« Waduuh, cantik-cantik tapi udah molor aja padahal terbang juga belum », kata saya dalam hati, melihat seorang bule cantik tertidur dengan posisi sama sekali tidak cantik. Pemandangan ini saya temui ketika saya sedang mencari no kursi penerbangan kami menuju Dublin, Irlandia.
Lucunya, di akhir penerbangan saya baru menyadari bahwa perempuan tersebut ternyata satu dari 15 anggota grup dimana kami bergabung untuk menjelajahi Irlandia, negara pulau yang menjadi tertangga terdekat Inggris itu. Dan baru di akhir tur selama 8 hari itu, saya tahu atas alasan apa ia tertidur seperti itu.
Takut ! Ya, itulah satu-satunya alasannya. Caroline, begitu nama perempuan cantik asli Perancis ini, mengakui bahwa ia sangat takut ketika ia harus terbang, menumpang pesawat terbang. Namun demikian rasa takut tersebut tidak cukup kuat untuk menghalanginya bepergian menikmati keindahan Negara-negara yang ingin dikunjunginya. Untuk itu, maka setiap kali pesawat akan terbang, iapun menelan obat tidur !
Saya yakin, Caroline pasti bukan satu-satunya orang yang takut bepergian dengan menumpang pesawat terbang, terutama ketika pesawat baru take off, landing dan ketika pesawat berguncang karena harus melewati awan tebal. Jujur, saya adalah satu di antaranya. Dan pasti banyak orang seperti itu. Yang jarang mungkin orang yang sampai harus menelan obat tidur. Padahal, menurut saya, rasa takut itu, bila sekali-sekali terjadi sebenarnya merupakan nikmat yang memiliki nilai tersendiri.
Betapa tidak, pada saat takut biasanya secara reflek, orang akan teringat Tuhannya. Tidak percaya ? Coba perhatikan, bahkan orang bulepun, yang notabene atheis alias tidak percaya akan keberadaan Tuhan, ketika mereka ketakutan minimal akan berteriak “Oh my god !”. Demikian pula yang tercermin pada film-film Barat. Ironisnya, begitu badai berlalu, maka merekapun segera melupakan pertolongan yang datang tersebut bahkan kembali melupakan atau mempersekutukan-Nya.
“ Katakanlah: “Siapakah yang dapat menyelamatkan kamu dari bencana di darat dan di laut, yang kamu berdo`a kepada-Nya dengan berendah diri dan dengan suara yang lembut (dengan mengatakan): “Sesungguhnya jika Dia menyelamatkan kami dari (bencana) ini, tentulah kami menjadi orang-orang yang bersyukur.” Katakanlah: “Allah menyelamatkan kamu daripada bencana itu dan dari segala macam kesusahan, kemudian kamu kembali mempersekutukan-Nya.”(QS.Al-Anám(6):63-64).
Rasa takut sebenarnya sebuah nikmat besar, selama tidak berlebihan, tentu saja. Karena dengan adanya perasaan takut inilah seseorang dapat merasakan bahwa ada kekuatan tersembunyi yang dapat melindungi dan membantunya. Melalui rasa takut, terasa betapa kecil dan lemahnya kita ini.
Sungguh beruntung orang yang meyakini adanya Tuhan, Allah azza wa jala, Dia Yang Maha Mendengar dan Maha Melihat. Dalam keadaan takut diajarkannya kita untuk berdoa, memohon pada-Nya agar dibebaskan dari keadaan yang membuat kita takut. Dalam takut kita dapat merasakan indahnya doa. Rasulullah saw mengatakan bahwa doa yang langsung dikabulkan Allah swt salah satunya adalah doa yang dipanjatkan ketika kita dalam perjalanan atau safar ( doa seorang musafir).
“Tiga waktu diijabahi (dikabulkan) do’a yang tidak diragukan lagi yaitu: (1) do’a orang yang terzholimi, (2) do’a seorang musafir, (3) do’a orang tua pada anaknya.” (HR. Ahmad 12/479 no. 7510, At Tirmidzi 4/314 no. 1905, Ibnu Majah 2/1270 no. 3862. Syaikh Al Albani menghasankan hadits ini)
Doanyapun bukan doa sembarang doa melainkan doa yang dipanjatkan diantara rasa takut, khawatir harapan kita tidak terwujud dan harapan doa pasti dikabulkan-Nya. Karena sesungguhnya Ialah yang paling mengetahui mana yang tebaik bagi hamba-Nya. Maka dengan demikian ketika doa tidak terkabul kita tetap sabar menerimanya.
“ … dan berdo`alah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik”.(QS.Al-Araf(7):56).
Takut tampaknya adalah fitrah manusia. Demikian juga percaya akan adanya Tuhan atau minimal percaya akan adanya kekuatan lain disamping diri manusia. Katakanlah kekuatan ghaib. Kekuatan ini sangat dibutuhkan untuk mengatasi rasa tidak menyenangkan tadi yaitu takut. Dengan kata lain takut dan Tuhan itu 2 kata yang saling berkaitan.
Rasa takut sebenarnya bisa dibagi menjadi dua jenis. Pertama, takut gagal dan kalah, takut sakit, takut menderita, takut sakit hati, takut miskin dan hidup susah, takut mati dll. Intinya, semua jenis takut yang sifatnya duniawi berada di jenis no 1 ini.
Sedangkan jenis takut yang kedua, adalah jenis takut terhadap Tuhannya. Takut disini adalah takut terhadap pembalasan di alam akhirat. Rasa takut jenis ke 2 ini hanya dimiliki orang-orang yang percaya akan adanya hari pembalasan. Artinya hanya orang-orang beragama saja. Itupun kelihatannya hanya orang yang benar-benar takwa. Orang-orang seperti ini bisa dibilang tidak takut terhadap penderitaan yang sifatmya duniawi. Mereka itu adalah orang-orang yang berserah diri, pasrah pada kehendak Sang Ilahi, tentu setelah berusaha keras menghindari penyebab rasa takut itu sendiri. Mereka tegar karena meyakini adanya kadar dan takdir yang telah ditetapkan-Nya dan tidak mungkin mengindarinya..
“Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”.(QS.Al-Baqarah(2):(153).
Ya begitulah orang beriman mengatasi rasa takutnya. Mereka tidak cukup hanya berdoa apalagi hanya menelan pil tidur, namun dengan shalat dan menahan sabar.
Wallahu’alam bish shawwab.
Paris, 12 Mei 2012.
Vien AM.
Tulisan yang menambah kokohnya ketaqwaan kita dan enak dibaca. Allah yang satu dan kepadanyalah semu bergantung….. Terima kasih
Sama2, terima-kasih juga atas supportnya ..