Selasa, 12 Zulhijjah. Flue yang mulai menyerang saya ketika mabit di Muzdalifah makin terasa mengganggu. Untuk itu pagi ini kami berniat ke pondokan Aziziyah agar bisa sedikit beristirahat. Ikut bersama kami, Raga dan suami yang kemarin sama-sama batal MCK alias Mandi Cuci Kakus ke pondokan.
Namun setelah istirahat hingga siang hari di kamar pondokan yang relative jauh lebih nyaman daripada tenda Mina, ternyata kondisi kesehatan saya bukannya membaik sebaliknya malah memburuk. Padahal saya sudah menelan obat, baik obat yang diberikan dokter bimbingan maupun yang diberikan oleh suami Raga yang kebetulan seorang dokter.
Hal ini membuat hati saya ciut untuk kembali ke tenda Mina. Apalagi bila membayangkan kondisi Mina yang makin hari makin memprihatinkan. Sampah yang menumpuk dimana-mana dan mulai menyebarkan baunya yang tak sedap. Kamar mandi dan toilet yang juga makin kotor, maklum digunakan ratusan orang dan tampaknya selama 3 hari ini tidak pernah dibersihkan.
Saya berdua suami mulai berpikir untuk mengubah niat awal dari nafar tsani menjadi nafar awal. Kami mendapat info bahwa nafar awal, yaitu mabit di Mina dan melontar jumrah hingga tanggal 12 Zulhijjah, hanya diperbolehkan bagi jamaah yang memiliki halangan, sakit misalnya. Bila tidak ada halangan mabit hingga tanggal 13 adalah lebih utama. Namun kami juga mendengar bahwa hal ini masih menjadi perdebatan di kalangan ulama.
“Dan berzikirlah (dengan menyebut) Allah dalam beberapa hari yang berbilang. Barangsiapa yang ingin cepat berangkat (dari Mina) sesudah dua hari, maka tiada dosa baginya. Dan barangsiapa yang ingin menangguhkan (keberangkatannya dari dua hari itu), maka tidak ada dosa pula baginya bagi orang yang bertakwa. Dan bertakwalah kepada Allah, dan ketahuilah, bahwa kamu akan dikumpulkan kepada-Nya”.(QS.Al-Baqarah(2):203).
Yang jelas, pada haji yang kami lakukan 11 tahun lalu, kami mengambil nafar awal, padahal tidak ada halangan. Dan setahu kami inilah yang sering dilakukan sebagian besar bimbingan jamaah dari Indonesia.
Namun apapun keputusannya, kami tetap harus kembali ke Mina, karena hari ini kami belum melontar jumrah. Kami sengaja tidak melakukan jumrah pagi tadi sebelum ke pondokan karena afdolnya memang setelah Zuhur, hingga menjelang Magrib.
Kami juga mendapat kabar cukup menggembirakan, jamaah yang akan mengambil nafar awal akan diantar bus meninggalkan Mina menuju pondokan Aziziyah, beberapa saat sebelum Magrib. Karena bila setelah memasuki Magrib jamaah masih berada di Mina maka ia harus mengambil nafar tsani.
Segera setelah makan siang kami ber-empat-pun berkemas menuju jamarat. Seperti kemarin, kami harus melempar ke 3 jamarat, Ula, Wustho dan Aqabah. Menjelang memasuki terowongan terdapat sedikit perubahan. Jamaah yang menuju terowongan dan jamaah yang meninggalkan terowongan dipisahkan. “ Kenapa g dari kemarin ya .. begini kan lebih aman”, komentar suami saya.
Namun belum juga kami merespons komentarnya tiba-tiba kami melihat sejumlah kendaraan, dengan laju cepat, mendahului kami. Harap maklum, terowongan ini memang bukan terowongan khusus pejalan kaki. Terpaksa kami harus menyingkir dan berjalan super hati-hati.
Ini belum seberapa, karena sesampai di ujung terowongan, bus-bus dan kendaraan-kendaraan pribadi tersebut memblokir jalanan hingga menyulitkan pejalan kaki. Sejumlah petugas berusaha mengatur lalu lintas.
“ Lihat” , celetuk Raga menunjuk jeep mewah yang berhenti persis di depan kami, karena tidak bisa bergerak “ nyonya di depan itu pasti istri pejabat .. trus yang di belakang itu pembantunya”. Saya hanya manggut-manggut sambil berpikir, yang duduk dikursi belakang itu wajah Indonesia, pasti TKW. Bossnya orang kulit hitam, mungkin pejabat, kalau di lihat gayanya. Nasiiiib … orang kita jauh-jauh pergi ke luar negri cuma jadi pembantu, kapan bisa maju ya … menyedihkan sekaligus memalukan, bisik saya dalam hati.
“ Kenapa sih, udah tahu jalanan padat gini koq bisa-bisanya naik mobil .. nyusahin aja ..Pasti malu banget tuh, jadi tontonan orang banyak “, terdengar suara-suara berkomentar di belakang kami.
Saya jadi teringat. Ketika saya dan suami berhaji tahun 2000 lalu, di tengah-tengah keramaian menuju Jamarat, ada kendaraan pribadi lengkap dengan sirenenya datang. Katanya pejabat mau lewat … Orang-orang tentu saja mengomel karena merasa terzalimi … Usut punya usut, eh, ternyata sang pejabat itu tak lain tak bukan adalah mantan presiden kita yang waktu itu sedang menjabat yaitu Megawati ! Addduuuh, malunya … salaaaah lagi, 😦
Singkat cerita, selesai sudah kewajiban lontar jamarat hari ini, Alhamdulillah. Sekarang tinggal memastikan bahwa kami tidak ketinggalan bus. Kami segera bergegas pulang menuju tenda. Sepanjang perjalanan, mulai dari Jamarat hingga perkemahan, terlihat sampah luar biasa menumpuk. Saya merasakan suasana agak sepi. Ternyata sebagian besar jamaah sudah pergi meninggalkan perkemahan.
“ Waduh, jangan-jangan bus kita juga sudah berangkat nih”, saya berucap, benar-benar khawatir. Apalagi melihat langit sudah terlihat mulai gelap, tanda sebentar lagi Magrib.
Benar saja, ternyata bus sudah pergi, membawa separuh lebih teman-teman seperjuangan. Saya lihat kiri kanan tempat saya selama beberapa ini tidur, kosong. Sebagian jejeran matras yang biasanya memenuhi tenda sudah terlipat rapi.
« Ada pengumuman dari panitia. Katanya malam ini panitia tidak menyediakan konsumsi”, begitu seorang jamaah memberitahukan. Hah ?? Bingung saya dibuatnya. Katanya afdolnya malam ini masih mabit tapi mengapa sebagian besar jamaah sudah pulang dan panitia tidak menyediakan konsumsi pula bagi yang mabit. Selama di Mina ini pemerintah Arab Saudi sebagai tuan rumah menyediakan konsumsi, 3 x sehari, lengkap, ada buah, snack dan inuman kalengan. Semua gratis … Subhanaallah …
“ Sudah, tidak mengapa, tenang saja .. Nanti kita bisa beli makanan di luar. Kalau tidak, roti sisa sarapan tadi juga masih ada “, begitu hibur sesama jamaah. Ya sudahlah, saya tidak mau ribet, jalani saja. Tampaknya Allah azza wa jalla tidak meridhoi saya merubah niat awal dari nafar tsani menjadi nafar awal. Dialah yang mengetahui yang terbaik bagi hamba-Nya. Harapan saya mudah-mudahan malam ini saya bisa istirahat, tidur nyenyak dan besok bangun pagi flue saya sudah berkurang … amiiin ya robbal ‘alamin.
Malam itu kami makan seadanya. Suami saya yang malam itu keluar untuk mencari makan bersama Sa’id, suami Raga hanya berhasil membeli 2 bungkus nasi ayam. Maka Raga membagi nasi bungkus tersebut menjadi 2 bagian dengan saya. Demikian pula teman-teman yang lain. Suasana persaudaraan sungguh terasa malam itu. Setelah menelan obat flue, saya bersiap-siap tidur. Saat itulah tiba-tiba, datang panitia membagi-bagikan kotak makanan. Rupanya ada kesalahan informasi. Tapi saya sudah terlanjur tidak ingin makan dan tetap pergi tidur. Besok pagi kami akan melakukan lontar jumrah terakhir. Saya ingin dalam keadaan fit.
Sesuai rencana, ba’da subuh, dengan membawa semua barang ( sebenarnya hanya 1 tas kecil saja karena kami memang tidak membawa banyak bawaan, sesuai anjuran pembimbing) saya dan suami berangkat ke Jamarat untuk melontar jumrah. Jalanan sepanjang menuju Jamarat terlihat betul-betul lengang begitu pula di Jamarat karena sebagian jamaah sudah meninggalkan Mina. Betul-betul pemandangan yang sangat berbeda dengan beberapa hari sebelumnya.
Bahkan para penjaja segala macam barang jualan yang biasa memenuhi pinggiran jalananpun sudah raib. Yang terlihat hanya para petugas kebersihan yang terlihat sibuk membersihkan sampah yang menggunung. Mulai batu-batu kecil yang berserakan di sekitar Jamarat, sandal-sandal yang tercecer, botol-botol plastik hingga kain ihram dan alas tidur yang ditinggalkan begitu saja.
Alhamdulillah, lontar ke 3 jumrah berjalan lancar. Dengan demikian usai sudah rentetan ritual haji. Lega sudah hati ini. Sekarang tinggal menanti tawaf Wada’ atau tawaf perpisahan yang menjadi tanda berakhirnya kunjungan jamaah ke Mekah. Ini berlaku baik bagi yang melakukan haji maupun umrah di tanah suci ini. Rencananya kami akan meninggalkan pondokan Aziziyah menuju Mekkah Al-Mukaramah sore atau malam ini. Belum ada kepastian jamnya.
Namun sebelumnya, kami menyempatkan diri untuk mengunjungi masjid Khoif yang sempat tertunda beberapa kali. Masjid ini sebenarnya hanya terletak di seberang Jamarat. Namun karena jalan masuknya agak jauh dan harus berputar, ditambah lagi waktu yang sempit dan selalu terburu-buru maka keinginan tersebut terpaksa tertunda terus hingga hari ini.
Menurut riwayat, di dalam masjid ini Rasulullah pernah mengerjakan shalat. Demikian pula para nabi as. Ketika kami berdua mengunjungi masjid yang cukup megah ini, masjid terlihat kumuh dan kotor. Masjid ini sesak oleh jamaah yang numpang tidur selama musim haji. Hingga karena saking penuhnya agak sulit kami mendapatkan tempat kosong untuk shalat. Kami kembali meneruskan perjalanan setelah menunaikan shalat sunnah 2 rakaat.
Malamnya, sesuai rencana, dengan 2 bus kami diberangkatkan ke Mekkah Al Mukarammah. Yang di luar rencana, ntah atas sebab jelas apa, jamaah yang datang berpasangan atau ber-3 dalam satu keluarga, kebagian menginap di hotel Royal Mecca Tower Clock ! Hotel yang terletak di pelataran Masjidil Haram ini adalah hotel mewah bintang 5 terbaru dimana kata “ALLAH’ dengan ukuran raksasa terpampang di atasnya.
Hotel yang memiliki jam extra besar dan biasa dijadikan tempat ‘rendez-vous’ para jamaah ini memiliki pengeras suara yang mampu mengumandangkan azan dari Masjidil Haram hingga sejauh 7 km. Sementara ribuan lampunya yang memancarkan cahaya hijau dan putih mampu menjangkau hingga jarak 28 kilometer. Sinar lampu ini sangat berguna dalam membantu orang-orang yang mempunyai masalah pendengaran hingga kurang dapat mendengar panggilan shalat alias azan.
Subhanallah .. Hanya itu yang dapat keluar dari mulut ini. Dari kamar kami di lantai 25, lantai tertinggi hotel, kami dapat memandang Masjidil Haram dengan Ka’bahnya, juga gua Hira, di kejauhan. Gua dimana Rasulullah untuk pertama kali menerima perintah « Bacalah !”
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”.(QS.Al-Alaq(96):1-5).
( Bersambung)
Jakarta, 28 januari 2012.
Vien AM.
Jazakillah Madame Vien, saya sangat terbantu dengan cerita panjang perjalanan haji. Insya Allah menjadi tambahan ilmu untuk saya yang insya Allah akan berhaji tahun ini, aamiin.
sama2 mb Fardiana, ikut bahagia kalau bisa memberi manfaat. Selamat menjalankan ibadah haji, semoga mabrur ya, titip mata dan hati…:-)…