambar-gambar dan patung-patung perempuan setengah telanjang!
Sungguh ironis. Rumah ibadah, tempat suci dimana umat beragama berusaha mensucikan diri demi ‘bertemu’Tuhannya, koq malah dikotori gambar-gambar dan patung perempuan telanjang, apapun dalih dan alasannya. Bahkan tidak sedikit juga lukisan dan patung tersebut benar-benar terlihat tidak senonoh !
Begitu juga gedung wali kota, dimana duduk para pimpinan terhormat sebuah negara/kota yang bertugas memutuskan berbagai masalah penting pemerintahan. Ternyata dinding-dinding dan bahkan langit-langitnyapun dipenuhi lukisan perempuan setengah bugil. “Ini gedung pemerintahan atau tempat hiburan atau bahkan pelacuran”, pikir saya, bingung.
Saya hanya bisa ‘bengong’ mendengar jawaban : “Kenapa tidak .. itu adalah gabungan keindahan antara perempuan dan suasana musim panas”. Begitulah jawaban yang saya terima ketika saya melontarkan keheranan saya atas salah satu lukisan raksasa yang melukiskan danau dengan perempuan-perempuan yang sedang mandi di dalamnya.
Kalau lukisan dipajang di museum, mungkin masih bisa saya maklukmi. Ini di depan pintu masuk ruangan pertemuan gedung pemerintahan ! Yang lebih mengherankan lagi, jawaban itu dikeluarkan oleh seorang perempuan paruh baya pula. Olala .. L
Pikiran saya langsung melayang ke seorang pejabat tinggi negri pimpinan Sarkozy ini. Lelaki berkeluarga yang sudah tidak muda ini, kalau tidak mau dibilang ‘sepuh’ terjegal kasus pelecehan seksual di puncak karirnya. Ia dilaporkan seorang pelayan hotel dimana ia menginap bahwa ia telah memperkosanya. Selanjutnya ia bahkan diberitakan sering melakukan tindakan pelecehan terhadap pegawai-pegawai perempuan di kantornya. “Pantaaaass”, batin saya lagi.
Ironisnya lagi, nilai-nilai Barat yang sering dianggap atau menganggap diri maju itu, saat ini justru ditiru dan didewakan negri-negri Muslim. Mengapa masyarakat Muslim dewasa ini begitu tidak percaya diri ya ?? Tidakkah kita menyadari bahwa sebagian perempuan Barat belakangan ini justru sudah mulai muak dan mencoba melirik Islam?
Wallahu’alam bish shawwab.
Paris, 5 Juli 2010.
Vien AM.
Leave a Reply