Banyak sekali ayat-ayat yang menunjukkan kemurkaan Allah SWT terhadap kaum yang mendustakan ayat-ayat-Nya, yang membunuh utusan-utusan-Nya, yang berbuat kejahatan serta kerusakan sehingga akhirnya Allah SWT mengazab negri mereka. Padahal negri-negri mereka ketika itu telah begitu maju. Allah menghukum mereka disebabkan kesalahan mereka sendiri.
“…… yang berbuat sewenang-wenang dalam negeri, lalu mereka berbuat banyak kerusakan dalam negeri itu, karena itu Tuhanmu menimpakan kepada mereka cemeti azab, sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mengawasi”.(QS.Al-Fajr (89):11-14).
Beberapa kota atau negri ada yang telah diketahui secara pasti lokasi dan bekas-bekasnya namun tidak sedikit pula yang tidak diketahui lokasi maupun asal-usulnya. Yang pasti sejarah mencatat bahwa pada tahun 1812 Johann Ludwig Burckhardt, seorang penjelajah mualaf berkebangsaan Swis telah menemukan sebuah situs arkeologi yang amat spektakuler, yaitu Petra yang berarti batu dalam bahasa Yunani, ’The Lost City’ di Yordania. Ketika itu Burckhardt datang ke lokasi tersebut karena mendengar kabar bahwa Harun as, saudara Musa as dimakamkan ditempat itu.
Kota ini terletak beberapa km disebelah selatan laut Mati, tersembunyi dibalik pegunungan Wadi Musa, sebuah pegunungan yang penuh bebatuan raksasa. Peninggalan kota ini sungguh menakjubkan. Tampaknya mereka telah berhasil mendirikan rumah dan istana mereka di lembahnya dengan cara memahat dinding-dinding batunya. Kota ini diperkirakan dibangun pada tahun 400 SM dan telah mengalami beberapa gempa bumi serta banjir besar hingga akhirnya hilang dalam kegelapan sejak sekitar tahun 400M. Yang menarik mereka menyembah berhala-berhala yang mereka namakan Al-Uzza, Al-Latta dan Al-Manna. Nama berhala yang sama yang disembah orang-orang Arab termasuk suku Quraisy di Mekah dan sekitarnya.
”Maka apakah patut kamu (hai orang-orang musyrik) menganggap Al Lata dan Al Uzza dan Manah yang ketiga, yang paling terkemudian (sebagai anak perempuan Allah)? Apakah (patut) untuk kamu (anak) laki-laki dan untuk Allah (anak) perempuan?Yang demikian itu tentulah suatu pembagian yang tidak adil. Itu tidak lain hanyalah nama-nama yang kamu dan bapak-bapak kamu mengada-adakannya; Allah tidak menurunkan suatu keteranganpun untuk (menyembah) nya. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti sangkaan-sangkaan, dan apa yang diingini oleh hawa nafsu mereka, dan sesungguhnya telah datang petunjuk kepada mereka dari Tuhan mereka”.(QS.An-Najm (53):19-23).
Sejarah juga mencatat bahwa pada tahun 97 M sebuah gunung bernama Vesuvius di Italia meletus dengan begitu hebatnya hingga menyebabkan kota Pompei hilang terkubur debu tebal serta lahar yang keluar dari gunung tersebut. Namun Allah SWT berkehendak agar kota tersebut tidak lenyap 100 persen. Saat ini dapat kita saksikan bahwa kota tersebut masih meninggalkan sisa-sisa yang sungguh mengerikan. Disana-sini berserakan jasad-jasad manusia yang masih dalam keadaan sempurna dengan berbagai posisi namun telah tidak bernyawa!
Sejarah juga mencatat bahwa peradaban Romawi ketika itu amat bejat. Mereka gemar berbuat maksiat. Hidup mereka bergelimang dengan kemewahan namun meraka melupakan nasib rakyatnya yang miskin dan menderita kelaparan. Korupsi dan perbudakan meraja-lela. Pada masa pemerintahan ini pula dijatuhkan ’ hukuman penyaliban ’bagi Isa as, yaitu pada sekitar tahun 33 M.
”dan Kami jadikan mereka sebagai pelajaran dan contoh bagi orang-orang yang kemudian”.(QS.Az-Zukhruf(43):56).
Berikut beberapa contoh yang tertulis dalam Al-Quran mengenai kaum dan negri yang dimusnahkan karena berbagai prilaku menyimpang penduduknya. Ini adalah kemurkaan Allah yang datang kepada mereka. Semoga kita dapat mengambil hikmahnya.
1. Kaum Nabi Nuh as.
Kaum Nuh as diperkirakan hidup pada sekitar 4000 SM atau lebih dari 25 abad setelah Adam as. Mereka menempati wilayah sekitar sungai Tigris dan sungai Efrat di Irak. Masyarakatnya sebagian besar hidup sebagai petani. Mulanya mereka menyembah Allah SWT semata namun seiring dengan berlalunya waktu merekapun menyembah berhala dan patung-patung.
Nabi Nuh as selama 950 tahun terus berdakwah mengajak kaumnya agar kembali ke jalan yang benar namun mereka tetap berkeras hidup dalam kesesatan. Hingga akhirnya Nuh as menyerah dan memohon kepada Allah SWT agar memberika hukuman kepada mereka.
“Nuh berkata: “Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorangpun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi. Sesungguhnya jika Engkau biarkan mereka tinggal, niscaya mereka akan menyesatkan hamba-hamba-Mu, dan mereka tidak akan melahirkan selain anak yang berbuat ma`siat lagi sangat kafir..”.(QS.Nuh(71):26-27).
“Dan buatlah bahtera itu dengan pengawasan dan petunjuk wahyu Kami, dan janganlah kamu bicarakan dengan Aku tentang orang yang zalim itu; sesungguhnya mereka itu akan ditenggelamkan..”(QS.Huud(11):37).
Begitulah akhir nasib kaum yang mendustakan Sang Khalik, Yang Maha Kuasa berbuat apapun. Kemudian dengan izin Allah, perahu besar itu terdampar di gunung Judi (pegunungan Ararat, wilayah timur Turki). Di tanah ini mereka membentuk masyarakat yang takwa dibawah bimbingan Nuh as, salah satu ulul azmi, Sang Rasul pilihan. Setelah jumlah mereka semakin banyak merekapun kemudian berpencar ke berbagai arah, sebagian pergi ke Jazirah Arab,sebagian lagi menuju ke Irak dan yang lainnya ada yang ke Utara, Barat maupun Selatan.
2. Kaum Nabi Hud as
Kaum ini dinamakan kaum ‘Aad, kotanya dinamai kota Iram. Mereka termasuk bangsa Arab dan tinggal di kawasan Al-Ahqaaf (kini Hadramaut), Yaman. Pada masa Nabi Hud as kaum ini telah mampu membangun gedung-gedung tinggi yang mewah. Mereka adalah orang-orang pertama yang membangun gedung-gedung seperti itu. Mereka memiliki harta yang melimpah. Sayang mereka tidak pandai bersyukur. Sebaliknya mereka malah menyombongkan diri dan merasa diri tidak ada yang lebih kuat dari mereka.
“Adapun kaum `Aad maka mereka menyombongkan diri di muka bumi tanpa alasan yang benar dan berkata: “Siapakah yang lebih besar kekuatannya dari kami?” Dan apakah mereka itu tidak memperhatikan bahwa Allah yang menciptakan mereka adalah lebih besar kekuatan-Nya dari mereka? Dan adalah mereka mengingkari tanda-tanda (kekuatan) Kami”. (QS.Fushilat(41):15).
Bahkan penduduknya lebih memilih menyembah berhala daripada menyembah Allah SWT. Nabi Hud as datang untuk memberi peringatan tetapi mereka terlalu congkak untuk mengakui kesalahan mereka. Oleh sebab itu Allah SWT menimpakan azab kepada mereka.
“Adapun kaum `Aad maka mereka telah dibinasakan dengan angin yang sangat dingin lagi amat kencang, yang Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam dan delapan hari terus menerus; maka kamu lihat kaum `Aad pada waktu itu mati bergelimpangan seakan-akan mereka tunggul-tunggul pohon korma yang telah kosong (lapuk). Maka kamu tidak melihat seorangpun yang tinggal di antara mereka”.(QS.Al-Haqqah(69):6-8).
Namun Allah SWT berkehendak agar bekas-bekas kota dimana kaum ’Aad pernah hidup tidak sama sekali lenyap. Pada tahun 1980 sekelompok peneliti yang tertarik akan keberadaan kota Iram di masa lalu, sengaja mengadakan penelitian di daerah Hadramaut. Dengan bantuan peralatan canggihnya, mereka berhasil merekam bekas kota tersebut melalui Pesawat Luar Angkasa The Challenger walaupun hanya sedikit sekali. Kota ini diperkirakan ada lebih dari 3000 tahun yang lalu di perbatasan antara Yaman dan Oman. Maha Benar Allah atas segala firman-Nya! Ini adalah peringatan bagi kaum yang akan datang.
“yang menghancurkan segala sesuatu dengan perintah Tuhannya, maka jadilah mereka tidak ada yang kelihatan lagi kecuali (bekas-bekas) tempat tinggal mereka. Demikianlah Kami memberi balasan kepada kaum yang berdosa”. (QS.Al-Ahqaaf (46):25).
3. Kaum Nabi Shaleh as.
Mereka adalah kabilah Tsamud, penduduk yang mendiami kawasan Al-‘Ala yang terletak diantara Madinah dan Tabuk. Mereka datang setelah kaum ‘Aad dan sebagaimana kaum ‘Aad mereka juga menyembah berhala-berhala. Mereka mendirikan rumah dan istana mereka dengan jalan memahat gunung-gunung.
”Dan ingatlah olehmu di waktu Tuhan menjadikan kamu pengganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah kaum `Aad dan memberikan tempat bagimu di bumi. Kamu dirikan istana-istana di tanah-tanahnya yang datar dan kamu pahat gunung-gunungnya untuk dijadikan rumah; maka ingatlah ni`mat-ni`mat Allah dan janganlah kamu merajalela di muka bumi membuat kerusakan”. (QS.Al-Araaf (7):74).
Nabi Shaleh as diutus untuk memperingatkan mereka agar mereka tidak mencontoh perbuatan kaum ’Aad. Nabi Shaleh diberi mukjizat seekor unta yang tidak akan habis air susunya walapun diminum oleh banyak orang. Namun mereka malah melecehkan peringatan Nabi Shaleh as dengan membunuh unta tersebut.
”Kemudian mereka sembelih unta betina itu, dan mereka berlaku angkuh terhadap perintah Tuhan. Dan mereka berkata: “Hai Shaleh, datangkanlah apa yang kamu ancamkan itu kepada kami, jika (betul) kamu termasuk orang-orang yang diutus (Allah)”. Karena itu mereka ditimpa gempa, maka jadilah mereka mayat-mayat yang bergelimpangan di tempat tinggal mereka”.(Q.Al-Araaf(7):77-78).
4. Kaum Nabi Syuaib as.
Penduduk Madyan tinggal di wilayah barat laut jazirah Arab, di wilayah antara Tabuk dan selatan Yordania. Penduduk daerah ini selain tidak mau menyembah kepada Allah juga sejak lama telah terbiasa berbuat kejahatan dan kecurangan. Perawakan mereka besar lagi kasar prilakunya. Mereka gemar mengurangi takaran dan timbangan dalam mencari keuntungan berdagang. Ditengah kaum yang seperti inilah Nabi Syuaib diutus. Ia dikenal sebagai seorang yang pandai dan penyantun di kalangan kaumnya. Keluarganya adalah keluarga yang dihormati.
”Dan kepada (penduduk) Mad-yan (Kami utus) saudara mereka, Syu`aib. Ia berkata: “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tiada Tuhan bagimu selain Dia. Dan janganlah kamu kurangi takaran dan timbangan, sesungguhnya aku melihat kamu dalam keadaan yang baik (mampu) dan sesungguhnya aku khawatir terhadapmu akan azab hari yang membinasakan (kiamat)”. (QS. Huud (11):84).
Penduduk Madyan adalah bukan orang-orang terpelajar. Mereka mengira bahwa kedudukan dan kehormatan di dunia adalah lebih mulia daripada Tuhan, Allah SWT yang telah menciptakan mereka. Oleh karena itu mereka tidak mau dan tidak mengerti apa yang dikatakan Syuaib as. Maka mereka tetap meneruskan kebiasaan buruk mereka hingga akhirnya Allah SWT menjatuhkan hukuman bagi mereka.
”Dan tatkala datang azab Kami, Kami selamatkan Syu`aib dan orang-orang yang beriman bersama-sama dengan dia dengan rahmat dari Kami, dan orang-orang yang zalim dibinasakan oleh satu suara yang mengguntur, lalu jadilah mereka mati bergelimpangan di rumahnya”. (QS. Huud(11):94).
5. Kaum Nabi Luth as.
Nabi Luth as adalah kemenakan Nabi Ibrahim as. Sebagaimana pamannya Luth juga diberi tugas ke-Rasul-an. Ia tinggal di kota Sodom, sebuah kota yang terletak di sebelah selatan Laut Mati. Masyarakat kota ini benar-benar telah tersesat jauh. Merekalah kaum pertama di dunia ini yang mempraktekkan perbuatan homoseksual, sebuah perbuatan yang sungguh hina dan nista.
“Dan (Kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (Ingatlah) tatkala dia berkata kepada kaumnya: “Mengapa kamu mengerjakan perbuatan faahisyah itu, yang belum pernah dikerjakan oleh seorangpun (di dunia ini) sebelummu?”. Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsumu (kepada mereka), bukan kepada wanita, malah kamu ini adalah kaum yang melampaui batas. Jawab kaumnya tidak lain hanya mengatakan: “Usirlah mereka (Luth dan pengikut-pengikutnya) dari kotamu ini; sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang berpura-pura mensucikan diri”. (QS.AL-A’raaf(7):80-82).
Nabi Luth berulang kali mengingatkan kaumnya agar mereka segera insyaf dan kembali ke jalan yang benar namun mereka malah berusaha mengusirnya, padahal Luth juga telah mengingatkan akan adanya azab Allah SWT yang berat. Luth sungguh merasa tidak berdaya. Akhirnya Allah SWT mengutus 2 malaikat untuk datang menemui Luth dengan menyamar sebagai manusia lelaki biasa.
Akan tetapi kaum yang terlaknat ini sungguh telah kehilangan akalnya. Mereka malah berusaha masuk kedalam rumah dan memaksa Luth as agar menyerahkan ke 2 tamunya tersebut. Demikian pula istri Luth as, ia termasuk orang-orang yang zalim.
”Dan sesungguhnya mereka telah membujuknya (agar menyerahkan) tamunya (kepada mereka), lalu Kami butakan mata mereka, maka rasakanlah azab-Ku dan ancaman-ancaman-Ku”.(QS.Al-Qamar(54):37).
”Maka tatkala datang azab Kami, Kami jadikan negeri kaum Luth itu yang di atas ke bawah (Kami balikkan), dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi, yang diberi tanda oleh Tuhanmu, dan siksaan itu tiadalah jauh dari orang-orang yang zalim”. (QS. Huud(11):82-83).
Itulah akhir kaum yang tidak mau menuruti hukum dan aturan-aturan Yang Menciptakannya, Yang Memilikinya, Yang Maha Berkuasa Atas Segala Sesuatu. Dan Allah SWT berkehendak agar kota tersebut menyisakan tanda-tandanya agar dijadikan pelajaran bagi kaum yang berikutnya.
”Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Kami) bagi orang-orang yang memperhatikan tanda-tanda. Dan sesungguhnya kota itu benar-benar terletak di jalan yang masih tetap (dilalui manusia)”. (QS.Al-Hijr(15):75-76).
Kota itu adalah kota Sodom, yang terletak di sebelah selatan Laut Mati. Yang hingga kini masih meninggalkan sisa-sisanya.
6. Kaum Nabi Musa as.
Nabi Musa as diutus mengajak kaum Fir’aun di Mesir yang selama berabad-abad menyembah dewa-dewa bahkan menganggap Fir’aun adalah Tuhan. Mereka adalah kaum yang amat tersesat dan tidak tahu bersyukur padahal Allah SWT telah menganugerahi negri ini dengan kekayaan yang begitu melimpah. Namun pemimpinnya sangat jahat dan keji.
”Sesungguhnya Fir`aun telah berbuat sewenang-wenang di muka bumi dan menjadikan penduduknya berpecah belah, dengan menindas segolongan dari mereka, menyembelih anak laki-laki mereka dan membiarkan hidup anak-anak perempuan mereka. Sesungguhnya Fir`aun termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan”. (QS.Al-Qashash(28):4).
Ketika Musa as memperkenalkan diri bahwa ia adalah utusan Allah dan Tuhan yang patut disembah hanyalah Allah SWT mereka malah mengolok-ngolok dengan membangun sebuah bangunan tinggi untuk ’melihat ’ Tuhannya Musa as. Setelah bertahun-tahun lamanya Nabi Musa mengajak Fir’aun dan kaumnya agar kembali ke jalan yang benar tanpa hasil yang memuaskan akhirnya Musa as memohon agar Allah SWT memberi mereka pelajaran.
”Musa berkata: “Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau telah memberi kepada Fir`aun dan pemuka-pemuka kaumnya perhiasan dan harta kekayaan dalam kehidupan dunia, ya Tuhan kami akibatnya mereka menyesatkan (manusia) dari jalan Engkau. Ya Tuhan kami, binasakanlah harta benda mereka, dan kunci matilah hati mereka, maka mereka tidak beriman hingga mereka melihat siksan yang pedih“. (QS.Yunus(10):88).
Namun meskipun Allah SWT telah memberikan begitu banyak cobaan dan Musa pun telah berulang kali memperingatkan akan adanya azab Allah, Fir’aun dan kaumnya tetap membangkang. Akhirnya Musa as bermunajat agar Allah SWT mendatangkan azab yang pedih.
”Kemudian Musa berdo`a kepada Tuhannya: “Sesungguhnya mereka ini adalah kaum yang berdosa (segerakanlah azab kepada mereka)”. (Allah berfirman): “Maka berjalanlah kamu dengan membawa hamba-hamba-Ku pada malam hari, sesungguhnya kamu akan dikejar dan biarkanlah laut itu tetap terbelah. Sesungguhnya mereka adalah tentara yang akan ditenggelamkan”.(QS.Ad-Dukhan(44):22-24).
Ketika Fir’aun melihat bahwa ajalnya telah hampir tiba ia segera mengakui kesalahan dan bertaubat. Namun nasi telah menjadi bubur, Allah SWT tidak menerima pengakuan dan taubat orang yang dalam sakratul maut, dimana ia telah melihat azab di pelupuk matanya, dimana ia tidak mempunyai pilihan selain bersaksi bahwa Tiada Tuhan yang patut disembah melainkan Allah. Sebaliknya Allah SWT berkenan menjadikan Fir’aun sebagai pelajaran bagi orang-orang yang datang kemudian yaitu dengan menyelamatkan badannya. Saat ini kita dapat menyaksikan jasad Fir’aun yang baru-baru ini ditemukan setelah ribuan tahun lamanya tenggelam di telan air laut. Jasad ini diabadikan di ’Museum of Cairo’, Mesir yang dapat dikatakan masih utuh bahkan pakaiannya hanya sebagian saja yang hancur!
7. Kaum Tubba’.
Kaum Tubba’ dan kaum Saba’ adalah dari keturunan yang sama. Mereka menempati wilayah yang sama pula, yaitu Yaman. Kaum yang hidup pada zaman Ratu Bilqis disebut kaum Saba’ sedangkan kaum Tubba’ hidup pada masa kerajaan Himyar. Berkat adanya waduk raksasa Ma’arib, daerah mereka subur dan makmur namun dengan hancurnya bendungan tersebut kini Yaman adalah daerah yang tandus, kering dan gersang. Daerah tersebut hanya ditumbuhi sedikit pepohonan, itupun kurang manfaatnya.
Sejarah mencatat bahwa pada sekitar tahun 525 M, raja Himyar yang bernama Dhu Nuwas mempunyai hubungan yang buruk dengan kerajaan Kristen Aksum di Etiopia. Ia melakukan penyerangan terhadap wilayah kerajaan Aksum yang terletak di jazirah Arab, yaitu kota Najran dan Zafar. Mereka membunuhi dan membantai musuh-musuhnya secara kejam dan biadab di kedua kota tersebut.
”Apakah mereka (kaum musyrikin) yang lebih baik ataukah kaum Tubba` dan orang orang yang sebelum mereka. Kami telah membinasakan mereka karena sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang berdosa”.(QS.Adh-Dukhan(44):37).
Akibat kebiadaban tersebut Romawi yang juga penganut Kristen menyerang Himyar hingga akhirnya kerajaan ini takluk dibawah kekuasaan Romawi. Namun beberapa waktu kemudian Abrahah, yang ketika itu adalah salah seorang raja muda kerajaan Aksum berhasil menguasai Himyar. Ia adalah seorang penganut Nasrani penyembah berhala. Raja ini mendirikan sebuah gereja besar di kota Sana’a, ibu kota Himyar. Gereja ini berdiri tinggi menjulang ditaburi dengan batu permata di setiap penjurunya dengan maksud agar dapat menyaingi Ka’bah di kota Mekkah yang ketika itu menjadi pusat pemujaan berhala di semenanjung Arab. Selanjutnya terjadilah persaingan sengit yang menjurus kepada kerusakan sehingga akhirnya Abrahah dengan membawa pasukan gajahnya berangkat ke Mekkah dengan maksud akan menghancurkan Ka’bah. Inilah yang dimaksud pasukan gajah dalam surat Al-Fiil.
”Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap tentara bergajah ? Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka (untuk menghancurkan Ka`bah) itu sia-sia? Dan Dia mengirimkan kepada mereka burung yang berbondong-bondong, yang melempari mereka dengan batu (berasal) dari tanah yang terbakar, lalu Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat)”.(QS.Al-Fiil(105):1-5).
Peristiwa ini terjadi pada tahun 570M , yaitu tahun kelahiran Rasulullah (oleh sebab itu tahun tersebut juga dikenal dengan nama tahun Gajah). Suku Quraisy tidak mampu menahan serangan pasukan Abrahah yang kuat. Abdul Muththalib, kakek Rasulullah, sebagai pemimpin ketika itu hanya mampu menyarankan agar sukunya bersembunyi. Ia mengatakan kepada Abrahah bahwa Ka’bah bukan milik suku Quraisy, Sang Pemiliklah yang akan mempertahankannya sendiri.
Setelah itu, orang-orang Quraisy yang bersembunyi di atas gua Hira’ menceritakan bahwa mereka melihat segerombolan burung-burung penyambar muncul dari arah lautan. Masing-masing burung tersebut membawa tiga buah batu, dua batu di masing-masing kedua kakinya dan satu batu lagi di paruhnya. Burung-burung tersebut menjatuhkan batu-batu yang dibawanya ke arah pasukan gajah yang dibawa Abrahah hingga sebagian besar mati. Abrahah sendiri dikabarkan pulang ke negrinya, Yaman dalam keadaan badannya hancur penuh luka bakar dan nanah. Ia tewas beberapa saat setelah tiba di tanah airnya.
Dan tak berapa lama kemudian terdengar berita bahwa waduk di negri tersebut ambruk. Berita yang sampai ke Mekkah ketika itu bermacam-macam. Ada yang mengatakan waduk ambruk karena hujan yang turun terus menerus, ada pula yang mengatakan karena gempa namun ada pula yang mengatakan karena adanya wabah tikus yang menggerogoti dasar waduk!
”Sesungguhnya bagi kaum Saba’ ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (Kepada mereka dikatakan): “Makanlah olehmu dari rezki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun”. Tetapi mereka berpaling, maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon Atsl dan sedikit dari pohon Sidr. Demikianlah Kami memberi balasan kepada mereka karena kekafiran mereka. Dan Kami tidak menjatuhkan azab (yang demikian itu), melainkan hanya kepada orang-orang yang sangat kafir”. (QS.Saba’(34):15-17).
Bagaimana pula dengan keadaan kita sekarang ini? Bukankah maksiat dan kejahatan telah merajalela ? Akankah Allah mengazab kita? Kapan? Sungguh beruntung, Rasulullah Muhammad saw adalah benar-benar seorang yang sangat sabar. Suatu ketika Rasulullah berdakwah, mengajak penduduk Tha’if, sebuah kota sejuk beberapa km tenggara kota Makkah agar mereka menyembah Allah swt. Namun Rasulullah malah diolok-olok, dikejar dan dilempari batu oleh penduduknya.
Dalam keadaan terluka, Rasulullah kemudian bersembunyi di sebuah kebun anggur. Tak lama kemudian muncul malaikat Jibril berkata, “Allah mengetahui apa yang telah terjadi antara dirimu dan penduduk kota Tha’if. Dia telah menyediakan malaikat di gunung-gunung di sini untuk menjalankan perintahmu. Jika engkau mau, maka malaikat-malaikat itu akan menabrakkan gunung-gunung itu hingga penduduk kota itu akan binasa. Atau engkau sebutkan saja suatu hukuman bagi penduduk kota itu.”
Namun apa jawaban Rasulullah saw? “Walaupun orang-orang ini tidak menerima ajaran Islam, aku harap dengan kehendak Allah, anak-anak mereka pada suatu masa nanti akan menyembah Allah dan berbakti kepada-Nya.” . Begitu jawaban Rasul.
Tampaknya inilah yang menjadi salah satu faktor mengapa ajaran Islam dapat tersebar ke seluruh penjuru dunia. Allah swt tidak berkehendak menurunkan azab-Nya yang pedih terhadap umat Muhammad saw begitupun Rasul. Bahkan sebagian ulama mengatakan tidak ada azab setelah turunnya Islam. Allah sungguh mengasihi umat akhir zaman dimana kita sekarang ini hidup. Namun jangan kita terus terbuai karena Allah hanya menunda azab tersebut bukan menghapusnya. Maka dimanakah rasa syukur kita yang telah diberi kesempatan begitu besar untuk bertaubat ? Hingga nafas di kerongkongankah sebagaimana yang diperbuat Fir’aun? Bukankah taubat yang demikian tidak bakal ditrima-Nya ?
” … hingga bila Fir`aun itu telah hampir tenggelam berkatalah dia: “Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan saya termasuk orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)”. Apakah sekarang (baru kamu percaya), padahal sesungguhnya kamu telah durhaka sejak dahulu, dan kamu termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan”. (QS.Yunus(10):90-91)
Wallahu’alam bishawab.
Jakarta, Agustus 2008.
Vien AM.
Leave a Reply