Feeds:
Posts
Comments

Archive for July 16th, 2013

Kami tiba di masjid Essalam tepat ketika shalat Isya baru saja dimulai. Sayang, kembali saya harus sendirian shalat, di lantai 3 yang belum sempurna pengerjaannya.  Saya bahkan terpaksa menghidupkan sendiri lampu di ruangan yang sebagian lantainya masih beton dan belum berkarpet tersebut. Kabel listrik masih menjuntai tak beraturan di lantai.

P1020670P1020669Masjid ini memiliki 4 lantai, tangganya melingkar, dimana beberapa ruang kelas berdiri di sisi-sisinya. Sebenarnya hanya lantai 3 dan 4 saja yang belum benar-benar rampung,  menunggu pemasangan keramik, plus kubahnya yang juga masih terlihat polos, tanpa ornament. IMG_4288

Namun dari luar masjid ini tidak terlihat bahwa belum selesai secara sempurna. Dibawah taburan lampu, ia terlihat megah dan indah. Kata Muhammad, ‘guide’ kami, banyak orang berpendapat bahwa dari arah taman, masjid ini mirip Taj Mahal, istana merangkap masjid  di India yang terkenal itu. Itu sebabnya ia ngotot mengambil foto kami berdua, berkali-kali, agar hasilnya minimal mirip, mungkin …   🙂 ..

roterdam at nightJujur, sebenarnya kami belum puas melihat masjid yang kabarnya merupakan masjid terbesar di negara ini. Namun berhubung hari telah larut malam dan kami juga belum makan malam ditambah lagi khawatir nanti tersesat pulangnya, akhirnya kami memutuskan untuk kembali lagi besok. Dengan alasan khawatir tersesat ini pulalah Muhammad terus ikut berjalan-jalan menemani kami menikmati kota yang memang indah ini. Hingga lama-lama risih juga kami dibuatnya.

Setelah kami yakinkan bahwa kami akan baik-baik saja akhirnya pemuda tersebutpun pamit. Tentu saja kami tak lupa mengucapkan banyak terima-kasih atas kebaikannya itu. Sebelumnya ia juga sempat memberikan alamat Universitas Islam Roterdam yang akan kami tandangi besok, insyAllah.

Belakangan ia mengaku bahwa sebenarnya ia mempunyai  alasan pribadi mengapa ia melakukan semua ini. Ia menceritakan suatu hari beberapa tahun  yang lalu, ia pernah berkunjung ke Kuala Lumpur, Malaysia. Disana ia sendiri dan merasa kesepian hingga ia bertemu seorang pemuda lokal yang menawarkannya menemani keliling kota. Untuk membalas kebaikan itulah ia menemani kami di kotanya ini. Subhanallah …

Esok paginya kami pergi menuju UIR (Universitas Islam Rotterdam). Rencananya dari situ kami akan mampir lagi ke masjid Essalam, untuk melihat keindahannya di waktu pagi, sebelum keliling kota. Dalam perjalanan menuju UIR ini kami mengalami kejadian unik, yaitu bertemu dan ngobrol dengan seorang ‘kenek’ trem. Asal tahu, trem di Roterdam ini mempunyai semacam kenek yang kalau di bus di Jakarta tugasnya menarik bayaran. Bedanya disini ia hanya memeriksa tiket.

P1020694Saya menyebutnya unik karena si kenek ini lihai berbahasa Jawa meski Jawa ngoko alias Jawa kasar, tapi sama sekali tidak faham bahasa Indonesia. Dari pembicaraan dengan bahasa Jawa inilah akhirnya kami tahu bahwa istrinya ternyata berasal dari Suriname yang memang dipenuhi orang Jawa yang dibawa oleh orang-orang Hindia Belanda pada tahun 1890-1939. Di Negara bekas jajahan Belanda ini kemudian mereka beranak pinak dan menjadi warga negara Suriname yang terletak di Amerika Selatan. Di atas trem inilah kami sempat ngobrol ngalur ngidul dengannya, bagaimana ia menjalani ke-islam-annya, meski sering kali kami tidak bisa memahaminya.  🙂 ..

Oya, kami juga sempat ‘terdampar’ di sebuah resto Suriname di pusat kota. Resto ini menjual aneka masakan khas Indonesia seperti gado-gado, soto, rendang, tempe dan juga lumpia. Rasanyapun cukup enak, lumayan untuk obat kangen …

IMG_4380IMG_4394IMG_4371Kembali ke perjalanan pagi itu. Dengan bekal petunjuk Muhammad sampai juga kami di tujuan. Universitas ini terletak di sebelah kanal yang memang banyak di jumpai di kota ini. Cuaca cerah di awal musim dingin yang sungguh indah itu menambah kecantikan bangunan milik umat Islam ini. Pepohonan yang masih menyisakan warnanya yang beraneka, air mancur dan jembatan kayu lengkung serta bebek-bebek yang masih bisa bertahan berenang di airnya yang dingin itu, menambah keinginan hati ini untuk berlama-lama di tempat yang pasti diberkahi-Nya.

Kami sempat melongokkan kepala ke pintu gerbang bangunan ini, namun tidak menjumpai seorangpun didalamnya. Hari ini memang hari Minggu. Namun menurut pak dosen yang kami jumpai kemarin ketika Magrib di masjid Maulana, universitas  tetap buka. Justru pada hari inilah umat Islam bisa memanfaatkan waktu libur mereka untuk belajar berbagai ilmu tambahan mengenai Islam disini. Kami memang sempat juga melihat beberapa orang masuk kedalam, tapi mungkin mereka langsung masuk ke kelas hingga kami tidak melihatnya kembali.

Universitas Islam Rotterdam didirikan pada tahun 1997, dan telah beroperasi selama itu tanpa pengakuan resmi dari pemerintah Belanda. Akreditasinya baru diberikan pada Maret 2013 lalu ( 4 bulan setelah kunjungan kami). Sebuah langkah maju yang bagaimanapun patut disyukuri umat Islam sedunia. Universitas ini berada di bawah payung Federation of the Universities of the Islamic World yang berkedudukan di Rabat, Maroko.

Sekedar informasi tambahan, wali kota Roterdam yang baru diangkat pada tahun 2009, yaitu Ahmad Abuthalib adalah seorang politikus Belanda keturunan Maroko. Abuthalib yang merupakan putra seorang imam di kota kecil di Maroko ini adalah Muslim pertama yang mendapat kepercayaan dan menduduki jabatan wali kota di kota besar Belanda. Mungkinkah ini salah satu faktor penyebab universitas mendapat akreditasi? Wallahua’alam …

“Itulah (karunia Allah yang dilimpahkan kepadamu), dan sesungguhnya Allah melemahkan tipu daya orang-orang yang kafir”.(QS.Al-Anfal(8):18).

Sebagian besar Muslim Belanda adalah keturunan imigran Turki, disusul oleh Maroko, Tunisia, Aljazair dan Suriname. Mereka masuk ke Negara kincir ini pada sekitar tahun 1960 an. Jadi Muslim Belanda memang relatif baru. Menurut catatan resmi, pada tahun 1994 Islam di Belanda menduduki rangking 3 setelah Katolik Roma dan Kristen Protestan.

Namun sebuah surat kabar lokal Dutch Metro, edisi 29 Juli 2002, melaporkan bahwa Islam menduduki peringkat teratas. Koran gratis ini juga melaporkan penyebabnya  kemungkinan adalah karena rata-rata penduduk asli Belanda adalah atheis.Kebanyakan berpindahnya mereka ini ke Islam adalah karena pernikahan. Sementara jumlah pemeluk Kristen dan Protestan makin lama makin menipis. Bahkan rumah-rumah ibadah mereka sering terpaksa dilelang atau dijual karena kekurangan jamaah.

Di salah satu rute perjalanan trem kami, kami melihat sebuah wilayah yang di sepanjang jalannya dipenuhi toko-toko daging berlabel halal, juga toko-toko yang menjual pernak pernik Islami, seperti sajadah, tasbeh dll. Sejumlah perempuan berjilbab dan laki-laki bergamis terlihat ‘berseliweran’ di sini tempat ini. Sayang kami tidak tahu nama daerahnya.

Mungkin ini memang lokasi pemukiman Muslim“, komentar suami.

Kabar terakhir, Viva News, Senin 22 April 2013, melaporkan bahwa seorang tangan kanan Geert Wilder, pemimpin salah satu partai Belanda yang dikenal kebenciannya yang amat sangat terhadap Islam itu telah bersyahadat!

Dalam laporannya, disebutkan bahwa Arnoud van Doorn, wakilnya itu, justru muak dengan ulah pemimpinnya yang selalu memojokkan Islam melalui karikaturnya bahkan telah membuat film berjudul “Fitna”yang sangat menjelek-jelekan Islam. Ia malah makin penasaran dengan kebenaran film tersebut. Dan akhirnya menyadari bahwa selama ini ia “buta”.

Semakin banyak saya membaca (Al-Quran dan hadits) semakin saya meyakini bahwa Islam adalah agama yang indah dan bijaksana,” kata Doorn kepada kantor berita Iran Mehr.

Untuk itu iapun rela dimusuhi tidak saja orang-orang partainya namun juga rata-rata orang Belanda yang membenci islam.

(http://dunia.news.viva.co.id/news/read/407015-politisi-anti-islam-belanda-itu-kini-jadi-muslim )

Kepedulian umat Islam terhadap agamanya tampaknya tidak tanggung-tanggung. VOA ( Voice Of Al-Islam) melaporkan bahwa ratusan umat Islam Amsterdam rela meninggalkan kotanya demi berjihad membantu saudara-saudaranya yang tertindas di Suriah. Disana mereka bergabung dengan sesama Muslim dari berbagai negara diantaranya dari Belgia, Jerman, Kanada dan Rusia yang mempunyai tujuan sama.

(http://www.voa-islam.com/news/international-jihad/2013/06/17/25289/ratusan-muslim-belanda-tinggalkan-hidup-nyaman-dan-keluarga-harmonis-demi-jihad-di-suriah/).

Sebaliknya kebencian dan antipati masyarakat Belanda terhadap Islam ( Islamophobia) seperti juga rekan-rekan kafir dan atheis mereka di Eropa semakin menjadi-jadi. Isu bahwa pemotongan daging secara halal tidak hewanwi ( menyontek kata manusiawi untuk hewan .. 🙂  ) membuat mereka bernafsu ingin menutup tempat pemotongan seperti itu. Mereka menantang pembuktian bahwa memotong hewan secara Islam tidak lebih menyiksa daripada dipotong setelah dibius.

Padahal 2 dokter bedah kenamaan Eropa, yaitu Lord Horder dan Sir C.A Lovatt Evans dari Universitas London berani mengatakan bahwa pemotongan hewan secara Islam terbukti paling tidak menyakitkan hewan yang dipotong. Pemotongan tepat di nadi utama membuat mereka cepat mati tanpa lama tersiksa. Kenyataan bahwa hewan menjelang disembelih secara ini tidak begitu berontak dan meronta bisa menjadi buktinya.

https://www.facebook.com/notes/sholat-tahajud-by-qiyamul-lail/ilmuwan-barat-berbicara-tentang-penyembelihan-hewan-cara-islami/10150371004712123 ).

” Dan janganlah kamu memakan binatang-binatang yang tidak disebut nama Allah ketika menyembelihnya. Sesungguhnya perbuatan yang semacam itu adalah suatu kefasikan.” (QS Al-An’am: 121).

“Wahai Aisyah, ambilkanlah alat sembelih.” Kemudian beliau berkata lagi: “Asahlah alat itu dgn batu.” (HR. Muslim no. 1967).

cube box housecube box house2roterdam citySetelah puas memandangi UIR meski hanya dari luar kamipun meninggalkan lokasi. Sore hari setelah berjalan-jalan menikmati keindahan kota, melihat cube box housenya yang terkenal serta kanal-kanal dan sungainya yang sangat bersih, lengkap dengan perahu-perahu yang diparkir di pelabuhan kamipun kembali mengunjungi masjid Essalam. Kali ini kami sempat menyaksikan sejumlah anak dan remaja sedang belajar di dalam kelas-kelas yang ada di dalam masjid. Para ibu dengan jilbabnya terlihat mengajar anak-anak dan para remaja tersebut mengaji, Subhanallah ..

9Hari sudah menjelang magrib ketika kami meninggalkan masjid, bersamaan dengan bubarnya penonton sepak bola di stadion yang berdiri tidak jauh dari lokasi masjid. Yakin pasti Sang Khalik telah mengatur skenario terbaiknya  agar para pecandu bola tersebut bisa melihat keindahan Islam, minimal melalui kubah dan menaranya yang begitu menantang. Allahuakbar …

Jakarta, 16 Juli 2013.

Vien AM.

Read Full Post »