Dari Sahl bin Sa’ad r.a, dari Nabi SAW bersabda: “Di surga itu ada delapan pintu. Di antaranya ada satu pintu yang dinamakan ar-Rayyan, tidak bisa memasukinya kecuali orang-orang yang puasa.” (Muttafaqun ‘alaih).
“Sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu; (sambil mengucapkan): “Salamun ‘alaikum bima shabartum”. Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu”. (QS. Ar-Ra’d(13): 23-24).
Pintu surga dibedakan berdasarkan keistimewaan/kelebihan amal kebajikan tiap manusia. Ibnul Jauzi meriwayatkan bahwa ke delapan pintu surga yang disediakan bagi hamba-hamba yang takwa ini adalah pintu Shalat, pintu Puasa, pintu Zakat dan Sedekah, pintu Haji, pintu Umrah, pintu Jihad, pintu Silaturahim dan pintu Wudhu.
“ Bagi setiap orang yang beramal terdapat sebuah pintu khusus di surga yang dia akan dipanggil melalui pintu tersebut karena amal yang telah dilakukannya.” [HR. Ahmad dan Ibnu Abi Syaibah]
“Barangsiapa yang berinfak dengan sepasang hartanya di jalan Allah maka ia akan dipanggil dari pintu-pintu surga, ‘Hai hamba Allah, inilah kebaikan.’ Maka orang yang termasuk golongan ahli shalat maka ia akan dipanggil dari pintu shalat. Orang yang termasuk golongan ahli jihad akan dipanggil dari pintu jihad. Orang yang termasuk golongan ahli puasa akan dipanggil dari pintu Ar-Royyan. Dan orang yang termasuk golongan ahli sedekah akan dipanggil dari pintu sedekah.”
Ketika mendengar hadits ini Abu Bakar pun bertanya, “Ayah dan ibuku sebagai penebus anda wahai Rasulullah, kesulitan apa lagi yang perlu dikhawatirkan oleh orang yang dipanggil dari pintu-pintu itu. Mungkinkah ada orang yang dipanggil dari semua pintu tersebut?”.
Maka beliau pun menjawab, “Iya ada. Dan aku berharap kamu termasuk golongan mereka.”[HR. Bukhari)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya [kepada para sahabat), “Siapakah di antara kalian yang pada hari ini berpuasa?”. Abu Bakar berkata, “Saya.” Beliau bertanya lagi, “Siapakah di antara kalian yang hari ini sudah mengiringi jenazah?”. Maka Abu Bakar berkata, “Saya.” Beliau kembali bertanya, “Siapakah di antara kalian yang hari ini memberi makan orang miskin?”. Maka Abu Bakar mengatakan, “Saya.” Lalu beliau bertanya lagi, “Siapakah di antara kalian yang hari ini sudah mengunjungi orang sakit.” Abu Bakar kembali mengatakan, “Saya.” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda, “Tidaklah ciri-ciri itu terkumpul pada diri seseorang melainkan dia pasti akan masuk surga.” [HR. Muslim)
Dari Abu Hurairah r.a, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: “Pintu-pintu surga dibuka pada hari Senin dan Kamis, maka setiap hamba yang tidak menyekutukan sesuatu dengan Allah SWT diberi ampunan, kecuali seorang laki-laki yang ada permusuhan di antaranya dan saudaranya. Dikatakan: berilah waktu kepada dua orang ini sampai keduanya berdamai. –tiga kali-.” (HR. Muslim).
Ibnu Majah dalam kitabnya Sunan An Majah meriwayatkan dari Abdullah bin Abdul Karim, dari Hisyam bin Khalid, dari Khalid bin Yazid bin Abu Malik, dari ayahnya, dari Anas bin Malik bahwa Rasulullah bersabda, “Pada malam aku di-israkan, aku melihat tulisan pada sebuah pintu surga, ‘Satu sedekah dibalas sepuluh kali lipat, dan satu piutang dibalas delapan belas kali lipat.’ Aku bertanya kepada Jibril, “Kenapa memberikan utang itu lebih utama daripada bersedekah?” Jibril menjawab, ‘Karena orang yang meminta itu bisa jadi ia sudah punya. Tetapi, orang yang mengajukan utang itu pasti karena sangat membutuhkan”.
Umar ibnul-Khaththab berkata bahwa Rasulullah saw bersabda, “Setiap orang di antara kalian yang setelah berwudhu dengan sempurna lalu membaca Asyhadu Anla Ilaha Illallah Wa Asyhadu Anna Muhammadar Abduhu Wa Rasuluh (Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan aku pun bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba sekaligus rasul utusan-Nya), niscaya dibukakan untuknya kedelapan pintu surga. la bisa masuk dari pintu yang mana pun yang ia inginkan.“. ( HR Muslim).
Namun ada sebagian ulama yang berpendapat pintu surga lebih dari 8 bila ditambah dengan pintu tobat atau pintu Muhammad. Pintu yang terkenal dengan sebutan pintu Rahmat ini khusus diperuntukkan bagi orang-orang yang pandai menahan amarah. Disamping itu ada pula ulama yang berpendapat akan adanya pintu Shalat Dhuha.
Diriwayatkan oleh al-Ajiri dalam kitabnya An-Nashihat alias Abul Hasan bahwa Nabi saw. bersabda, “Sesungguhnya di surga terdapat sebuah pintu bernama pintu Adh-Dhuha. Pada hari kiamat nanti ada malaikat yang menyeru, ‘Mana orang-orang yang tekun menunaikan shalat Dhuha? Inilah pintu kalian. Masukilah”.
” Dan orang-orang yang bertakwa kepada Tuhannya dibawa ke dalam surga berombong-rombongan (pula). Sehingga apabila mereka sampai ke surga itu sedang pintu-pintunya telah terbuka dan berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya: “Kesejahteraan (dilimpahkan) atasmu, berbahagialah kamu! maka masukilah surga ini, sedang kamu kekal di dalamnya”. Dan mereka mengucapkan: “Segala puji bagi Allah yang telah memenuhi janji-Nya kepada kami dan telah (memberi) kepada kami tempat ini sedang kami (diperkenankan) menempati tempat dalam surga di mana saja yang kami kehendaki.” Maka surga itulah sebaik-baik balasan bagi orang-orang yang beramal ”. ( QS. Az-Zumar (39): 73-74).
Berdasarkan ayat di atas, sejumlah ulama berpendapat bahwa ada pintu lain disamping pintu-pintu yang telah disebutkan diatas. Pintu ini dinamakan pintu Takwa. Seperti namanya pintu ini diperuntukkan bagi hamba-hamba Allah yang takwa. Keistimewaan pintu ini dibanding pintu-pintu lain adalah siapapun yang diizinkan masuk melalui pintu tersebut, mereka bebas memilih tempat di mana saja mereka kehendaki. Tempat kediaman mereka ini adalah surga ’Adn sebagaimana yang diterangkan dalam surah Shaad ayat 49-50 diatas.
Abu Isa Tirmidzi meriwayatkan dari Salim bin Abdullah, dari ayahnya bahwa Rasulullah bersabda, “Luas pintu surga tempat masuk umatku adalah sejauh perjalanan pengendara kuda yang sangat bagus selama tiga hari. Kemudian mereka berdesak-desakan memasukinya sehingga hampir-hampir pundak mereka lepas.”
Sementara itu, surga memiliki beberapa tingkatan namun kenikmatan tertinggi yang dapat dirasakan di tempat ini adalah memandang Wajah Allah Azza wa Jalla, Sang Maha Pencipta, Sang Raja Dari Segala Raja. Dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah pernah ditanya seseorang : “Wahai Rasulullah, apakah kita bisa memandang Rabb?”. Beliau menjawab: “Apakah ada yang menghalangi pandangan kalian terhadap rembulan pada malam purnama, ketika tidak terhalang awan?”. “Tidak”. Jawab orang itu. Beliau bersabda: “Begitu pula kalian memandang-Nya pada hari Kiamat”.
Ini adalah sebuah kehormatan maha besar karena bahkan para nabipun, ketika di dunia tidak memiliki kesanggupan memandang wajah Allah Azza wa Jalla.
“Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, berkatalah Musa: “Ya Tuhanku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau”. Tuhan berfirman: “Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku, tapi lihatlah ke bukit itu, maka jika ia tetap di tempatnya (sebagai sediakala) niscaya kamu dapat melihat-Ku”. Tatkala Tuhannya menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musapun jatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali, dia berkata: “Maha Suci Engkau, aku bertaubat kepada Engkau dan aku orang yang pertama-tama beriman”. (QS.Al-‘Araaf(7):143).
Kehormatan dan kesempatan ini hanya diperuntukkan orang-orang beriman yang yakin akan keberadaan-Nya, mengerjakan amal ibadah, melaksanakan perintah serta menjauhi segala larangan-Nya. Dan semua ini dikerjakan dalam rangka ketaatannya kepada Sang Khalik, hanya karena Sang Khalik, Allah swt, tidak ada sedikitpun rasa syirik yang menyelinap di dalam dada.
Namun sesungguhnya fenomena istimewa diatas telah diberikan di dunia khusus kepada umat Muhammad saw walaupun hanya 1 arah. Artinya Allah swt mendekati manusia tanpa manusia itu harus hancur sebagaimana hancur luluhnya gunung pada ayat 143 surat Al-Araf diatas. Yaitu ketika tamu-tamu Allah datang ke padang Arafah untuk melaksanakan ibadah haji. Rasulullah bersabda :“…Ia (Allah) mendekat kepada orang-orang yang di Arafah. Dengan bangga Ia bertanya kepada para malaikat, “Apa yang diinginkan oleh orang-orang yang sedang wukuf itu?”
Sementara Imam Muslim meriwayatkan dari Sahal bin Sa’ad bahwa Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya tujuh puluh ribu atau tujuh ratus ribu dari umatku masuk surga. Sebagian mereka saling berpegangan dengan sebagian yang lain. Yang pertama di antara mereka tidak mau masuk sebelum yang terakhir di antara mereka masuk. Wajah mereka seperti bentuk rembulan purnama.”
Semoga kita termasuk satu diantara yang tujuh puluh ribu atau tujuh ratus ribu tersebut, amin ya robbal ’alamin.
Wallahu’alam bish shawab.
Jakarta, September 2008.
Vien AM.