Feeds:
Posts
Comments

Archive for September 20th, 2011

( sambungan)

Menurut beberapa sumber, sejak Juni lalu, kelompok Ekstrim Kanan Perancis terus melakukan aksi provokasi. Mereka mengorganisir pelemparan “saus dan anggur” di dekat masjid ketika saat shalat Jum’at berlangsung. Ironisnya, kejadian ini seolah dibiarkan oleh aparat.

Marine Le Pen, politisi Marseilles dari Front Nasional bahkan terang-terangan menuduh  perkembangan Islam di negrinya sebagai  “pendudukan (umat Islam)  atas Perancis tanpa tanks dan tentara” (“occupation without tanks or soldiers”).

Tidak seimbangnya antara jumlah masjid dan umatnya memang tidak hanya terjadi di ibu kota Perancis, namun juga di kota-kota besar lain, seperti Marseilles dan Nice. Di kedua kota  besar ini, jumlah Muslimin yang shalat Jumat di jalanan juga terlihat membludak. Harap maklum, 25 persen penduduk Marseilles adalah Muslim.

Yang lebih mengejutkan lagi, di dasari rasa penasaran yang tinggi, saya menemukan videoyoutube tentang fenomena yang sama dengan apa yang terjadi di Perancis. Tidak tanggung-tanggung, ini terjadi di Moskow, Rusia, sebuah negara komunis terbesar di dunia. Sungguh tak dinyana, kota yang selama ini tak sedikitpun terlintas dalam pikiran bahwa Muslim bisa berkembang di tempat ini, ternyata telah dipadati oleh 20 juta Muslim ! Sebagian besar berada di Rusia selatan, yaitu di Kaukasus dan Volga.

Moskow yang memiliki 3 masjid cukup megah, meski hanya berkapasitas 1000 jamaah, tak ayal lagi setiap Jumat harus kelabakan menghadapi penduduknya yang terpaksa memadati sejumlah jalan raya demi menemui Tuhannya. Subhanallah …

http://www.youtube.com/watch?v=Aihmte1DWvA&feature=related

Merinding bulu kuduk ini menyaksikan video di atas. Allahuakbar .. Maha benar firman-Nya, Ia tidak tidur dan tidak sedikitpun lengah. Tidak ada yang dapat menyaingi apalagi mengalahkan-Nya. Tak satupun yang mampu menghalangi cahaya-Nya.

Moskow, ibu kota Negara komunis dengan polisi dan aparatnya yang dikenal garang, angkuh dan dingin ternyata tidak mampu menghalangi perkembangan Islam. Dari video tersebut, tampak jelas bahwa sejak tahun 2008, umat Islam telah mampu menjalankan tidak saja shalat Jumat tetapi juga shalat Ied Fitri dan Iedul Adha, tanpa halangan. Bahkan tahun ini 500.000 jamaah shalat Iedul Fitri memenuhi jalanan.

Ironisnya, sejumlah video terang-terangan menunjukkan bahwa perkembangan Islam yang demikian pesat adalah ancaman besar bagi barat. Paris, Roma, London, Moskow juga Amerika Serikat diserukan agar extra hati-hati menghadapi fenomena ini. Dengan lancang mereka bahkan menyerukan bila negara-negara Barat tidak segera menghentikan kebijakan mereka dengan terus membiarkan imigran membanjiri negri mereka  maka yang terjadi adalah bencana, Astaghfirullah ..

http://www.youtube.com/watch?v=Jg7yTT9bkhg

Video diatas memperlihatkan dengan jelas bahwa pemeluk Islam Moskow bukan hanya imigran. Malah sebagian besar kelihatannya warga kulit putih.

“ Dan (juga) agar hati kecil orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat cenderung kepada bisikan itu, mereka merasa senang kepadanya dan supaya mereka mengerjakan apa yang mereka (syaitan) kerjakan”.(QS.Al-An’am(6):113).

“ …  Sebenarnya orang-orang kafir itu dijadikan (oleh syaitan) memandang baik tipu daya mereka dan dihalanginya dari jalan (yang benar). Dan barangsiapa yang disesatkan Allah, maka baginya tak ada seorangpun yang akan memberi petunjuk”.(QS.Al-Qur’an(13):33)

Rasanya kedua ayat di atas tepat sekali untuk menggambarkan keadaan sebagian besar orang barat saat ini. Karena mereka tidak mempercayai hari akhirat maka  bisikan syaitanpun masuk dengan mudah ke dalam dada mereka. Mereka mengira bahwa apa yang ada dalam pikiran mereka, ilmu dan akal mereka adalah yang benar.

Sungguh ironis, mereka merasa diri paling pintar, maju, demokrasi dll. Namun nyatanya akal mereka tidak sampai kepada yang ghaib. Bagi mereka segala yang ghaib itu adalah mustahil. Harus ada bukti empiris.

Padahal mereka menyadari bahwa alam semesta ini sungguh luas bahkan tak berbatas. Baru bumi dan bulannya plus beberapa planet saja yang berhasil mereka ketahui. Itupun tidak seluruh isi bumi, bukan? Merekapun mengakui bahwa bilangan itu tak terhingga. Ini terbukti dengan diciptakannya lambang angka tak terhingga.

Namun tetap saja mereka bersikukuh bahwa mereka mengetahui segalanya. Kebenaran adalah miliknya. Kebenaran siapa yang dimaksudnya benar ? Bukankah menyuruh mata sendiri berhenti berkedip saja kita tidak mampu?? Siapa sebenarnya pemilik diri, tanah yang kita tempati, bumi, langit dan alam semesta ini?

Siapa yang menghidupkan dan mematikan manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan ? Yang mengatur hujan, siklus matahari dan bulan? Darimana datangnya perasaan cinta, senang, sedih, kecewa dll?

“ Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumisesudah mati (kering) -nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; Sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan”.(QS.Al-Baqarah(2):164).

Rata-rata orang Barat tidak percaya akan adanya Tuhan alias atheis. Mereka sebenarnya dapat merasakan adanya kekuatan lain yang tidak dapat mereka lawan. Namun mereka menyebutnya sebagai kekuatan alam, tidak lebih ! Tampaknya mereka tidak ingin pusing memikirkan hal-hal yang di luar kemampuannya.  Bagi mereka kematian adalah akhir segalanya. Itu sebabnya mereka tidak dapat mengerti mengapa orang harus beribadah, mengapa umat Islam harus shalat.

Yang mereka tahu, umat Islam itu mempunyai aturan dan hukum sendiri, yang berbeda dengan hukum mereka. Hukum yang menomor satukan Allah swt, sang Pencipta dan Rasul-Nya, bukan hukum orang barat maupun orang manapun. Inilah yang menjadi sumber ketakutan utama mereka.

“ Dan ta`atilah Allah dan Rasul, supaya kamu diberi rahmat”.(QS.Ali Imran(3) :132).

Sementara bagi pemeluk Nasrani, umat beragama terbesar barat, kekhawatiran mereka agak berbeda. Perlu diketahui, jumlah umat Nasrani yang mempraktekkan ajarannya dari hari ke hari makin menipis. Menurut surat kabar Katolik ‘La Croix’, 64 persen rakyat Perancis adalah Katolik. Namun berdasarakan polling yang mereka lakukan hanya 2.9 persen yang mempraktekkan ajaran. Sedangkan umat islam Perancis, 41 persen adalah pratiquant alias memprakekkan ajaran.

Begitu pula bila ditilik dari perkembangan tempat ibadahnya. Mohammed Moussaoui, Presiden Dewan Muslim Perancis, bulan lalu memperkirakan, saat ini ada 150 masjid baru yang sedang dibangun di seluruh negeri. Sebaliknya, 60 gereja telah secara resmi ditutup dan hanya 20 gereja baru dibangun selama dekade terakhir. Menurut La Croix, banyak bekas gereka yang ditutup itu sekarang menjadi masjid. Inilah yang menjadi sumber kekhawatiran dan ketakutan umat Nasrani.

Jadi, sungguh beralasan bila saat ini barat begitu ketakutan terhadap Islam. Berbagai cara mereka upayakan agar wajah Islam menjadi coreng-moreng. Mulai dari isu terorisme, jilbab dan burka yang dianggap melanggar kebebasan perempuan, masjid dan menaranya yang dianggap mengganggu ketentraman hingga yang terakhir shalat di jalanan adalah contohnya. Dengan dibungkus ‘laicite’ alias sekulerisme mereka berusaha melawan perkembangan agama yang diridhoi Sang Pencipta, Allah Azza wa Jalla. Itulah Islam, agama kedamaian. Tentu saja bila hati mereka bersih dan tidak buruk sangka.

“ Orang-orang kafir itu membuat tipu daya, dan Allah membalas tipu daya mereka itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya”.(QS. Ali Imran(5):54).

Maha benar Allah dengan segala firman-Nya.

Wallahu’alam bish shawwab.

Paris, 20 September 2011.

Vien AM.

Read Full Post »

Satu setengah tahun setelah pemerintah Perancis berhasil meng-gol-kan larangan pemakaian burqa dengan denda hingga 150 euro atau sekitar Rp1,8 juta bagi pelanggarnya, kini larangan baru bagi kaum Muslimin kembali muncul. Kali ini adalah shalat di jalanan. Aturan ini berlaku sejak Jumat, 16 September yang baru lalu.

Padahal kebijakan mengenai larangan burka yang terdahulupun telah memancing reaksi negatif sejumlah pengamat Barat. Diantaranya Laurent Booth. Saudara perempuan istri mantan perdana menteri Inggris, Tony Blair ini,  dalam wawancaranya dengan IRNA, menepis klaim para pejabat Perancis bahwa kaum perempuan yang mengenakan burka merupakan ancaman teror dan keamanan.

Dikatakannya, “Kaum perempuan berjilbab sebetulnya memang merupakan ancaman bagi negara-negara Barat. Namun ancamannya tidak dalam bentuk kekerasan seperti yang diklaim oleh para politisi Barat, melainkan karena busana Muslimah pada hakikatnya telah menyoal kebebasan kaum perempuan di Eropa dan Amerika.”

Adalah Claude Guéant. Menteri dalam negeri pimpinan Nicholas Sarkozy ini menilai bahwa perkembangan Islam yang terjadi di negrinya kini telah memasuki tahapan serius. Contohnya yaitu tadi, shalat di jalanan. Menurutnya perbuatan ini disamping mengganggu kenyamanan dan keamanan nasional juga dianggap sebagai isu sensitif yang menyakitkan hati. Karena keyakinan keberagamaan tidak untuk diperlihatkan kepada umum. Intinya, shalat di muka umum adalah bertentangan dengan prinsip laicite ( sekulerisme) yang dianut negri itu.

“Harus ada cara untuk menghentikan shalat berjamaah di jalanan, dan saya secara pribadi memprioritaskan penggunaan “kekuatan” dalam menjalankan ketentuan tersebut », tegas politikus yang dikenal anti Islam tersebut.

Padahal pada acara makan malam yang diselenggarakan sebuah institusi elit Yahudi yang dihadirinya pada bulan Juli lalu, ia menyatakan keinginannya agar hari besar Yahudi dicantumkan pada kalender nasional. Ia juga menginginkan agar pada hari itu tidak ada satupun ujian atau kegiatan belajar mengajar.

Sebaliknya, asal tahu saja, dengan alasan laicite pula, sejak dahulu tidak ada satupun hari besar Islam yang dicantumkan di kalender Perancis. Malah hari Jum’atpun, bagi sebagian besar sekolah adalah hari ujian.  Sebuah kebetulan ? Entahlah ..

” Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat pada hari Jum`at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui”. (QS.Al-Jumu’ah(62):9).

Berdasarkan pegamatan, pelaksanaan shalat berjamaah, terutama shalat Jumat di jalanan, sejak 10 tahun terakhir ini memang makin mencolok. Namun hal ini bukannya tanpa alasan yang jelas. Perkembangan jumlah Muslim di negri ini tampak jauh lebih pesat dari pembangunan masjid yang merupakan rumah ibadah agama ini.  Populasi Muslim Perancis saat ini dikabarkan telah mencapai hampir 6 juta jiwa.

Dalil Baobakeur, pengurus Masjid Agung Paris, memperkirakan Muslim Perancis membutuhkan 4.000 masjid baru. Sementara baru 2.200 masjid yang ada dan tengah dibangun di seluruh negeri. Bahkan masjid terbesar di Paris yang berkapasitas 2000 jamaah yang diurusnya itu, saat ini sudah tidak mampu lagi mengatasi membludaknya jamaah shalat Jumat. Akhirnya merekapun terpaksa melaksanakan kewajiban shalat seminggu sekali tersebut di jalanan sekitar masjid.

“Sayang, negara ini memisahkan agama dan negara. Artinya dana pemerintah tidak bisa digunakan untuk pembangunan rumah ibadah. Umat harus berusaha sendiri untuk membangun tempat ibadah mereka. Itupun tergantung izin lingkungan yang konon paling berat untuk dipenuhi,” paparnya.

Di sebuah kawasan padat Muslim di kota Paris dimana berdiri dua buah masjid kecil, terjadi kesepakatan antara aparat yang berwenang dengan pengurus masjid. Jamaah yang biasa shalat di jalanan sekitar masjid karena kedua masjid tidak mampu menampung jamaah, diizinkan memanfaatkan sebuah bangunan bekas pemadam kebakaran dan gudang tentara sebagai tempat shalat berjamaah. Bangunan seluas 2000 meter persegi ini diperkirakan mampu menampung 3000 hingga 4000 jamaah.

Sayangnya, bangunan tersebut terletak jauh dari lokasi masjid lama. Sementara kedua masjid sengaja ditutup selama 3 atau 4 minggu dengan tujuan agar jamaah terbiasa shalat di tempat baru. ( Berita terbaru, dari papan pengumuman, kami baru tahu, ternyata di lokasi masjid lama akan di bangun Pusat Kultur Islam, yang bakal dibiayai pemerintah. Dibiayai pemerintah karena bangunan yang bakal didirikan adalah bangunan kultural, tidak ada hubungan dengan agama, menurut mereka. Sementara ruang shalat dibiayai oleh pihak swasta. Bukan masalah .. insya Allah, pikir saya menyenangkan diri .. 🙂  ).

Berbagai reaksipun bermunculan, ada yang pro ada yang kontra. Yang merasa puas, mengatakan lebih baik shalat di tempat tertentu meski tidak memadai dari pada shalat di jalanan, dikejar-kejar  dan mengganggu umum. Sementara sebagian lain merasa “ pemerintah telah dengan semena-mena merebut hak dan kebebasan individu untuk menjalankan keyakinan seseorang”.

Tiba-tiba saya teringat kejadian tahun lalu yang menimpa anak perempuan saya. Ketika itu saya dan suami meminta wali kelas anak kami tersebut agar menyediakan tempat shalat untuk anak kami. Iapun menjawab akan menanyakan pihak yang berwenang. Esok paginya ia menjawab, ” Silahkan menggunakan ruangan saya saja”.

Namun belum sempat putri kami melaksanakan shalat, siangnya ia meralat sendiri jawabannya. Alasannya kalau ia mengizinkan putri kami shalat nanti yang lain juga menuntut. ” Shalat saja di halaman sekolah”, begitu jawabnya tanpa perasaan. Yaaah .. namun dari sini akhirnya kami jadi tahu ternyata ada murid Muslim lain disekolah tersebut.  Merekapun pasti terpaksa shalat secara sembunyi-sembunyi … 😦 ..

(bersambung)

Read Full Post »