Dari Irbadh bin Sariyah ra, ia berkata :” Pada suatu hari setelah shalat Subuh Rasulullah saw menasehati kami dengan suatu nasehat yang membuat kami menangis dan sedih. Lalu ada seorang yang berkata: “ Ya, Rasulullah ini adalah pesan perpisahan, lalu apa yang anda wasiyatkan kepada kami ? Rasulullah menjawab :”Aku wasiyatkan kepada kalian untuk bertaqwa kepada Allah swt dan selalu mendengar dan taat (kepada pemimpin) meskipun pemimpin itu seorang budak Habasyi. Maka barangsiapa yang hidup (panjang umur) akan melihat banyak ihtilaf (perbedaan), maka berhati-hatilah terhadap hal-hal yang baru (bid’ah), karena sesungguhnya bid’ah itu sesat. Maka barangsiapa diantara kalian yang menjumpai masa itu maka berpegang-teguhlah dengan sunnahku dan sunnah Khulafa’Arrosyidiyin, peganglah erat-erat dan jangan sampai lepas”.
Hadis diatas menunjukkan bahwa perbedaan diantarasesama umat Islam memang tidakdapat dihindarkan. Namun perbedaan yang beresiko memunculkan perpecahanapalagi yang tidak sesuai lagi dengan sunnah Rasulullah dan apa yang telah dicontohkan para Khulafa’Arrasyidin ( Abu Bakar ra, Umar bin Khattab ra, Ustman bin Affan ra dan Ali bin Abi Thalib ra)harus dihindari. Perpecahan ini bahkan sesungguhnya telah mulai terlihat begituRasulullah memasuki hari-hari akhirnya.
“Sesungguhnya akan ada tiga puluh orang pendusta di tengah umatku. Mereka semua mengaku nabi. Padahal, aku adalah penutup para nabi, tidak ada nabi sesudahku.”
Hadits ini diriwayatkan lebih dari satu orang diantaranya adalah Abu Dawud dan At-Tirmidzi. Bukhari-Muslim juga meriwayatkannya walaupundengan redaksi berbeda.
Pada masa akhir kerasulan, di Yaman muncul seorang yang mengaku bahwa dirinya telah mendapatkan wahyu untuk meneruskan ajaran Rasulullah. Namun tak lama kemudian nabi palsu tersebut segera ditangkap dan diadili. Kemudian muncul lagi dari Bani Asad, seorang bernama Thulaihah bin Khuwailid bin Naufal. Pada tahun 9 H, dia datang bersama kaumnya kepada Rasulullah saw dan menyatakan keislamannya. Ketika Rasulullah sakit keras, ia memproklamirkan dirinya sebagai nabi. Thulaihah dan pasukannya pernah beberapa kali bertempur dengan kaum Muslimin namun selalu kalah. Kemudian bersama istrinya, ia melarikan diri ke Syam. Beruntung di tempat tersebut ia mendapatkan hidayah dan kembali ke pangkuan Islam. Thulaihah mati syahid dalam Perang Nahawand tahun 21 H.
Nabi palsu yang paling sering disebut-sebut namanya adalah Musailimah bin Tsumamah bin Habib Al-Kadzdzab, seorang laki-laki dari Yamamah. Ia berhasil mendapat pendukung yang banyak hingga dikhawatirkan membahayakan ajaran dan aqidah Islam. Pada masa pemerintahan Abu Bakar, orang tersebut memberontak dan menolak perintah zakat hingga Abu Bakar terpaksa mengirim pasukan untuk memeranginya. Dalam peperangan ini pihak Muslim kehilangan banyak sekali penghafal Al-Quran. Ini yang menyebabkan Umar bin Khattab menyarankan Abu Bakar agar segera memerintahkan para sahabat mengumpulkan ayat-ayat Al-Quran yang kemudian pada masa Ustman bin Affan dibukukan hingga seperti sekarang ini.
Pada masa Khalifah Abdul Malik bin Marwan Al-Umawi, juga ada nabi palsu bernama Al-Harits bin Said Al-Kadzdzab. Dulunya, ia adalah seorang zuhud yang ahli ibadah. Namun sayang, ia tergelincir dari jalan Allah dan mengikuti jalan setan. Ia didatangi iblis dan diberi ‘wahyu.’ Ia bisa membuat keajaiban2 laksana mukjizat seorang nabi. Saat musim panas, ia datangkan buah-buahan yang hanya ada pada musim dingin. Dan ketika musim dingin, ia datangkan buah-buahan musim panas. Sehingga, banyak orang yang terpesona dan mengikuti kesesatannya. Akhirnya ia ditangkap dan oleh Khalifah Abdul Malik disuruh bertaubat. Sejumlah ulama didatangkan untuk menyadarkannya. Namun peringatantersebut tidak diindahkannya hingga khalifah terpaksa membunuhnya. Hal ini dilakukan agar menjadi peringatan bagi yang lain karena dapat merusak aqidah dan ajaran Islam yang sesungguhnya.
“Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup para nabi.” (Al-Ahzab: 40)
Namun hingga detik ini masih saja ada orang yang datang dan mengaku sebagai nabi. Mirza Gulam Ahmad adalah satu diantaranya. Ia mengaku sebagai nabi baru setelah Rasulullah sawdan mengaku dirinya sebagai Imam Mahdi. Ia mendirikan sebuah sekte aliran sesat bernama Ahmadiyah pada tahun 1889.Ia lahir di India pada tahun1835 dan meninggal pada1908 di Lahore. Ia menafsirkan dan menambah-nambahi ayat Al-Quran hingga sesuai dengan keinginan dan kemauannya. Ahmadiyah sendiri masuk ke Indonesia pada tahun 1922. Sekte ini memiliki kitab sucinya sendiri, yaitu “Tazkirah” yang kesuciannya mereka anggap sama dengan Al-Quran! Ia juga menyatakan bahwa ada tanah suci selain Makkah dan Madinah, yaitu Qadyani dan Rabwah di India. Sesungguhnya sekte ini awalnya dibentuk sebagai taktik politik Inggris dalam rangka menaklukkan rakyat India ketika itu. Tujuanutamanya adalah memberantas dan membekukan ajaran jihad yang dilakukan rakyat Muslim India untuk melawan penjajahan di negrinya.
Disamping Ahmadiyah, beberapa aliran sesat sebenarnya juga telah ada sejak lama. Khowarij, Syi’ah dan sejumlah aliran yang bernuansa sufistik adalah diantaranya. Khowarij adalah sebuah pemikiranyang sudah ada sejak Rasulullah saw masih hidup. Suatu ketika Rasululah membagi ghonimah (harta rampasan perang). Dalam pembagian tersebut ada yang mendapat bagian banyak ada pula yang sedikit, tentunya dengan kebijakan Rasul. Kemudian muncullah seseorang yang bernama Dzulkhuwaishiroh. Ia tidak terima dengan pembagian yang dilakukan Rasul. Ia berkata “Berbuat adillah wahai Muhammad, karena sesungguhnya ini adalah pembagian yang tidak ikhlas!”
Maka Nabi bersabda, “Celaka engkau, siapa lagi yang bisa berbuat adil jika saya saja sudah (dikatakan) tidak adil. Sungguh celaka dan rugi saya jika saya tidak bisa berbuat adil.” Tatkala itu Umar Bin Khattab ra meminta izin pada Nabi untuk memenggal leher orang tersebut. Namun Rasul bersabda, “Biarkan dia. Sesungguhnya dia mempunyai pengikut yang menganggap kecil sholat kalian dibanding sholat mereka, puasa kalian dibanding puasa mereka (Mereka adalah ahli ibadah, -ed). Mereka membaca Alqur’an tetapi tidak sampai tenggorokan mereka. Mereka telah keluar dari batas-batas agama seperti keluarnya anak panah dari busurnya.” (HR. Bukhori – Muslim ).
Aliran ini memiliki sifat khas cenderung mudah meng-kafir-kan saudaranya serta suka memberontak terhadap pemerintahan yang dinilainya dzalim. Jadi aliran memiliki sifat meledak-ledak.
Syiah terpecah menjadi beberapa kelompok yang saling bertentangan. Ada yang berpendapat Syi’ah terpecah hingga menjadi 70 kelompok namun ada yang berpendapat hingga 300 kelompok. Diantara kelompok yang terbesaradalah Az-Zaidiyyah. Hanya kelompok ini yang memiliki pemahaman sedikit mendekati Ahlu sunnah wa jamaah. Namun pada dasarnya, Syi’ah hanya mengakui ahlu bait (keluarga Rasulullah) sebagai pemimpin Islam dan Ali bin Abi Thalib adalah penerus kenabian. Abdullah bin Saba’, seorang Yahudi Yaman adalah orang yang paling sering dituding sebagai penyebar aliran ini. Ialah yang menyebar fitnah bahwa para sahabat, antara lainUmar bin Khattab, Ustman bin Affan, Aisyah ra amirul mukminin adalah orang-orang yang sesat. Oleh karenanya kaum Syi’ah merasa bahwa Al-Quran yang ada saat ini tidak lagi asli karena dikumpulkan dan dibukukan pada masa pemerintahan mereka. Kaum Syi’ah juga hanya mempercayai hadis yang diriwayatkan Ali bin Abi Thalib.
Aliran-aliran bersifat sufisme beragam jenisnya. Ciri aliran ini sangat berlebihan dalam memikirkan kesucian jiwa/bathin. Ajaran ini sejatinya lebih mendekati ajaran Budhisme dari pada ajaran Islam. Pendapat umum mengatakan bahwa Sufisme berasal dari kata Suf, bahasa Arab untuk wol, merujuk kepada jubah sederhana yang dikenakan para pengikut Sufisme di abad 9 M. Dasar pemikiran aliran ini adalah pembersihan jiwa dan kesederhanaan hidup dalam rangka menjauhi kemewahan duniawi menuju ke-zuhud-an. Ekstrimnya, menurut ajaran ini manusia dapat mencapai suatu tingkatan hingga menyatu dengan Tuhannya! Padahal Islam dengan jelas mengajarkan bahwa manusia adalah hanya hamba Allah yang sangat kecil dan hina. Islam juga mengajarkan keseimbangan antara dunia dan akhirat. Sebagai khalifah, manusia bahkan dituntut untuk mengelola, memelihara dan memimpin bumi dan isinya agar terbentuk masyarakat yang adil danmakmur.
”Apabila telah ditunaikan sembahyang, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung ”.(QS.Al-Jumuah(62):10).
Penyimpangan dan perpecahan terus terjadi hingga detik ini. Syariah Islam terus dicoba diguncang dengan berbagi isu. Belakangan ini muncul pula ucapan dari seorang pengamat intelejen di sebuah pertemuan di kota Semarang, Jawa Tengah. Tanpa disertai bukti, ia menyatakanbahwa zakat di Indonesia digunakan untuk membiayai kegiatan terorisme. Jelas ini adalah fitnah. Setelah jihad yang sekarang ini seolah telah menjadi momok menakutkan bahkan bagi telinga Muslim sekalipun, kali ini zakatpun tampaknya dicoba untuk diobok-obok. Padahal ayat tentang zakat jelas peruntukannya. Kembali hal ini membuktikan betapa syaitan begitu telah mampu menghalangi seluruh jalan menuju kebenaran. Hanya keimanan dan terus belajar mendalami serta mengkaji ayat-ayat Al-Quran dan sunah Rasulullah serta mempelajari shirah nabawiyah sajalah yang dapat menyelamatkan seseorang dari godaan dan bisikan syaitan dari jenis iblis dan manusia.
Wallahu’alam bishawab
Jakarta, Oktober 2008.
Vien AM.
Leave a Reply