Pada suatu malam lebih kurang satu tahun sebelum Hijrah, Rasulullah diberangkatkan dari Masjidil Haram di Mekah menuju Masjidil Aqsa di Palestina untuk kemudian dibawa naik ke langit dengan menunggangi seekor Bouraq, ditemani malaikat Jibril.
“Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat”. (QS.Al-Isra(17):1).
Disanalah Rasulullah Muhammad SAW mendapat perintah untuk menjalankan shalat sehari 5 waktu.
Diriwayatkan dari Anas bin Malik ra, bahwa Rasulullah bersabda :”…Lalu Allah mewahyukan kepadaku suatu wahyu, yaitu Dia mewajibkan shalat kepadaku 50 kali sehari semalam. Lalu aku turun dan bertemu dengan Musa as. Dia bertanya, “Apa yang telah difardhukan Tuhanmu atas umatmu?” Aku menjawab, “Shalat 50 kali sehari semalam”. Musa berkata, “Kembalilah kepada Tuhanmu dan mintalah keringanan karena umatmu tidak akan mampu melakukannya. Akupun telah menguji dan mencoba Bani Israel”. Maka akupun kembali kepada Tuhanku, lalu berkata, “Ya Tuhanku, ringankanlah bagi umatku, hapuslah lima kali.” Lalu aku kembali kepada Musa seraya berkata, Tuhanku telah menghapus lima kali shalat”. Musa berkata, “Sesungguhnya umatmu tidak akan sanggup shalat sebanyak itu. Kembalilah kepada Tuhanmu dan mintalah keringanan”. Maka aku bolak-balik antara Tuhanku dan Musa as hingga Dia berfirman, “Hai Muhammad, yang 50 kali itu menjadi 5 kali saja. Setiap kali setara dengan 10 kali sehingga sama dengan lima puluh kali shalat……”. Akupun turun hingga bertemu lagi dengan Musa as dan mengatakan kepadanya bahwa aku telah kembali kepada Tuhanku sehingga aku malu kepada-Nya”. (HR Muslim).
Jadi dapat disimpulkan betapa tinggi dan istimewanya kedudukan shalat dimata Allah SWT. Namun untuk mengerjakan perintah ini sesungguhnya diperlukan pengetahuan dan pemahaman yang benar agar shalat tersebut diterima dan mendapatkan ridho’ Allah SWT.
Ibnu Mas’ud berkata : “Saya bertanya kepada Rasulullah SAW, “Pekerjaan apakah yang paling utama?. Beliau bersabda : “Shalat tepat waktu”. Saya bertanya, “Kemudian apa?”. Beliau bersabda, “Berjihad dijalan Allah”. Saya bertanya, “Kemudian apa?”. Beliau bersabda,”Berbuat baik kepada ibu-bapak”.
Ketika shalat, kita diwajibkan untuk membaca surah Al-Fatihah. Surat ini juga dinamai Ummul-Quran yang berarti ibu atau inti Quran. Membaca Al-Fatihah dalam shalat adalah rukun shalat. Dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda :“Barangsiapa yang mendirikan shalat tanpa membaca Ummul-Quran maka shalatnya tidak sempurna”; “Tidaklah berpahala shalat yang didalamnya tidak dibaca Ummul-Quran”.
Allah bersabda :”Dan sesungguhnya Kami telah berikan kepadamu tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang dan Al Qur’an yang agung”. (QS.Al-hijr(15):87).
Surat yang dimaksud dalam ayat diatas ini adalah surat Al-Fatihah yang terdiri dari 7 ayat, yang wajib dibaca pada setiap rakaat oleh kaum Muslimin ketika shalat.
” Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam, Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Yang menguasai hari pembalasan. Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan ni`mat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat”. (QS.Al-Faatihah(1):1-7).
Surat ini memiliki makna yang amat padat dan mendalam; suatu penghambaan yang dimulai dengan menyebut sifat utamanya, yaitu Pengasih dan Penyayang, pujian yang hanya milik-Nya, yang menguasai hari Pembalasan, yang hanya kepada-Nya kita memohon pertolongan agar kita tidak tersesat, memohon hidayah dan bimbingan sebagaimana yang telah Ia berikan kepada para nabi, para shiddiqin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang yang saleh dan memohon agar kita terhindar dari jalan kebathilan, sebagaimana yang ditempuh kaum Yahudi yang dimurkai-Nya karena tidak memiliki amal dan banyak membunuh para nabi maupun kaum Nasrani yang tersesat karena tidak memiliki pengetahuan yang benar. Jadi sesungguhnya jalan yang dikendaki dan diridho’i-Nya adalah jalan yang berdasarkan pengetahuan yang benar beserta pengamalannya, bukan hanya salah satunya.
Jepang adalah suatu negara yang dikenal luas akan kedisiplinannya. Rupanya masyarakat negri matahari terbit ini sejak lama telah memiliki kebiasaan mengulang-ngulang kalimat tertentu seperti kalimat “ Aku juara! ” seratus kali dalam sehari. Teori ini disebut “Repetitive Magic Power’ yang terbukti mampu merealisasikan apa yang diucapkan tersebut dan menjadikannya motivasi untuk mencapai suatu cita-cita.
Begitu pula dengan shalat. Bacaan yang diulang-ulang yang dimengerti maknanya, apalagi bila dilaksanakan secara khusu’, teratur dan berkesinambungan pasti akan melahirkan manusia-manusia yang penuh ketakwaan. Jadi shalat sebenarnya adalah suatu pembinaan diri yang nantinya akan memberi keuntungan bagi pelakunya, yang dapat memberinya ketenangan batin, kedekatan akan Tuhannya.
Bacaan Syahadat dalam shalat, bacaan yang diucapkan minimal 9 kali dalam sehari dimaksudkan agar kita selalu ingat akan janji untuk hanya menyembah kepada-Nya dan mengakui Muhammad SAW sebagai utusan-Nya.
Sedangkan makna dibalik ucapan “Allahu Akbar” yang mengawali sahnya shalat seseorang yang berarti “Allah Maha Besar” bila direnungkan dengan penuh kesadaran, sesungguhnya mengandung hikmah suatu penghambaan mutlak hanya kepada-Nya. Dialah yang Maha Besar, kita, manusia adalah kecil. Apapun yang terjadi pada diri kita ini sesungguhnya atas izin dan kehendak-Nya. Kita adalah kecil karena kita tidak memiliki kekuasaan maupun kekayaan apapun dibanding Dia. Dialah yang Maha Mengetahui segala sesuatu. Ilmu yang kita miliki tidak ada artinya dengan apa yang dimiliki-Nya. Semua yang ada pada kita sesungguhnya hanya titipan-Nya yang pada saatnya nanti harus dikembalikan dan dipertanggung-jawabkan. Bahkan kitapun tidak memiliki kuasa untuk menolak ketika Ia memanggil kita untuk kembali kepada-Nya dimanapun dan dalam keadaan apapun kita berada. Maka dengan demikian sungguh hanya kepada-Nya kita patut menyembah, memohon bantuan dan berserah diri atas ketetapan-Nya.
Bacaan Allahu-Akbar ini terus kita ulang-ulang paling tidak 5 kali dalam satu rakaat atau berarti minimal 85 kali dalam sehari. Bacaan ini dibaca setiap kali kita merubah gerakan. Hal ini memberi makna bahwa dalam keadaan apapun seperti berdiri, duduk, berbaring, sujud maupun ruku’, ketika kita dalam keadaan susah maupun senang, sakit maupun sehat kita harus senantiasa mengingat kebesaran-Nya.
Demikian pula bacaan lain seperti do’a Iftitah yang dibaca setelah takbiratul Ikhram, sebagai berikut : “…Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam” (QS.Al-An’aam(6:162) yang diucapkan dalam shalat kita minimal 5 kali dalam sehari . Adakah kita benar-benar memahami makna ikrar, janji kita tersebut?
Setelah membaca do’a Iftitah, surat Al-fatihah dan salah satu surat ataupun ayat Al-Quran kita rukuk sambil membaca bacaan yang mem-besar-kan nama-Nya. Begitu bangun dari rukuk kita membaca ” Sami’ Allahu liman hamidzah” yang artinya : Allah mendengar siapa yang memuji-Nya“. Artinya kita diingatkan agar dalam shalat bersungguh-sungguhlah karena Ia mendengar kita! Ini harus benar-benar kita yakini.
“Dan bertawakkallah kepada (Allah) Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang, Yang melihat kamu ketika kamu berdiri (untuk shalat) dan (melihat pula) perobahan gerak badanmu di antara orang-orang yang sujud “.(QS. Asy-Syu’ara(26):217-219).
Berikutnya adalah do’a yang kita ucapkan ketika dalam posisi duduk diantara dua sujud yang diucapkan minimal 17 kali dalam sehari sebagai berikut “Ya Tuhanku, ampunilah aku dan kasihanilah aku dan cukupilah aku dan tinggikanlah aku dan berilah rizki padaku dan tunjukilah aku jalan dan berilah aku sehat dan maafkanlah aku”.
Sadarkah kita bahwa sebenarnya rezeki, kesehatan, jabatan, kemuliaan maupun petunjuk yang ada pada kita ini adalah wujud atau buah dari permintaan dan permohonan yang setiap hari kita mintakan secara berulang kali, yang kemudian dikabulkan-Nya?
Selanjutnya adalah bersujud. Posisi menempelkan dahi, yang merupakan bagian paling bergengsi manusia, ke permukaan terendah di muka bumi ini yaitu, tanah adalah melambangkan tanda syukur kita sebagai mahluk yang sangat kecil dan amat bergantung kepada Sang Pencipta Yang Maha Tinggi diatas sana. Bacaan ‘” Subhana Robbiyal ‘Ala” yang berarti ” Segala Puji hanya milik Rob Yang Maha Tinggi “ ini jelas mengisyaratkan hal tersebut.
Shalat ditutup dengan membaca Tahiyatul-akhir, sementara Tahiyatul- awal diselipkan pada rakaat ke 2 untuk shalat-shalat yang ber-rakaat lebih atau sama dengan 2. Bacaan ini berfungsi untuk mempertegas dan mengulang ikrar kita sebagai umat Islam, yaitu bacaan Syahadat. Tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah. Syahadat dilanjutkan dengan shalawat nabi, memohon kepada Allah agar junjungan kita Muhammad saw mendapat tempat yang tinggi di sisi Allah sebagaimana nabi Ibrahim as. Ini adalah bentuk kecintaan kita kepada sang Rasul yang telah berjasa mengajak manusia kepada jalan yang benar, menjauhkan kita dari kesesatan dan kegelapan.
Begitulah shalat yang diajarkan Rasulullah sebagaimana dicontohkan malaikat Jibril as atas izin-Nya.
Dengan menyadari hal-hal diatas maka seharusnya shalat mampu mengubah prilaku dan cara berpikir seseorang.
“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Qur’an) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”.(QS.Al-Ankabuut(29):45).
Disamping itu penting untuk diingat, bahwa Rasulullah, seorang nabi kesayangan yang walau telah dijanjikan baginya surga, beliau tidak hanya menjalankan shalat wajib yang 5 waktu saja. Beliau banyak mengerjakan shalat sunnah seperti shalat rawatib, yaitu shalat sunah yang menyertai shalat wajib baik yang dilaksanakan sebelum maupun sesudah shalat wajib, shalat duha, shalat qiyamul lail, tahajud maupun shalat sunnah lainnya.
“Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu`, (yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya”.(QS.Al-Baqarah(2):45-46).
Wallahu’alam bishawwab.
Jakarta, 19 April 2007.
Vien AM.
Referensi :
- Tafsir Ibnu Katsir
- Kumpulan Materi Hafalan dan terjemahnnya oleh KH As’ad Humam.
- Kecerdasan Emosi dan Spiritual olah Ary Ginanjar Agustian.
wah bagus postingnya,tp ada suatu pertanyaan yg bgtu membingungkan bagi saya,
bukankah nabi Muhammad telah dijamin masuk surga oleh Allah SWT.mengapa kita masih harus mendoakan beliau “agar junjungan kita Muhammad saw mendapat tempat yang tinggi di sisi Allah sebagaimana nabi Ibrahim as”?
Kita tahu bahwa surga ada beberapa tingkatan ( 7 kalau tidak salah ) ..
saya pernah dengar ( saya akan usahakan mencari hadisnya ), tingkatan tertinggi adalah di sisi-Nya dan ini hanya 1 tempat. Sementara kita juga tahu bahwa disamping mencintai Rasulullah saw Allah swt juga amat mencintai Ibrahim as yang dijadikan-Nya panutan bagi semua manusia…
Kita tidak tahu tempat tertinggi ini bakal ditempati siapa ..
Nah, dngn dukungan doa dan shalawat dari umat Rasulullah inilah kita berharap agar Allah swt ridho memberikan tempat paling mulia tersebut bagi Rasulullah saw, amiin …
Mungkin inilah bentuk kecintaan dan balasan terima-kasih kita yang paling patut kita berikan .
Wallahu’alam bishshawab ..
Kita memang diperintahkan Allah SWT agar sering2 bershalawat untuk Nabi Muhammad, karena Allah dan malaikat saja bershalawat untuk Nabi Muhammad sebagaimana Firman Allah SWT dalam surah Al-Ahzab ayat 56.
@saudaraku Okky : assalamualaikum saudara….begini, menurut buku yang saya baca, mengapa kita selalu diwajibkan mendoakan Rasullullah Muhammad SAW. Rasul diibaratkan bagai gelas yang penuh dengan air, dan dengan mendoakan beliau seperti halnya kita menuangkan gelas yang penuh air tersebut sehingga limpahan air itu meluap kepada kita. Jadi dengan mendoakan Rasullullah, kita mengharapkan limpahan rahmat-Nya.
sekiranya begitu.
untuk saudara Vien AM. tulisan yang bagus. semoga semakin menambah keimanan kita semua. Amin ya robbalalamin
walaikumsalam……………… 🙂
Asswrwb.
Amin Ya Robbal ‘alamin ..
Terima kasih Septian sudah mampir dan menambah pengetahuan kita tentang hikmah mendoakan Rasulullah. Insyallah bermanfaat .
tulisan nya bagus mas …
Alhamdulillah … semoga bermanfaat, amiin ..
btw, bukan mas tapi ibu 3 anak .. 🙂 ..
makasih pencerahannya, singkat padat dan bermanfaat, moga kita masuk golongan orang-orang yg khusyu’..amin
Amiin … Alhamdullillah ..
Trima-kasih sudah mampir ..
Mnurut ra’yu sy mndoakan rasul yg jelas2 udh dijamin msuk surga hkmahny antara lain:
1. Sbgai wjud pghormatan kpd rasul kkasih allah, yg bhkan allah jg brshalawat pdny.
2. Sbgai sarana mmohon syafaatny, kelak bliau yg mnentukan apkh kt umatny atw tdk.
Syukron mas Rudiansyah atas masukannya .. saya setuju sekali .. Allahuakbar !!
semoga dengan artikel ini, dapat menambah keimanan kita, Aminn..
Amiin .. syukron sudh mampir ke blog ini ..
dengan banyak bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW, Insya Allah kita termasuk orang yang mendapat Syafa’at beliau di yaumil mahsar nanti.Insya Allah kita tidak akan kepanasan dan kehausan tertimpa matahari yang hanya berjarak sejengkal dari kepala kita…Subhanallah
Subhanallah … Terima-kasih atas tambahan keterangannya …
aku menangis membaca ini semua.
” … Sesungguhnya orang-orang yang diberi pengetahuan sebelumnya apabila Al Qur’an dibacakan kepada mereka, mereka menyungkur atas muka mereka sambil bersujud dan mereka berkata: “Maha Suci Tuhan kami; sesungguhnya janji Tuhan kami pasti dipenuhi”. Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyu`.(QS.Al-Isra'(17):107-109).
Subhanallah wAlhamdulillah wAllahuakbar .. berbahagialah saudariku ..
ass,,
saya suka dgn tlisan anda..tp ada sswtu yg mengganjal dihati saya,,
sbnarnya mana yg paling diutamakan/didahulukan antara kewajiban(sholat)dgn sunnah,,
makasih,,
Waalaykumsalam,
Maksudnya antara shalat wajib dan shalat sunnah?
Tentu saja shalat wajib yang lima ( Subuh, Zuhur, Ashar, Magrib dan Isya) .. wajib artinya dosa bila tidak dikerjakan dan berpahala bila dikerjakan ..
Shalat adalah hal no 1 yg akan dimintai pertanggung-jawabannya di yaumil akhir nanti .. sia2 segala amal kebaikan tanpa shalat wajib..
Sementara shalat sunnah berpahala bila dikerjakan namun tidak berdosa bila ditinggalkan ..
Patut diingat, bahwa shalat sunnah dapat menutup segala kekurangan shalat wajib ( misalnya kurang khusuk dll) ..
Jadi menurut pendapat saya, rugi bila kita tidak memanfaatkan fasilitas ini .. Subhanallah .. Sungguh Allah Maha Pengasih bukan?
Semoga cukup jelas ..
Salam.
Vien AM.
Bagus….terima kasih
Kanthi Jogja
Alhamdulillah .. terima-kasih juga sudah mampir ..
Semoga bermanfaat.
tks a lot for artikel ny,..
Subhanaanalloh, terimakasih…
SUBHAANALLOH, TERIMAKASIH
ALhamdulillah, terima kasih juga sudah mampir ..
wah bagus betul bisa untuk menambah wawasan kita dalam mendirikan shalat tlg dong bacaan apa setelah alfatihah dalam shalat rawatib
Alhamdulillah ..
Bacaan setelah Al-Fatihah dalam shalat wajib maupun shalat rawatib, tidak ada bedanya. Surat apapun dalam Al-Quran boleh dibaca ..
Alhamdulillah saya mendapatkan tambahan ilmu disini
Alhamdulillah …
Terima-kasih sudah mampir n komen ..
jazakalloh untuk saudaraku yg mau peduli dg sesama muslim lain
alhamdullilah yaa..luar biasaaa…. 🙂
semogaaa dngan membaca artikel ini,,, Sholat kita menjadi lebih baerti N khusuk…. ^_^
terimkasih ya bu…atas pengetahuannya 🙂 snagat bermanfaat,.
Alhamdulillah …
wonderfull…..welldone!!!
Segala puji hanya milik Allah swt … Subhanallah Allahuakbar wAlhamdulillah …
Mudah-mudahan kita semua bisa mengamalkan nya .
Amin.