Al-Quran adalah kitab suci milik kaum Muslimin. Kitab ini berisi firman Allah yang diturunkan kepada Rasulullah Muhammad saw melalui malaikat Jibril as. Kitab ini merupakan panduan hidup yang memberitahukan manusia apa arti hidup, mengapa kita hidup, apa tujuannya, kemana kita akan pergi setelah mati, siapa yang menciptakan kita, bagaimana kita harus menghadapi hidup dan segala macam permasalahannya dan lain sebagainya.
“Maka Aku bersumpah dengan tempat beredarnya bintang-bintang. Sesungguhnya sumpah itu adalah sumpah yang besar kalau kamu mengetahui, sesungguhnya Al Qur’an ini adalah bacaan yang sangat mulia, pada kitab yang terpelihara (Lauh Mahfuzh), tidak menyentuhnya kecuali hamba-hamba yang disucikan. Diturunkan dari Tuhan semesta alam. Maka apakah kamu menganggap remeh saja Al Qur’an ini?” (QS.Al-Waqiyah(56):75-81).
Berkenaan dengan ayat diatas, Ad-Dhahak meriwayatkan dari Ibnu Abbas ra : ”Al-Quran diturunkan secara keseluruhan dari sisi Allah, dari Lauh Mahfuz, melalui duta-duta malaikat penulis wahyu, ke langit dunia, lalu para malaikat tersebut menyampaikannya kepada Jibril secara berangsur-angsur selama 20 malam dan selanjutnya diturunkan pula oleh Jibril as kepada Rasulullah saw secara berangsur-angsur selama 23 tahun”. (22 tahun, 2 bulan 22 hari). Itu pula yang ditafsirkan Mujahid, Ikrimah, As-Sidi dan Abu Hazrah.
Ayat diturunkan kepada Rasulullah, Muhammad saw sedikit demi sedikit berdasarkan situasi, seringkali turun sebagai jawaban atas suatu permasalahan dengan hikmah tertentu. Oleh sebab itu turunnya ayat tidak berurutan. Yang dimaksud ” tidak menyentuhnya kecuali hamba-hamba yang disucikan” adalah Al-Quran yang berada di Lauh Mahfuz. Sedangkan Al-Quran yang ada di dunia, yang jumlahnya tak terhitung banyaknya ini dapat disentuh oleh semua orang, baik Muslimin yang suci maupun yang tidak suci juga orang-orang Kafir.
Selanjutnya dengan petunjuk Jibril as, setiap ayat yang turun diletakkan dan diatur sesuai dengan Al-Quran yang berada di Lauh-Mahfuz. Jadi bukan atas kehendak Rasulullah saw. Adapun tentang adanya perbedaan jumlah ayat dalam Al-Quran, hal ini disebabkan adanya pengulangan. Hitungan 6236 ayat adalah hitungan tanpa memperhitungkan pengulangan ayat yang ada, sedangkan 6666 ayat adalah bila dihitung semua ayat-ayatnya.
Al-Quran diturunkan dalam bahasa Arab sesuai dengan utusan yang membawanya, yaitu Rasulullah Muhammad saw, sebagian di Makkah dan sebagian lainnya di Madinah. Ayat yang diturunkan di Makkah dinamakan ayat Makiyyah sedangkan yang diturunkan di Madinah disebut ayat Madaniyyah. Ayat Makiyyah biasanya pendek-pendek, menerangkan tentang aqidah dan keimanan sedangkan ayat Madaniyyah panjang-panjang dan pada umumnya mengajarkan tentang hukum. Disamping itu ayat Al-Quran juga bisa dibagi atas 2 macam kelompok, yaitu kelompok ayat Mutasyabihat dan ayat Muhkamat.
“Dia-lah yang menurunkan Al Kitab (Al Qur’an) kepada kamu. Di antara (isi) nya ada ayat-ayat yang muhkamaat itulah pokok-pokok isi Al Qur’an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat.Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebagian ayat-ayat yang mutasyabihat untuk menimbulkan fitnah dan untuk mencari-cari ta’wilnya, padahal tidak ada yang mengetahui ta’wilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: “Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami.” Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal.”(QS.Ali Imraan(3):7).
Dari ayat diatas kita ketahui bahwa ayat Mutasyabihat adalah rahasia Allah yang tidak mungkin dapat kita artikan secara pasti. Kita hanya diperintahkan untuk mengimaninya saja, tidak perlu mencari-cari maknanya. Contoh ayat ini diantaranya adalah : Alif Laam Miim, Alif Laam Raa,Yaasiin, Shot dan sebagainya.
Al-Quran terdiri atas 114 surat dan dibagi menjadi 30 juz / bagian. 19/30 bagiannya turun di Makkah. Surat pertama adalah surat Al-Fatihah yang berarti Pembukaan. Surat ini merupakan inti Al-Quran, ia adalah satu-satunya surat yang wajib dibaca umat Islam ketika shalat. Sedang surat terakhir adalah surat An-Naas yang berarti Manusia. Al-Quran ini dijamin kesuciannya, ia tidak akan mengalami perubahan hingga akhir zaman. Kandungannyapun dijamin akan selalu sesuai pada segala zaman. Allah juga berjanji akan memudahkan siapa yang mau mengimaninya, membacanya, menghafalkannya apalagi mengamalkannya.
Ali ra mengatakan :” Barangsiapa yang membaca Al-Quran dalam keadaan berdiri saat shalat, baginya setiap huruf 100 hasanah. Barangsiapa membacanya sambil duduk dalam shalat, baginya setiap huruf 50 hasanah. Barangsiapa membacanya di luar shalat dalam keadaan berwudhu, baginya setiap huruf 25 hasanah. Dan barangsiapa membacanya tanpa wudhu, baginya setiap huruf 10 hasanah”.
Jadi sungguh beruntung orang yang mengerti betapa tinggi kedudukan membaca Al-Quran walaupun ia tidak faham. Karena hikmah yang paling utama adalah dalam rangka membersihkan dan menenangkan hati. ( Baca juga :https://vienmuhadi.com/2009/10/20/why-do-we-read-quran-even-we-cant-understand-arabic/ ).
“ Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al Qur’an yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang disesatkan Allah, maka tidak ada seorangpun pemberi petunjuk baginya”.QS. Az-Zumar (39): 23).
Apalagi bila kita memahami, meyakini dan kemudian mengamalkannya. Inilah yang lebih utama.
“ Kitab (Al Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Qur’an) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat. Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung”.( QS. Al-Baqarah (2):2-5).
“ Dan apabila dibacakan Al Qur’an, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat ”. (QS. Al-A’raf (7): 204).
Wallahu’alam bishawab.
Jakarta, 15/5/2008
Vien AM.
saya minta penjelasan mengenai arti huruf hijaiyah dar mulai huruf alif ,.lam,.mim,.dan seterusnya,.serta dalam alqur’an mengapa awalan dalam pembacaannya ada kata” alif lam mim,.alif lam ro,.thoshinmim,.dlll sbenernya sy tahu sdikit cuman ini smakin gundah ketika sy harus bagaimana mnjawab pertanyaan teman” saya,.sekian wassalam..
“Dia-lah yang menurunkan Al Kitab (Al Qur’an) kepada kamu. Di antara (isi) nya ada ayat-ayat yang MUHKAMAAT itulah pokok-pokok isi Al Qur’an dan yang lain (ayat-ayat) MUTASYABIHAT. Adapun orang-orang yang dalam hatinya CONDONG kepada KESESATAN, maka mereka mengikuti sebagian ayat-ayat yang mutasyabihat untuk MENIMBULKAN FITNAH dan untuk MENCARI-CARI TA’WILnya, padahal TIDAK ADA yang mengetahui ta’wilnya MELAINKAN ALLAH Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: “Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami.” Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal.(QS.Ali Imran(3):7)
Alif lam mim, Alif lam ro, Tho shin mim adalah beberapa contoh ayat Mutasyabihat. Ayat diatas jelas menyebutkan bahwa TIDAK ADA yang mengetahui ta’wilnya MELAINKAN ALLAH. Hanya hamba2 Allah yang benar2 merasa keciiil dan membesarkan-Nya yang benar2 sadar bahwa ilmu dan pengetahuan manusia itu tidak ada apa2nya dibanding ilmu Allah.
Untuk lebih jelasnya, silahkan baca artikel berikut :
https://vienmuhadi.com/2010/01/21/ketika-ayat-mutasyabihat-di-takwilkan-rasyad-khalifa/
Semoga cukup memuaskan.
benarkah imam al suyuthi tidak bisa menjabarkan ttg huruf hijaiyah seperti pertanyaan saya diatas,.
TIDAK ADA yang mengetahui ta’wilnya MELAINKAN ALLAH.
Hanya hamba2 Allah yang benar2 merasa keciiil dan membesarkan-Nya yang benar2 sadar bahwa ilmu dan pengetahuan manusia itu tidak ada apa2nya dibanding ilmu Allah. Berarti termasuk imam Al Suyuthi.
Wallahu’alam bi shawwab.