”…… Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki) Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu”.(QS:At-Thalaq(65):2-3).
“Maka masing-masing (mereka itu) Kami siksa disebabkan dosanya, maka di antara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil dan di antara mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur, dan di antara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan di antara mereka ada yang Kami tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri”. (QS. Al-Ankabut(29):40).
Itulah 2 janji Allah yang pasti akan dipenuhinya. Kemudahan urusan dan kesuksesan baik di dunia maupun di akhirat bagi siapa yang takwa dan kesengsaraan serta kenistaan baik di dunia apalagi di akhirat bagi siapa yang mendurhakai-Nya.
Berikut adalah janji Allah terhadap orang dan kaum yang taqwa.
”Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu mema`lumkan: ”Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni`mat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (ni`mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih“. (QS.Ibrahim(14):7).
Begitu banyak, berat dan kuat gangguan yang dihadapi manusia dalam perjalanannya menuju taqwa. Namun demikian sesungguhnya Allah SWT tetap menghendaki agar manusia dapat melewati rintangan dan hambatan-hambatan tersebut. Hal ini terbukti dengan banyaknya Nabi dan Rasul yang diutus untuk membimbing manusia menuju jalan yang lurus, yaitu untuk senantiasa menyembah kepada Allah SWT serta tidak menyekutukan-Nya dengan apapun.
Pada setiap umat setiap zaman sesungguhnya Allah SWT telah mengutus seorang utusan, baik itu Nabi maupun Rasul. Untuk itulah Allah SWT mengajarkan kita agar mengadakan perjalanan di muka bumi agar kita memperhatikan dan kemudian mengambil hikmah dan pelajaran dari apa yang telah ditinggalkan-Nya di muka bumi ini, yaitu melalui peninggalan-peninggalan kuno bersejarah dan sisa-sisa ajaran terdahulu.
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu”, maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul)”. (QS.An-Nahl(16):36).
Jumlah Nabi menurut hadis adalah 124.000 orang, 315 diantaranya adalah Rasul. Sedangkan yang tersebut dalam Al-Quran hanya 25 saja. Jadi tidak mengherankan bila belakangan ini ditemukan peninggalan-peninggalan kuno dan sisa-sisa ajaran yang mencerminkan adanya ajaran Monotheisme ataupun Tauhid di setiap belahan dunia.
“Sesungguhnya orang-orang mu’min, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja di antara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati”.(QS.Al-Baqarah(2):62).
Ayat di atas menunjukkan bahwa siapapun yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian serta beramal saleh maka mereka akan menerima pahala serta akan dimasukkan ke dalam surga-Nya. Bahkan orang Yahudi dan Nasrani sekalipun bila mereka beriman kepada Allah, Tuhan yang satu, yang tidak beranak dan diperanakkan, meyakini seluruh utusan Allah termasuk Muhammad saw serta Al-Qur’an sebagai kitab Allah yang diturunkan kepadanya kelak mereka akan dimasukan ke dalam surga-Nya. Jadi orang Yahudi dan Nasrani yang dimaksud ayat diatas adalah pengikut Musa as dan Isa as yang taat pada jamannya dahulu ketika ajarannya belum diselewengkan, ketika Islam belum datang. Waraqah bin Nufail dan pendeta Bukhaira adalah salah satu contohnya.
Sedangkan yang dimaksud orang-orang Shabiin adalah penduduk negri Haran, yaitu kaum Shabi’ah. Haran adalah sebuah kota kuno di dataran Mesopotamia, kota dimana Ibrahim as pernah menetap sebelum pindah ke Kana’an di Palestina. Penduduk negri tersebut terpecah menjadi 2, sebagian penyembah patung dan sebagian lainnya penyembah agama tauhid yang dibawa nabi-nabi jaman dahulu. Shabi’ah kelompok kedua inilah yang djanjikan surga pada ayat di atas. Namun ada juga sebagian mufasirin yang berpendapat bahwa kaum Shabiin adalah kaum yang karena ketidak-tahuannya menyembah benda-benda langit seperti bintang dan lain-lain sebagai rasa syukur dan keyakinannya akan ke-Esa-an Sang Pencipta.
Namun memang tidak mudah mengajak manusia untuk kembali ke ajaran yang benar. Buktinya banyak diantara para Nabi dan Rasul yang dilecehkan oleh masyarakatnya hingga akhir hidup mereka sehingga ajarannyapun tidak berkembang. Banyak pula diantara mereka yang berhasil namun begitu mereka tiada ajarannyapun terhenti. Yang pasti, sebuah ajaran akan berhasil berkembang dengan baik dan memberikan hasil yang maksimal ketika pemimpinnya juga menerima dan mendakwahkan ajaran tersebut. Karena dengan demikian rakyat memiliki pelindung yang juga berpegang teguh pada hukum Allah SWT sehingga mereka dapat dengan tenang menjalankan kehidupan keberagamaan mereka.
”Hai orang-orang yang beriman, ta`atilah Allah dan ta`atilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya”.(QS.An-Nisa’(4):59).
Banyak bukti dan contoh keberhasilan orang-orang taqwa yang berhasil menjadi pemimpin masyarakat bernegara yang tercatat dalam Al-Quran dan sejarah, diantaranya adalah nabi Yusuf as yang pernah menjabat sebagai mentri Mesir, nabi Daud as dan putranya nabi Sulaiman as yang merupakan pendiri kerajaan Yahudi ribuan tahun yang lalu, kerajaan Himyar dan Aksum di Afrika serta yang terbesar adalah Madinah Al-Munawaroh, kota binaan Rasulullah Muhammad saw yang merupakan cikal bakal berdirinya kekhalifahan Islam yang agung. Kerajaan Islam ini membentang dari Andalusia di Spanyol, sepanjang Afrika Utara, seluruh semenanjung Arab, Asia Kecil, Asia Tengah, Eropa Timur dan Yunani hingga perbatasan timur negri China termasuk didalamnya daerah-daerah yang dahulunya dikuasai pihak kafir, yaitu kekuatan Barat (Nasrani) di Turki dan kekuatan Timur (Majusi) di Persia. Kekhalifahan ini berdiri selama 13 abad sejak tahun 622 M hingga tahun 1924 yang lalu.
” Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik “.(QS.An-Nuur(24):55)
Wallahu’alam bishawab.
Jakarta, 9/2008.
Vien AM
Excellent piece of writing, l quite agree with your submission. I will subscribe to your rss to keep up.