“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa” (QS.Al-Baqarah(2):183).
Ramadhan adalah bulan dimana Allah swt mewajibkan umat Islam untuk berpuasa. Inilah satu-satunya ibadah yang hanya dapat diketahui oleh Nya dan diri kita sendiri. Selama sebulan penuh, 29 atau 30 hari, kita dituntut untuk dapat menahan lapar dan dahaga, setelah 11 bulan lainnya kita dapat bebas menikmati rezeki dari-Nya. Meski sebenarnya perintah puasa di bulan dimana Al-Quranul Karim turun untuk pertama kalinya ini bukan sekedar puasa dari menahan makan dan minum, dari menjelang matahari terbit atau subuh hingga menjelang matahari terbenam atau magrib. Melainkan agar menjadi hamba yang takwa.
Ramadhan pada dasarnya adalah bulan dimana umat Islam menjalani tes, ujian untuk naik tingkatan. Persis ujian atau tes di sekolah agar bisa naik ke kelas yang lebih tinggi. Materi utama yang diujikan dalam bulan ini memang puasa dari menahan makan dan minum, termasuk merokok serta menahan hubungan suami istri. Namun untuk mencapai derajat sempurna, yaitu takwa tadi itu, maka kwalitas puasa seorang Mukmin ikut mendapat penilaian.
Memang banyak tidur dan bermalas-malasan dengan alasan lemas dan tidak bertenaga tidak mendatangkan dosa. Bahkan masih lebih baik dibanding ‘menggosip’ apalagi membicarakan kesalahan dan kejelekan orang lain. Namun puasa yang seperti ini tidak akan menghasilkan buah apapun selain lapar dan haus. Walhasil dari Ramadhan ke Ramadhan berikutnya tidak akan ada perubahan dan perbaikan sikap, baik secara pribadi maupun secara umum.
Padahal tidak mungkin Sang Khalik memerintahkan sesuatu yang tidak ada gunanya. Bukankah Islam diturunkan untuk rahmatan lil alamin, agar tercapai masyarakat yang adil dan makmur ? Kesabaran, kedisiplinan, kepedulian sosial dan ketundukan kepada-Nya adalah beberapa diantara manfaat atau buah yang dapat kita capai. Temuan sains mutakhir bahkan berani mengatakan bahwa puasa secara teratur sangat baik bagi kesehatan. Ini adalah bagian dari detoksifikasi atau pembuangan racun dalam tubuh, sebuah pengobatan yang belakangan ini sedang ‘ngetrend’.
Khusus mengenai kepedulian sosial, kepedulian terhadap sesama. Puasa mustinya mampu membuat seorang Mukmin merasakan kesulitan dan penderitaan hidup masyarakat miskin, yang terpaksa berpuasa karena keadaan. Mereka yang berpuasa tanpa sahur dan tidak mengenal waktu berbuka, baik ketika Ramadhan maupun bukan Ramadhan. Bukan yang seperti kebanyakan kita, yang justru makan berlebihan ketika berbuka, dan makan sekenyang mungkin ketika sahur, seolah bakal tidak makan berhari-hari.
Mukmin yang mempunyai empati tinggi terhadap orang susah seperti ini pasti hatinya lembut, mudah tersentuh. Diawali dengan hati yang seperti itulah, hidayah dan petunjuk Allah swt akan mudah masuk. Yang dengan demikian dapat merasakan bahwa kebenaran hanya milik Yang Pencipta Yang Maha Esa. Tidak ada kebenaran atas nama kelompok, karena kelompok pasti mempunyai kebutuhan dan niat tertentu. Tidak demikian dengan Allah swt. Maka dengan demikian tujuan takwa sebagaimana yang diharapkan-Nya akan lebih mudah dicapai.
Tidak mudah memang membuat definisi persis apa itu takwa. Namun secara sederhana kata takwa dapat diartikan dengan rasa takut. Tapi bukan takut seperti takutnya seseorang kepada binatang buas atau penjahat, melainkan takut karena khawatir ditinggalkan-Nya, khawatir tidak lagi mendapat perhatian dan kasih sayang-Nya, khawatir dan takut membuat-Nya murka. Karena ia menyadari bahwa ia hanya seorang hamba yang tanpa-Nya ia bukanlah apa-apa. Ini yang dapat menyebabkan seseorang rela mengerjakan apapun permintaan dan perintah-Nya serta menjauhi segala larangan dan apapun yang tidak disukai-Nya. Intinya, apapun tindakannya selalu berpatokan pada Allah dan rasul-Nya.
“ Sesungguhnya jawaban orang-orang mu’min, bila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan.” “Kami mendengar dan kami patuh.” Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung”.(QS.An-Nur(24):51).
Dari Irbadh bin Sariyah ra berkata: Rasulullah saw pernah memberi peringatan kepada kami yang membuat hati bergetar dan mata berlinang. Kami lalu berkata, “Ya Rasulullah, seolah-olah itu peringatan perpisahan. Maka dari itu, berilah kami wasiat.” Beliau bersabda, “Aku mewasiatkan kepada kalian untuk bertakwa kepada Allah, mendengar dan taat meskipun yang memerintah kalian seorang budak. Sesungguhnya siapa saja di antara kalian yang hidup sesudahku, lalu melihat perselisihan yang banyak, maka kalian wajib berpegang dengan Sunnahku dan Sunnah Khulafaur Rasyidin yang mendapat petunjuk; gigitlah ia dengan gigi geraham; dan jauhilah oleh kalian perkara-perkara baru yang diada-adakan sebab semua bid’ah (perkara baru yang diada-adakan) adalah kesesatan”. (HR Ahmad, Abu Dawud Ibn Majah, at-Tirmidzi. At-Tirmidzi berkata: hadis hasan shahih).
Takut dalam arti takwa juga bisa mengambil contoh kepada gunung yang bila saja Allah swt menurunkan Al-Quran itu kepadanya, maka gunung tersebut akan tunduk jatuh tersungkur bahkan pecah saking takutnya.
“Kalau sekiranya Kami menurunkan Al Qur’an ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan takut kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir”.(QS.Al-Hasry(59):21).
Jadi hati yang bersih sebenarnya adalah kunci kemenangan Ramadhan. Dengan hati yang bersih umat Islam dapat melihat dan merasakan keadilan, dapat membedakan mana kebaikan mana kebathilan. Tragedi di Negara-negara Muslim belakangan ini seperti di Mesir dan Suriah contohnya, harusnya mampu membuat mata kita melek. Bahwa kejahatan Fir’aun di masa lalu telah terjadi lagi di bumi para nabi.
Dari Abu Sa’id Al-Khudri ra berkata: Bersabda Rasulullah saw: “Barang siapa diantara kamu melihat kemungkaran, maka cegahlah dengan tanganmu, jika kamu tidak mampu, maka cegahlah dengan lisanmu, dan jika kamu tidak mampu juga, maka cegahlah dengan hatimu, dan itulah selemah-lemahnya iman”. ( HR. Muslim ).
Dan sudah sepantasnya pula bila kita harus banyak bersyukur karena dapat menjalankan puasa dan ibadah Ramadhan ini dalam keadaan aman dan tenang, insya Allah hingga akhir. Semoga di hari raya Iedul Fitri nanti, kita bisa kembali ke fitrah. Yaitu fitrah manusia yang bersih, sebersih hati bayi yang baru dilahirkan.
Pada waktu itulah Allah swt juga mewajibkan umat Islam untuk melaksanakan zakat fitrah. Zakat yang jumlahnya tidak seberapa ini diberikan kepada orang yang tidak mampu, agar mereka juga dapat merayakan Hari Raya terbesar kedua bagi umat Islam ini, meski hanya sekedarnya.
Wallahu’alam bish shawwab.
Jakarta, 28 Juli 2013 / 20 Ramadhan 1434 H.
Vien AM.