Banyak peninggalan bersejarah yang pantas dikunjungi di Yordania. Negara yang berbatasan dengan Suriah di sebelah utara, Arab Saudi di timur dan selatan, Irak di timur laut, serta Israel dan Tepi Barat di barat ini menyimpan sejarah para nabi. Karena letaknya yang menempel dengan Israel, Yordania yang beribu kota di Amman ini sejak lama telah menjadi negara tujuan terbesar bagi pengungsi Palestina. Rakyat Yordania adalah saksi dari dampak kekejaman Yahudi terhadap rakyat Palestina. Mereka telah lama hidup berdampingan dan mendengar serta menyaksikan sendiri penderitaan saudara-saudara mereka di pengungsian.
Melalui negara inilah sebagian besar orang yang ingin megunjungi Masjid Al-Aqsho’ dan Masjid As-Sakroh atau Dome Of The Rock di Yerusalem harus masuk. Setelah kunjungan ke Yerusalem yang hanya diperbolehkan (oleh pemerintah israel!)tidak lebih dari 1 malam usai, rombonganpun segera meninggalkan Palestina dan menuju Yordania untuk melanjutkan perjalanan mengunjungi makam para nabi dan situs-situs penting yang tertulis di Al-Quran.
Tujuan pertama adalah makam nabi Musa as. Seperti yang telah dikisahkan dalam Al-Quranul Karim, Musa as beserta kaumnya terpaksa hidup terkatung-katung di padang Tiih dalam penantian selama 40 tahun karena kaumnya tidak berani memasuki tanah Palestina. Padahal nabi Allah ini telah membebaskan mereka dari kekejaman Fir-aun sekaligus memimpin mereka keluar dari negri Mesir.
” Mereka berkata: “Hai Musa, kami sekali-sekali tidak akan memasukinya selama-lamanya, selagi mereka ada di dalamnya, karena itu pergilah kamu bersama Tuhanmu, dan berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami hanya duduk menanti di sini saja.”. Berkata Musa: “Ya Tuhanku, aku tidak menguasai kecuali diriku sendiri dan saudaraku. Sebab itu pisahkanlah antara kami dengan orang-orang yang fasik itu”. Allah berfirman: “(Jika demikian), maka sesungguhnya negeri itu diharamkan atas mereka selama empat puluh tahun, (selama itu) mereka akan berputar-putar kebingungan di bumi (padang Tiih) itu. …“(QS.Al-Maidah (5):24-26).
Dalam keadaan seperti inilah Musa as wafat dan kemudian kaumnya memakamkan beliau di sekitar tempat tersebut. Makam ini terletak 11 km selatan Jericho dan 20 km timur Yerusalem. Bus kecil yang kami tumpangi menyusuri jalan utama antara ke dua kota tersebut. Bus melaju di jalanan aspal yang mulus melalui perbukitan. Walaupun sepanjang jalan terlihat gersang namun sebenarnya sekali-sekali terlihat adanya pepohonan hijau diatas bebatuan diantara bukit pasir campur tanah tersebut. Udaranyapun sejuk tidak terlalu panas. Sebuah pemandangan yang sungguh unik dan mengesankan. Sekitar 2 km setelah melewati tanda yang menunjukkan ketinggian laut, buspun berbelok menuju makam nabi Musa. Makam ini ternyata terletak di salah satu ruang masjid yang berdiri di atas bukit.
Menurut Karim, guide berkebangsaan Palestina yang mendampingi kami, masjid yang memiliki 5 menara ini dibangun pada tahun 1269 M dibawah pemerintahan Abdul Al-Dhaher, seorang sultan Mameluk. Makam ini tidak tampak diperlakukan secara istimewa. Yang terlihat hanya peti yang dibungkus kain beludru hijau tua. Perbedaan mencolok yang terlihat hanyalah ukurannya saja yang lebih tinggi dan besar dari rata-rata peti mati pada umumnya. Masjid terlihat sepi. Hanya kami satu-satunya rombongan yang berkunjung pada hari itu. Setelah melaksanakan shalat tahiyatul masjid 2 rakaat, kami berkeliling melihat situasi masjid. Tiba-tiba muncul sepasang bule. ” Where is the tomb of Moses ?” tanya mereka. Dalam hati saya bertanya, bagaimana kira-kira perasaan mereka ya .. mengetahui bahwa makam nabi mereka itu ternyata berada di dalam sebuah masjid !
Setelah puas melihat-lihat keadaan sekitar kami kembali ke bus dan meneruskan perjalanan. Tujuan berikutnya adalah makam nabi Syu’aib yang terletak tidak terlalu jauh dari makam nabi Musa. Namun karena untuk menuju makam nabi tersebut harus melewati Laut Mati ( Dead Sea) maka kami singgah dahulu di pantai yang terkenal karena kadar garamnya yang tinggi tersebut. Kawasan ini merupakan titik terendah di dunia, yaitu 422 meter di bawah permukaan laut. Untuk menghindari telinga agar tidak sakit, kami harus beberapa kali menelan ludah seperti ketika kita berada di pesawat terbang pada ketinggian tertentu. Air garam dan bau khas laut makin lama makin terasa. Dari kejauhan lautpun mulai menampakkan diri.
Laut yang memiliki luas sekitar 1050 km2 ini sebenarnya lebih tepat disebut sebagai danau karena memang seluruhnya dikelilingi tanah, tidak ada jalan keluar menuju laut lepas. Laut ini sebagian dikuasai Yordania , sebagian Tepi Barat dan sebagian lainnya dikuasai Israel. Yang kami kunjungi saat ini adalah yang milik Yordania. Mengapa dinamakan Laut Mati? Karena tak satupun mahluk hidup mampu hidup didalamnya. Ini disebabkan kandungan garamnya yang 22-25% padahal rata-rata air laut hanya mempunyai kandungan garam 4-6%. Kami tiba di tempat wisata ini sekitar pukul 2 siang. Udara sangat cerah dan matahari panas mencorong.
Tempat ini ditata secara apik dan bersih. Hotel-hotel mewah berdiri berjajar di sepanjang pantai. Juga tampak beberapa bangunan mewah tempat perawatan kesehatan dan kecantikan. Garam dan lumpur hitam yang diambil dari laut ini memang dikenal banyak manfaatnya. Keduanya dijadikan bahan kosmetika dan obat-obatan yang dikenal ke manca negara dan merupakan salah satu komoditi penting eksport negri yang dipimpin oleh raja Abdullah II ini. Sambil menikmati keindahan pantai, kami menyantap makanan yang dihidangkan restoran yang sudah menjadi paket perjalanan yang kami sewa ini.
Setelah itu kami segera mencoba mencemplungkan kaki ke laut dan sedikit mencicipi airnya. Wuuihh …bukan asin lagi ..tapi pahit! Makin sore makin banyak wisatawan datang. Dari jauh terlihat sebagian besar tamu lelaki melumuri badan mereka dengan lumpur hitam yang diambil dari pinggir dasar laut. Sebagian lain ‘merebahkan’ diri di atas air dan membiarkan dirinya mengapung dengan santai.
Sekitar pukul setengah 5 kami kembali meneruskan perjalanan. Tak sampai 20 menit kami telah tiba di makam nabi Syu’aib as, mertua nabi Musa as. Sama seperti makam nabi Musa, makam Nabi Syu’aib juga berada didalam sebuah masjid. Masjid ini terletak di ketinggian diantara bukit-bukit pasir yang mengitarinya. Tak tampak keistimewaan baik di makam maupun masjid. Tak tampak pula adanya kehidupan di sekitarnya. Lokasi ini jauh dari keramaian. Meski begitu keduanya terlihat terawat. Kaum Syu’aib adalah kaum yang diazab Allah karena tidak mau menyembah Allah swt serta suka mengurangi takaran dan timbangan dalam rangka mencari keuntungan berdagang.
” Dan tatkala datang azab Kami, Kami selamatkan Syu`aib dan orang-orang yang beriman bersama-sama dengan dia dengan rahmat dari Kami, dan orang-orang yang zalim dibinasakan oleh satu suara yang mengguntur, lalu jadilah mereka mati bergelimpangan di rumahnya. Seolah-olah mereka belum pernah berdiam di tempat itu. Ingatlah, kebinasaanlah bagi penduduk Mad-yan sebagaimana kaum Tsamud telah binasa”.(QS.Huud(11):94-95).
Selanjutnya kami menuju Gua Kahfi. Ada beberapa pendapat mengenai keberadaan gua yang kisahnya diabadikan di Al-Quran ini. Ada yang mengatakan gua tersebut berada di Suriah, ada pula yang mengatakan di Turki dan ada yang berpendapat di Yordania. Namun kebanyakan berpendapat bahwa gua yang di Yordania adalah yang paling benar. Wallahu’alam. Gua yang di Yordania inilah yang kami kunjungi.
Gua ini terletak di perkampungan Al-Rajib dan berjarak sekitar 1.5 km dari kota Abu A’landa dekat kota Amman. Di dekat gua tersebut sekarang telah berdiri sebuah masjid besar. Saat ini suasana di sekitar gua tidak mencerminkan bahwa dulunya gua ini jauh dari keramaian. Masjid kelihatan aktif digunakan dan guapun telah ditata apik. Bahkan didalam gua telah ditempatkan sebuah lemari kaca yang berisi peninggalan para penghuni gua. Tulang-belulang para penghuninyapun telah disimpan dengan baik di tempat aslinya yaitu di bawah tempat tidur batu mereka. Kemudian ditutup kaca serta diberi sedikit penerangan agar tulang tidak cepat rusak namun tetap bisa dilihat pengunjung.
” Nanti (ada orang yang akan) mengatakan (jumlah mereka) adalah tiga orang yang keempat adalah anjingnya, dan (yang lain) mengatakan: “(Jumlah mereka) adalah lima orang yang keenam adalah anjingnya”, sebagai terkaan terhadap barang yang gaib; dan (yang lain lagi) mengatakan: “(Jumlah mereka) tujuh orang, yang kedelapan adalah anjingnya”. Katakanlah: “Tuhanku lebih mengetahui jumlah mereka; tidak ada orang yang mengetahui (bilangan) mereka kecuali sedikit”. Karena itu janganlah kamu (Muhammad) bertengkar tentang hal mereka, kecuali pertengkaran lahir saja dan jangan kamu menanyakan tentang mereka (pemuda-pemuda itu) kepada seorangpun di antara mereka” .(QS.Al-Kahfi(18):22).
Yang unik. Sebelum masuk gua, para pengunjung perempuan diharuskan memakai jubah hitam panjang yang disediakan penjaga gua. Lucu juga, seperti tokoh-tokoh sihir Harry Potter : – ) Menjelang magrib kami memasuki kota Amman, makan di restoran Thailand yang terkenal enak di kota tersebut kemudian masuk hotel dan istirahat, bersyukur telah diberi kesempatan melihat situs peninggalan beberapa nabi dan kisah yang diceritakan Al-Quran. Sayang kami batal mengunjungi makam nabi Ibrahim karena makam ini terletak di kota Hebron, Tepi Barat yang dijaga ketat tentara Israel. Juga lokasi kaum nabi Luth yang diazab karena hubungan sesama jenis merajalela. Kota itu diberi nama kota Soddom yang terletak ditepi Laut Mati, sekitar 60 km dari pantai yang kami kunjungi sore tadi. Sayang sekali….
Jakarta, 12/2008.
Vien AM.
Subhanallah wal hamdulillah…Allahu Akbar. Barakallah….
Subhanallah….alhamdulillah…Allahu Akbar…. Barakallah..