Feeds:
Posts
Comments

Archive for April 13th, 2009

Dewasa ini dapat dilihat secara kasat mata bahwa kaum perempuan dari semua lapisan, baik formal maupun informal, ke luar rumah untuk bekerja. Pekerjaan mereka sangat bervariasi, mulai hanya sebagai PRT (Pembantu Rumah Tangga), buruh pabrik, karyawan perusahaan, artis, staf pengajar, konsultan, perawat, dokter hingga staf ahli bahkan jabatan setingkat mentri. Alasan mereka bekerjapun beraneka-ragam. Ada yang memang karena kebutuhan hidup, ada yang sekedar untuk menambah pendapatan suami/keluarga, ada yang untuk mengisi waktu luang, ada yang dengan tujuan mengamalkan ilmu dan ada pula yang demi mengejar karier dan cita-cita. Tetapi ada juga yang sekedar menuruti kemauan suami.

Namun disisi lain pengangguranpun merebak dimana-mana. Penyebabnya bermacam-macam. Mulai dari adanya kasus PHK (Pemutusan Hubungan Kerja), lapangan kerja yang terbatas, rendahnya tingkat pendidikan, kurangnya ketrampilan atau pengalaman hingga sekedar alasan kemalasan semata! Padahal normalnya laki-laki dalam Islam seharusnya bertanggung-jawab atas ekonomi keluarganya. Bahkan wajib hukumnya. Jadi sungguh berdosa besar laki-laki yang tidak mau menafkahi keluarganya kecuali dengan alasan cacat atau sakit yang tidak memungkinkannya bekerja.

Dari sini terkesan bahwa telah terjadi persaingan tersembunyi antara laki-laki dan perempuan dalam mendapatkan pekerjaan. Fenomena inilah yang mengusik hati penulis untuk mencoba mencari jawabnya.

Allah swt menciptakan manusia laki-laki dan perempuan sebagai pasangan. Sang Pencipta menghendaki agar mereka hidup berdampingan, saling membantu, saling melengkapi dan saling mengisi. Ini adalah bagian dari aturan/sistim Allah, sebuah fitrah. Perumpamaannya seperti tangan kanan dengan tangan kiri atau kaki kanan dengan kaki kiri. Atau pembagian tugas antara jantung, paru-paru, ginjal dll. Masing-masing memiliki tugas yang khas yang tidak mungkin saling menggantikan. Begitu juga halnya mengapa Ia menciptakan matahari dan bulan yang bekerja sama dalam sebuah tatanan yang rapi dan teratur. Tidak mungkin keduanya saling iri atas tugas masing-masing. Matahari tidak mungkin mendahului bulan apalagi menggantikan fungsinya demikian pula sebaliknya.

Begitupun alam semesta dan segala isinya. Bila aturan dan sistim ini dilanggar maka akan terjadi kerusakan yang dampaknya bisa jadi baru terasa puluhan tahun kemudian. Inilah yang sedang terjadi di bumi kita tercinta. Exploitasi alam diantaranya penggalian barang-barang tambang, pengerukkan pasir sungai dan pantai secara sembarangan memberikan dampak kerusakan yang luar biasa. Lingkungan dan ekosistim alam menjadi terganggu. Para ilmuwan sepakat bahwa hal ini adalah salah satu penyebab terjadinya pemanasan global dewasa ini.

Menurut pendapat penulis, persaingan mencari lapangan pekerjaan diantara laki-laki dan perempuan yang tejadi belakangan ini juga berpotensi merusak keseimbangan sistim alam/fitrah manusia. Sungguh tidak masuk akal, kedua jenis kelamin berlawanan ini berkutat pada satu bidang yang sama, yaitu mencari nafkah. Sementara bidang lain yang bisa dikatakan bahkan jauh lebih penting justru diterbengkalaikan. Perempuan bagaimanapun juga adalah kaum ibu yang sangat diharapkan keberadaannya sebagai pendidik awal anak, sebagai pewaris generasi. Ini adalah sebuah kehormatan yang tidak seharusnya disia-siakan.

Jepang dikenal sebagai salah satu negara termaju di dunia. Tahukah rahasia mereka? Ternyata bangsa ini adalah bangsa yang sangat menghargai kaum ibu. Mereka menganggap bahwa keberhasilan bangsa mereka disebabkan peran ibu dalam mendidik anaknya. Peran ganda seorang perempuan sebagai seorang ibu, terutama bagi anaknya yang masih balita, sekaligus sebagai perempuan pekerja dianggap ‘chuto hanpa’, yaitu peran tanggung yang tidak populer. Mereka lebih senang memilih menjadi ibu atau tidak sama sekali!

Jadi ibu adalah pilihan profesional.Hal ini didukung secara resmi oleh pemerintah. Oleh karenanya hak dan kewajiban masing-masing dilindungi oleh undang-undang. Dan demi mendukung kesuksesan masing-masing karir yang dipilih, pemerintah menyediakan sarana dan prasarana yang sama besarnya. Perempuan yang tidak/belum menikah ataupun ibu yang tidak memiliki anak namun mempunyai minat, kepandaian dan kemampuan untuk berprestasi besar, mereka diberi kesempatan untuk menduduki jabatan tinggi. Sementara perempuan yang mempunyai anak dan memilih menjadi ‘ibu’, pemerintah menyediakan fasilitas yang baik agar mereka dapat mendidik anak-anaknya tanpa khawatir kekurangan materi. Tak heran jika anak-anak di Jepang , laki-laki maupun perempuan, sangat menyayangi dan mengagumi ibu-ibu mereka. Para ibu dianggap sebagai jelmaan Dewi Amaterasu yang dipuja oleh bangsa Jepang.

”Barangsiapa yang mempunyai dua saudara perempuan atau anak perempuan kemudian ia berbuat baik kepada mereka selama bersamanya maka aku dan dia masuk surga seperti ini, sambil memperagakan kedua jari tangannya”. (HR Al Khathib).

Dengan kata lain, imbalan mendidik kaum perempuan, di dunia adalah kunci keberhasilan sebuah bangsa sedangkan di akhirat adalah surga. Karena dengan mendidik anak perempuan sejak dini dengan baik, berarti kita telah mempersiapkan calon ibu/calon pendidik yang akan mendidik anaknya dengan baik pula. Anak adalah generasi penerus dan pewaris bangsa serta agama. Di tangan para ibulah terutama bergantung akhlak, moral serta prilaku mereka. Oleh karenanya wajib bagi perempuan untuk menjadikan dirinya pandai, terdidik serta ketauladanan bagi anak-anaknya.

Simak surat RA Kartini yang ditulis pada tahun 1902 berikut : ”Kami di sini meminta, ya memohonkan, meminta dengan sangatnya supaya diusahakan pengajaran dan pendidikan anak-anak perempuan, bukanlah sekali-kali karena kami hendak menjadikan anak-anak perempuan itu saingan orang laki-laki dalam perjuangan hidup ini, melainkan karena kami, oleh sebab sangat yakin akan besar pengaruh yang mungkin datang dari kaum perempuan-hendak menjadikan perempuan itu lebih cakap melakukan kewajibannya, kewajiban yang diserahkan oleh Alam sendiri ke dalam tangannya: menjadi ibu-pendidik manusia yang pertama-tama”. (4 Oktober 1902 Kepada Tn Anton dan Nyonya. Habis Gelap Terbitlah Terang terjemahan Armijn Pane. PN Balai Pustaka 1985).

Alllah swt menciptakan perempuan dengan ciri khas rahim yang dimilikinya. Didalam rahim inilah tumbuh awal kehidupan janin. Rahim yang berarti kasih sayang mengisyaratkan bahwa kaum perempuan dengan kasih sayang keibuannya adalah orang yang paling tepat dan pas untuk mendidik serta merawat anak-anaknya.

Namun demikian, ini tidak berarti Islam melarang perempuan untuk beraktifitas di luar rumah. Bahkan setelah perempuan dapat menjalankan kewajiban dan memprioritaskan dirinya sebagai istri dan ibu, ia wajib berdakwah/mengajak lingkungannya menuju kebaikan. Ia wajib mengajarkan ilmu yang dimilikinya dengan tujuan agar terbentuk masyarakat sosial yang beradab, santun, bersih dan sehat. Ia diizinkan meninggalkan rumah selama keadaan aman, dengan syarat ia menutup aurat, dapat menjaga dirinya dengan baik serta menjauhkan diri dari fitnah.

Termasuk juga bekerja mencari nafkah dalam rangka membantu suami/keluarga bila suami memang tidak dapat mencukupi kebutuhan pokok keluarga dan mengizinkannya. Maka jika semua ini dikerjakan dalam rangka ketakwaan dengan tujuan agar seluruh anggota keluarga dapat dengan tenang menjalankan kewajibannya untuk mencari ridho’ Allah swt., amal ibadah tersebut akan dihitung sebagai sedekah istri/anak perempuan bagi suami dan keluarganya.

Penulis berharap semoga tulisan ini dapat menggugah dan menjadi bahan renungan bagi kaum perempuan dan pemerintah khususnya. Karena hal ini ternyata sangat relevan dalam mewujudkan cita-cita Ibu Kartini dan sejalan pula dengan UU Pernikahan RI 1974, UU Perlindungan Anak 2002 bahkan sejalan dengan ajaran Islam serta seirama dengan hati nurani kaum ibu Indonesia pada umumnya.

Wallahu’alam.

Jakarta, Juli 2008.

Vien AM.

Baca e-Book lengkap click : http://vienmuhadisbooks.wordpress.com/

Read Full Post »

Harus diakui manusia adalah bagian kecil dari jagat raya ini. Ia adalah awak kapal angkasa bernama Bumi yang melaju sepanjang tahun mengelilingi Matahari dengan kecepatan 107.275 kilometer perjam! Selama 4.5 milyar tahun jagat raya telah menunjukkan kepatuhannya terhadap sistim yang diciptakan Sang Maha Kuasa yang Maha Cerdas, Dialah Allah Azza wa Jalla. Dan kita tahu tak satupun diantara anggota yang berada di jagat tersebut berusaha melawan dan keluar dari aturan-aturan tersebut. Tampaknya hanya manusia satu-satunya anggota yang ingin melepaskan diri dari keterikatan tersebut. Hal ini dapat dipahami karena Allah SWT memang mengizinkannya. Manusia memang diciptakan sebagai mahluk bebas, sebagai pemimpin, sebagai khalifah walaupun hanya sebatas di muka bumi.

Tidak seperti mahluk atau benda langit seperti matahari, bulan, bintang maupun mahluk bumi lain seperti tumbuhan dan binatang, manusia diberi kebebasan untuk memilih, yaitu bertakwa atau menentang. Bila manusia memilih untuk bertakwa maka atas izin Allah SWT bumi dan seluruh isinya akan berada dalam ketenangan, keadilan dam kemakmurannya. Sebuah keadilan yang hakiki, yang berlaku bagi seluruh umat manusia apapun warna kulitnya, status ekonominya, laki-laki maupun perempuan, anak-anak maupun dewasa. Demikian pula flora dan faunanya. Dan bila Allah menghendaki ia akan tetap menjadi bagian dari simphoni zikir jagat raya yang telah dan akan meneruskan perjalanannya yang berdasarkan pengamatan para astronom, bersama milyaran matahari dan planet-planetnya akan menggenapi revolusi mengelilingi pusat Galaksi dalam tempo 200-250 juta tahun! Wallahu’alam.

Sebaliknya bila manusia memilih menentang aturan-Nya dan memutuskan untuk keluar dari sistim yang diciptakan-Nya maka bumi beserta isinyapun akan terlepas dari sistim tersebut. Bumi dan seluruh isinya akan mengalami kehancuran dan porak poranda. Dan manusia dengan segera harus mempertanggung-jawabkan keputusannya tersebut.

“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran”.(QS.Al-Ashr(103:1-3).

Itu sebabnya Islam berkali-kali mengingatkan bahwa manusia adalah umat yang satu. Dalam rangka menjalankan tugas kekhalifahan manusia harus bersatu, saling mengingatkan, saling menasehati, agar manusia selalu ingat apa sesungguhnya tujuan dan tugas manusia. Tugas kekhalifahan adalah tugas yang maha berat. Tugas ini bukan sekedar tugas dan tanggung-jawab perorangan melainkan tugas dan tanggung-jawab semua manusia secara gotong-royong. Ini pula yang menjadi salah satu hikmah mengapa Islam sangat menganjurkan shalat berjamaah, terutama bagi kaum laki-laki. Itu pula sebabnya mengapa setiap Muslim sebagai manusia yang telah memiliki ilmu yang benar wajib berdakwah, mengajak dan mengingatkan orang lain apa sebenarnya tugas manusia.

Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, …….”.(QS.Al-A’raf(7):96).

Rupanya Sang Maha Pencipta telah mempersiapkan salah satu bagian dari alam semesta ini sebagai tempat tinggal manusia, yaitu planet Bumi yang akan ditempati hingga waktu yang telah ditentukan.

Kita tahu, salah satu kebutuhan utama manusia adalah keberadaan air. Ilmu pengetahuan sains membuktikan bahwa dalam tata surya kita, Bima Sakti, air berwujud cair hanya ditemukan di bumi. Bahkan 70% permukaan bumi tertutup air. Begitu pula halnya dengan Oksigen yang merupakan kebutuhan vital bagi pernafasan. Oksigen tidak ditemukan keberadaannya di satupun planet lain kecuali planet bumi. Selain air dan Oksigen, manusia juga membutuhkan panas matahari yang pas. Dan ternyata jarak sebesar 147.072.376 kilometer antara bumi dan matahari serta derajat kemiringan sumbu bumi terhadap bidang orbitnya, yang 23.5 derajat tersebutpun memberi pengaruh terhadap suhu dan musim yang ada di bumi ini sehingga menjadi sangat ideal untuk kehidupan.

 

Kemudian dengan adanya lapisan ozon, maka manusia dan juga mahluk lainnya terlindung dari bahaya sinar ultraviolet yang dipancarkan matahari. Sedangkan sabuk magnet ‘Van Allen’, yaitu daerah medan magnet yang terdapat pada lapisan teratas atmosfer bumi, melindungi bumi dari bahaya jatuhnya benda-benda langit seperti meteorit dan sebagainya, yang diketahui sering menimpa planet-planet lain. Inilah yang disebut ‘atap yang terpelihara’ dalam ayat Al-Quran.

“Dan Kami menjadikan langit itu sebagai atap yang terpelihara, sedang mereka berpaling dari segala tanda-tanda (kekuasaan Allah) yang terdapat padanya.”(QS.Al-Anbiyaa(21):32).

Tugas manusia terbagi atas 3 kelompok utama, yaitu :

1. Menjaga hubungan dengan Sang Pencipta.

2. Menjaga hubungan antar sesama manusia.

3. Menjaga hubungan dengan alam semesta.

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku”.(QS.Azd-Dzariyat(51):56).

Pada hakekatnya, tugas manusia di bumi ini adalah untuk hanya menyembah kepada-Nya. Tugas kekhalifahan yang dibebankan kepada manusia sesungguhnya merupakan bentuk penyembahan kepada-Nya. Segala sesuatu yang dikerjakan dalam rangka dan hanya dikarenakan-Nya adalah ibadah. Ibadah inilah yang nantinya akan diperhitungkan di hari akhir kelak, surga atau neraka. Karena tempat kembali memang hanya dua yaitu, surga atau neraka. Sebaliknya segala perbuatan, walaupun perbuatan itu baik di mata manusia pada umumnya sekalipun, bila niatnya tidak karena-Nya, maka di akhirat kelak hal tersebut tidak akan diperhitungkan.

Dari Ibnu Mas’ud ra, ia berkata : Saya bertanya kepada Rasulullah saw, “Dosa apakah yang paling besar?”. Beliau bersabda:”Engkau membuat sekutu bagi Allah, padahal Dialah yang menciptakanmu”. Aku bertanya lagi : “Kemudian apa?”. Beliau bersabda :”Engkau membunuh anakmu karena takut ia akan makan bersamamu”. Aku bertanya lagi :”Kemudian apa?”. Beliau bersabda: ”Engkau berzina dengan istri tetanggamu”.

Bahkan perbuatan seperti shalat, zakat dan puasa bila tidak disebabkan oleh-Nya maka akan menjadi sia-sia belaka. Ibadah apapun yang dilakukan karena keterpaksaan tidak memiliki arti dalam pandangan Allah SWT. Yang diinginkan-Nya hanyalah keikhlasan dan ketulusan. Jadi sesungguhnya kunci ibadah adalah hati, karena hanya di hati adanya niat.

“Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya, orang-orang yang berbuat riya”.(QS.Al-Maa’un(107):4-6).

Rasulullah bersabda :”Barangsiapa yang mencintai karena Allah SWT, membenci karena Allah SWT, memberi karena Allah SWT dan melarang karena Allah SWT maka ia telah mencapai kesempurnaan Iman”.

Wallahu’alam.

Jakarta, April 2009.

Vien AM.


Baca e-Book lengkap click

 

 

http://vienmuhadisbooks.wordpress.com/category/perjalanan-sang-khalifah-2-the-true-game/

 

Read Full Post »